3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
5) Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja,
dan nama raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap
dijunjung tinggi.
7) Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
8) Memiliki subjektifitas yang tinggi sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di
kerajaan dan permintaan sang raja.
11) Pada umumnya tidak disusun secara ilmiah tetapi sering kali data-datanya bercampur
dengan unsur mitos dan realitas (penuh dengan unsur mitos).
12) Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk
dibuktikan.
13) Dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat dimana naskah tersebut ditulis sehingga
merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat.
14) Cenderung menampilkan unsur politik semata untuk menujukkan kejayaan dan
kekuasaan sang raja.
3. Diperlukan kesadaran dan pengetahuan yang mendalam tentang latar belakang cultural
masyarakat yang menghasilkan karya historiografi tradisional.
Babad Parahiangan
Pararaton
Nagarakertagama
Babad Galuh
Babad Sriwijaya
Babad Aceh
Simpulan
Historiografi tradisional merupakan karya sastra bangsa Indonesia yang
memuat fakta sejarah dan fiksi sekaligus. Di dalam historiografi tradisional bersifat
keraton sentris, lebih menonjolkan raja, dan kurang dalam memberikan gambaran
masyarakat secara menyeluruh. Berbentuk prosa maupun puisai, dan menggunakan
bahasa sesuai daerah dibuatnya historiografi tradisional itu.
Sama dengan sumber dari Barat, historiografi tradisional juga bisa digunakan
sebagai data penulisan sejarah lokal maupun nasional. Sebagai bangsa Indonesia, kita
tidak boleh menganggap informasi dari historiografi tradisional tidak penting. Kalau
bukan kita yang menghargainya, terus siapa lagi?