Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HISTORIOGRAFI

Nama: Wulan Maulida


Kelas: C
Mata Kuliah: Historiografi
Dosen Pengampu: M.Iyus Jayusman, Drs., M.Pd.

1. Jelaskan, sejak kapan masyarakat Indonesia memulai tradisi menulis sejarah?


Jawaban:
Historiografi atau penulisan sejarah pada dasarnya dimulai sejak orang
merekam peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan. Ketika manusia mengenal tulisan,
padadasarnya mereka sudah tumbuh kesadaran untuk menulis tentang jati dirinya
sebagai manusia dalam keluarga dan hidup berbangsa bernegara. Tradisi menulis
sejarah di Indonesia sudah dilakukan sejak masa Hindu-Buddha. Menurut Ayat
Rohaedi, tradisi historiografi dalam bentuknya yang paling awal berupa prasasti. Di
Indonesia, historiografi dimulai dengan prasasti-prasasti yang dibuat oleh penguasa
pada awal abad ke-4 M. Sejak saat itu historiografi di Indonesia berkembang dalam
berbagai bentuknya. Akan tetapi penulisan sejarah (di luar prasasti) baru dimulai oleh
Mpu Prapanca yang pada tahun 1365 menulis Kitab Negarakertagama atau
Dasawarnana (Rohaedi, 1985). Sejak itu historiografi Indonesia, berkembang terus
dalam hal bentuk, isi, ruang lingkup maupun pendekatannya, sehingga dikenal
kategori– kategori Historiografi Tradisional, Historiografi Kolonial, Historiografi
Nasional dan Historiografi Modern.
2. Jelaskan, untuk tujuan apa mereka ketika itu berkesadaran menulis sejarah?
Jawaban:
Pada masa lampau, seorang sejarawan mempunyai fungsi untuk menafsirkan
dan meneruskan tradisi bangsanya. Penulisan sejarah bertujuan untuk melegitimasi
kekuasaan pemerintah atau keluarga kerajaan. Menceritakan kembali keturunan yang
mulia atau prestasi besar dari penguasa dapat memperkuat klaim kekuasaan mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap zaman “mengharuskan” sejarawan menuliskan
kembali sejarahnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sejarawan adalah wakil
kebudayaannya, wakil zamannya. Bentuk, isi, dan fungsi historiografi yang ditulis
menjadi beragam. Hal ini disebabkan oleh adanya Kulturgebundenheit (Ikatan budaya)
antara si penulis sejarah dengan kebudayaan masyarakat di mana sejarawan dan
karyanya itu dilahirkan dan juga karena adanya Zeitgeist (jiwa zaman) yang mengikat
si penulis. Namun, sejarah tidak mungkin objektif, sekalipun sejarawan berusaha, dan
memang harus berusaha untuk bersikap seobjektif mungkin dalam menulis sejarah.
Tetap terpengaruh unsur subjektivitas. Ilmu tanpa objektivitas berhenti sebagai ilmu.
Sungguh pun sama - sama berdasarkan objektivitas, namun hasil dari sejarawan suatu
masa berbeda dari karya sejarawan masa lain mengenai objek yang sama. Demikian
pula hasil dari sejarawan suatu bangsa, berbeda pula dari sejarawan bangsa lain
mengenai objek yang sama.
3. Mengapa karya tulis babad (historiografi tradisional) ditulis bersifat istana/raja
sentrisme?
Jawaban:
Historiografi tradisional lebih merupakan ekspresi budaya dari pada usaha
untuk merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa tersebut tidak ditujukan
untuk mendapatkan kebenaran mengenai sejarah melalui pembuktian fakta-fakta
melainkan justru untuk memperoleh pengakuan dan untuk diabadikan kepada
penguasa. Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan
kedudukan, nama, dan wibawa raja. Supaya raja tetap dipatuhi, dihormati dan
dijungjung tinggi. Oleh karena hal tersebutlah historiografi tradisional tercipta unsur-
unsur sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif. Historiografi tradisional
cenderung istana sentris yang perpusat pada kehidupan raja dan keluarganya, religius
magis yaitu seringkali dihubungkan dengan kepercayaan dan hal hal ghaib bersifat
feodalitis. Dalam konsep kepercayaan Hindu raja adalah "mandataris dewa" sehingga
segala ucapan dan tindakanya adalah benar. Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka
historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib
atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut. Raja atau pemimpin dianggap mempunyai
kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti)
