Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Zanu Rahmadhani

1403617127
Sejarah C 2017

TUGAS HISTORIOGRAFI

Pengertian Dan Definisi Historiografi Tradisional

Secara teoritis historiografi mempunyai dua makna : pertama penulisan sejarah (historical
writting), kedua sejarah penulisan sejarah (historical of historical writting). Dalam metode
sejarah historiografi nerupakan tahap akhir dan sebagai tinjauan atas hasil karya tulis sejarah.
Dalam pengertian yang kedua : kita dapat melihar bagaimana perkembangan penulisan
sejarah di Indonesia . Perkembangan historiografi di Indonesia paling tidak terdapat tiga
jenis kategori, yaitu :

1) Historiografi Tradisional.

2) Historiografi Kolonial

3) Historiografi Indonesia Baru

Definisi Historiografi Tradisional

Adalah upaya untuk menuliskan dan mendokumentasikan aktivitas-aktivitas yang dituangkan


dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk kronik, syair dan karangan sejenis lainnya telah
memudahkan masyarakat pada masa kini untuk mengetahui aktivitas dan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Dengan diketahuinya peristiwa dan aktivitas manusia yang
dilakukan pada masa lampau tersebut, tradisi tulis ini telah berkembang menjadi salah satu
sumber sejarah yang dapat digunakan sebagai sumber untuk penulisan sejarah modern.
Apabila dibandingkan dengan historiografi modern, histroiografi tradisional memiliki
karakteristik yang khas.

Penulisan Sejarah Tradisional (Historiografi Tradisional)

Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya
imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa
pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat.
Historiografi tradisional yang berkembang di Indonesia merupakan bentuk penulisan sejarah
yang bersifat lokal tradisional. Hal ini dikarenakan tulisan tersebut menggambarkan lokalitas
tertentu, baik penulisnya, lingkungan sosial yang terbatas pada komunitas etnik tertentu, serta
pembahasannya yang hanya terbatas pada situasi di wilayah yang tertentu pula.

Penulisan berbagai ragam historiografi tradisional biasanya dilakukan oleh para pujangga.
Para pujangga dalam suatu keajaan memiliki posisi yang istimewa. Ia bertindak sebagai
penasehat raja, baik dalam bidang sastra itu sendiri, sosial, ekonomi, politik, bahkan sampai
pada masalah spiritual.

Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat
pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang
mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha
pada umumnya ditulis diprasastikan dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui
peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.

Contoh – contoh Historiografi Tradisional

Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu, hikayat raja-raja


Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad
Kartasura, dan masih banyak lagi. Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional adalah
sebagai berikut :

1) Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga
istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.

2) Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum


bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat
kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.

3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.

4) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata.

Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja,
dan nama raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung
tinggi. Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan
dewa, apa yang dikatakan raja serba benar sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan
kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak

Daftar Pustaka

Nurhayati. Penulisan Sejarah (Historiografi) : Mewujudkan Nilai-Nilai Kearifan Budaya


Lokal Menuju Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP Universitas
Muhammadiyah Palembang Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016.

Purwanto, Bambang. “Sejarawan Akademik dan Disorientasi Historiografi: Sebuah


Otokritik”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta: 28 September 2004.

Irwanto, Dedi dan Alian Sair. (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah : Cara Cepat
Menulis Sejarah. Yogyakarta : Eja_Publish

Purwanto, Bambang dan Asvi Warman Adam. 2005. Menggugat Historiografi Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.

Anda mungkin juga menyukai