BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dengan unsur rekaan berupa mite, legende, hagiografi, simbolisme dan sugesti
(Darusuprapta, 1984).
Beberapa contoh judul yaitu, Babad Tutur, Babad Sala, Babad Panam-
bang, dan Babad Pakunagara. Peneliti memilih sebuah babad untuk dijadikan
sebagai objek penelitian yaitu, Babad Pakunagara. Babad Pakunagara ditulis
dalam huruf Jawa dan menggunakan bahasa Jawa, sudah ditransliterasikan ke
huruf Latin serta sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Babad
Pakunagara merupakan koleksi babad yang dimiliki oleh Rekso Pustaka, Pura
Mangkunegaran (Ki Himodigdoyo & Ki Soeharto, 1981).
Peneliti memilih sebuah babad untuk dijadikan sebagai objek penelitian
yaitu, Babad Pakunagara. Babad Pakunagara ditulis dalam huruf Jawa dan
menggunakan bahasa Jawa, sudah ditransliterasikan ke huruf Latin serta sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Babad Pakunagara merupakan koleksi
babad yang dimiliki oleh Rekso Pustaka, Pura Mangkunegaran. Babad adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut jenis karya sastra yang berkembang di
daerah Jawa, Bali, dan Lombok, yang didalamnya banyak memuat peristiwa-
peristiwa yang bersifat sejarah (Darusuprapta, 1977).
Dari segi isinya, babad terbentuk dari dua unsur pembentuk, yaitu fakta
dan seni sastra. Dua unsur ini mempunyai titik temu, yaitu sejarah yang dibentuk,
berupa cerita kenegaraan, cerita pendirian negara, peperangan, silsilah, dan
sebagainya. Fakta-fakta tersebut diungkapkan lewat bahasa, sehingga terbentuklah
cerita naratif. Antara fakta dan seni bahasa ini diramu sedemikian rupa sehingga
menimbulkan seni sastra yang utuh dan bulat. Fakta-fakta yang terungkap dalam
bangunan cerita barulah dapat dipahami berkat kesinambungan yang dibentuk
oleh cerita (Wiryamartana, 1986).
Penelitian mengenai Babad Pakunagara dianggap sangat perlu dilakukan,
karena penelitian ini berusaha merekonstruksi historiografi tradisional pada masa
kerajaan Mataram, di sisi lain juga disebabkan adanya rasa ingin tahu peneliti
mengenai isi babad tersebut. Babad Pakunagara dipilih sebagai objek penelitian
karena isi ceritanya menarik, terutama dari segi perjuangan dan kepahlawanan
Mangkunagara I. Penelitian mengenai Babad Pakunagara sudah pernah ada yang
3
raja) merasa tidak senang karena Paku Buwana II dikendalikan oleh pemerintah
kolonial dan Patih Danureja (Remmelink, 1983).
Keberadaan Pangeran Arya Mangkunagara (ayah Mangkunagara I) yang
merupakan saudara laki-laki Paku Buwana II dianggap sebagai hal yang
membahayakan bagi Mataram dan pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya
disusun strategi untuk menyingkirkan Pangeran Arya Mangkunagara dari
Mataram. Pada tahun 1728, Patih Danureja memfitnah Pangeran Arya
Mangkunagara telah melakukan perselingkuhan dengan salah satu selir Paku
Buwana II yaitu Mas Ayu Larasati. Pemerintah kolonial tidak percaya akan hal
tersebut, namun pemerintah kolonial terpaksa mengasingkan Pangeran Arya
Mangkunagara ke Batavia, kemudian ke Sri Lanka dan berlanjut ke Tanjung
Harapan. Pengasingan Pangeran Arya Mangkunagara ini membuktikan bahwa
Mataram berada dibawah pimpinan raja yang impulsif dan seorang patih yang
berbahaya (Ricklefs, 2002).
Pada tahun 1728 ketika Pangeran Arya Mangkunagara diasingkan ke Sri
Lanka, Pangeran Arya Mangkunagara memiliki putra yang masih berusia dua
tahun bernama Raden Mas Said (Mangkunagara I) yang kelak mendapat sebutan
sebagai Pangeran Sambernyawa. Raden Mas Said lahir pada tanggal 4 Ruwah
1650 Jawa atau 7 April 1725 Masehi (Kamajaya, 1993). Pada usia 16 tahun,
Raden Mas Said memilih keluar dari keraton karena tidak setuju dengan
pemerintahan yang ada di keraton. Pemerintahan Mataram telah dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan pemerintah kolonial, raja sendiri bahkan tunduk
terhadap aturan pemerintah kolonial. Nampaknya, tindakan pengasingan yang
dilakukan pemerintah kolonial terhadap ayah Mangkunagara I dan intervensi
pemerintah kolonial terhadap masalah intern Mataram menjadi penyebab utama
dilakukannya perjuangan Mangkunagara I (Iwan Santoso, 2011).
Perjuangan Mangkunagara I dilakukan selama kurang lebih 16 tahun,
Kadipaten Mangkunegaran atau Pura Mangkunegaran merupakan hasil dari
perjuangan yang telah dilakukan bersama rakyat Mataram. Kadipaten
Mangkunegaran menempati pusat kekuasaan ketiga setelah Kasunanan dan
5
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya khasanah ilmu materi
sejarah, terutama bagi penelitian perjuangan Mangkunagara I yang
mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sejarah .
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca, Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan
pemahaman yang mendalam tentang perjuangan Mangkunagara I dalam
pembelajaran sejarah.
b. Bagi Pendidikan, Penelitian mengenai perjuangan Mangkunagara I ini
dapat memberikan referensi atau masukan-masukan bagi guru-guru
khususnya mata pelajaran Sejarah untuk dijadikan materi alternatif saat
mengajar mengenai berfikir sejarah, ketrampilan sejarah dan wawasan
terhadap isi sejarah nilai-nilai perjuangan Mangkunagara I.