4. Jelaskan metode penulisan sejarah yang digunakan oleh para pujangga dilingkungan
istana?
Jawaban:
Kedudukan seorang pujangga pada masa tradisional sangatlah penting raja
percanya bahwa setiap kisah tentang dirinya dan kekuasaannya dituliskan oleh para
pujangga, nantinya akan tercipta suatu kisah yang magis, yang dapat menghipnotis
masyarakat dan pembacanya. Dalam banyak karya sastra Jawa Kuna, sering para
pujangga mengaitkan kisah raja-raja Jawa dengan sosok agung yang dipercayai oleh
Hindu-Budha Jawa pada masa itu. Hal tersebut dikarenakan latar belakang pengetahuan
yang ikut membentuk pola pikir penulis (pujangga) adalah berkaitan dengan teks-teks
religius bahasa Sanskerta. Zaman dulu sebelum punjaga melakukan penulisan sejarah
terhadap raja nya, mereka melakukan ritual atau upacara upacara sebelum atau selama
penulisan sejarah tentang raja atau pemimpin mereka. Ini bisa termasuk upacara
persembahan, doa, atau tata cara khusus lainnya untuk memastikan bahwa penulisan
sejarah tersebut dilakukan dengan tepat dan dianggap sah oleh masyarakat. Ritual
semacam itu sering kali dianggap penting untuk menghormati para leluhur atau entitas
spiritual yang terlibat dalam sejarah tersebut, serta untuk memastikan kebenaran dan
keakuratan catatan sejarah.
5. Jelaskan beberapa alasan yang membuat karya historiografi tradisional/babad bisa
dijadikan sumber untuk penulisan sejarah sekarang ini!
Jawaban:
Karena berbentuk Genealogis, historiografi tradisional menggambarkan
hubungan antara satu generasi dengan generasi berikutnya atau pendahulunya, atau
disebut juga silsilah ini dapat memberikan sumbangan untuk menjelaskan suatu
kejadian atau keadaan penting. Pengetahuan tentang hubungan keluarga dari raja-raja
atau tokoh-tokoh sejarah dapat memberikan arti peristiwa penting di masa lalu, di mana
hubungan keturunan merupakan mata rantai yang turut menentukan
(Kartodirdjo,1982.). Tidak hanya tokoh dan silsilah, yang dapat memenuhi syarat bisa
dijadikan sumber sejarah adalah Karena adanya periodisasi waktu dan tempat di setiap
peristiwa. Menurut Suripan (1983), mengemukakan bahwa babad perlu diperhatikan
nasibnya, sebab babad merupakan harta peninggalan leluhur yang cukup bernilai tinggi,
penilaian negatif pada babad disebabkan karena ketidaktahuan orang dalam menilai
babad. Sikap negative terhadap babad timbul dari ketidaktahuan ataupun anggapan
salah, yang menilai babad hanya penuh dengan dongeng, mitos, legenda, dan cerita-
cerita aneh yang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Namun, penggunaan babad
sebagai sumber sejarah hendaknya perlu memperhatikan fakta-fakta sejarah yang ada
di dalam babad. Hal itu dikarenakan, dalam babad terdapat 2 macam fakta yaitu, fakta
yang sesungguhnya terjadi dan fakta yang dikonsepsikan oleh penyusun babad. Fakta
yang dikonsepsikan bisa saja ada dalam babad, karena babad merupakan karya yang
diolah berdasarkan sistem dan konsep tertentu.
6. Jelaskan peran masyarakat suatu kerajaan dalam karya tulis historiografi tradisional dan
berikan alasannya!
Jawaban:
Dalam setiap kerajaan, akan selalu ada orang yang ditugaskan untuk menjadi
pujangga atau sejarawan. Mereka bertugas mencatat semua peristiwa yang terjadi
selama masa kerajaan. Banyak dari sejarah ini diciptakan oleh penyair istana dengan
tujuan untuk melegitimasi penguasa atau raja yang berkuasa pada waktu itu. Sehingga
masyarakat pada saat itu kurang diperhatikan. Maka muncul lah karya tulis berupa
naskah kuno atau manuskrip. Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya
bangsa di antara berbagai artefak lainnya, yang kandungan isinya mencerminkan
berbagai pemikiran, pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, serta prilaku masyarakat
masa lalu. Masyarakat pada saat itu menganggap raja mereka adalah dewa, sehingga
apa yang dikatakan dianggap selalu benar. Masyarakat sering kali merupakan pelaku
utama dalam peristiwa sejarah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Berikan komentar kalian terhadap kandungan isi dari babad Pakuan atau babad
Pajajaran!
Jawaban:
Historiografi tradisional yang terkenal adalah babad padjajaran. Babad ini
menceritakan kehidupan dan menjadi bukti adanya warisan budaya lahir di tengah
tengah masyarakat pasundan. Politik atau struktur kerajaan adalah raja atau
prabu,mangkubumi (perdana menteri), dan syahbandar. Babad padjajaran Mengisahkan
urut-urutan keturunan dari Nabi Adam sampai, ke,Prabu Mundingsari, raja di Pajajaran.
Pupuh yang digunakan hanya 9 macam yaitu: 8 sekar macapal atau sekar a/it (Kinanti,
Sinom, Asmarandana, Dangdanggula, Pangkur, Durma, Pucung dan Magatru) dan I
sekar Macalri atau sckar Tengahan, yaitu Mijil. Bagian pertama mengisahkan keadaan
pulau Jawa yang masih kosong sebagai pengantar untuk permulaan berdirinya kerajaan
Galuh. Bagian ini ditutup dengan penobatan Prabu Siliwangi. Sebagian besar bagian
ini berisi kisah Aria Bangah (Rahiang Banga) dengan Ciung Wanara (Manarah) dengan
mengikuti pola babad yang umum yang mengarah kepada pembagian kekuasaan di
pulau Jawa antara Majapahit dengan Pajajaran. Dalam Babad Pajajaran, terdapat kisah
dua anak Raja Galuh yang bertarung habis-habisan yaitu Aria Banga dan Ciung
Wanara. Peristiwa ini diawali Ciung Wanara yang merasa jengkel Raja Galuh
membunuh petapa tua yang baik hati. Ciung Wanara lalu memenjarakan ayahnya di
sebuah kotak besi, Aria Banga murka dan menyerang Ciung Wanara, terjadi
pertarungan sengit yang taruhannya siapa menang menjadi raja, namun akhirnya
setelah keduanya kelelahan, kerajaan dibagi dua. Ciung Wanara berkuasa atas Kerajaan
Pakuan Pajajaran dan Aria Banga berkuasa atas Kerajaan Majapahit di timur. Ciung
Wanara inilah yang kelak menurunkan Prabu Siliwangi, demikian menurut penulis
babad.
8. Silahkan anda melakukan refleksi terhadap mata kuliah historiografi yg telah bp
sampaikan dalam beberapa pertemuan.
Jawaban:
Selama beberapa pertemuan, dalam mata kuliah historiografi yang diampu oleh
Bapak M. Iyus Jayusman, Drs., M. Pd.Dengan materi yang dipelajari yaitu pengantar
historiogragi yang memuat mengenai definisi historiografi ada ketika manusia mulai
mengenal tulisan sejak abad ke 4 M. Kemudian historiografi di Indonesia terbagi
menjadi 3 yaitu historiografi Tradisional, Kolonial, dan nasional (modern).
Historiogragi tradisional terjadi saat indonesia masa kerajaan (Islam maupun Hindu
Budha). Historiografi tradisional merupakan karya sejarah yang ditulis oleh para
pujangga, dimana dalam menulis sejarah para pujangga tersebut harus sesuai dengan
keinginan dari raja. Beberapa Karakteristik Historiogtafi Tradisional yaitu raja
sentris/istana sentris/suku sentrisme, bersifat lokal, ditulis oleh para pujangga (fungsi
pujangga diantaranya menambah simbolis historiografi, menulis tradisi, untuk
memperkenalkan pandangan dan tafsiran mengenaj masa lampau kepada generasi
selanjutnya, dan proses mitologisasi). Historiografi tradisional bisa digunakan sebagai
sumber sejarah. Contoh historiografi tradisional yaitu babad misalnya babad
pakuan/pajajaran. Pengkisahan babad dengan para pujangga memitoskan tokoh yang
ada dilingkungan istana. Babad ditulis pujangga sifatnya di luar nalar, bahkan menjadi
warisan feodal. Dengan demikian, mata kuliah ini telah memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Historiografi pada relevansi sejarah dalam konteks saat itu.

Referensi atau sumber:


Herlina, N. (2009). Historiografi Indonesia & Permasalahannya. Bandung:
Satya Historika.
Kartodirdjo, S. (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia
Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
Mulyana, Agus & Darmiasti. (2009). Historiografi di Indonesia; dari Magis-
Religius hingga Strukturis. Bandung.
Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. Jakarta. (1977). Babad Pakuan atau Babad Pajajaran.
Priyadi, S. (2015). Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Nurhuda, A & Syaputri, A. (2022). Perkembangan Historiogri Indonesia Tarikhuna:
Journal Of History And History Education. Vol 4, No 2.
Suripan Sadi Hutomo. (1983). Universitas Negeri Surabaya. Jakarta: Pusat
Pembinaan Pengembangan Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai