DZUL-KARNAIN
Oleh
Netti Yuniarti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra mencerminkan segala sesuatu yang terjadi di dunia nyata,
meski karya sastra digolongkan sebaga karya imajinatif.Namun, karya sastra
itu dilandasi kesadaran dari segi kreativitas sebagai karya sastra oleh pengarang
atau kreatornya. Karya sastra meski dinyatakan sebagai karya imajinatif bukan
berarti isinya hanya hasil khayalan saja, karena di dalamnya terdapat
penghayatan, perenungan dan pengekspresian yang dilakukan dengan penuh
kesadaran. Karya sastra dapat bersumber dari adanya masalah dalam kehidupan
manusia, misalnya interaksi sesama manusia, dengan lingkungan, dan dengan
Tuhannya.
Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya dan perhatian besar terhadap masalah
manusia.Sangidu (2004:8) mengemukakan bahwa sastra merupakan suatu
pengetahuan yang bersifat umum, sistematis, dan berjalan terus menerus serta
berkaitan dengan apa yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia
dalam kehidupannya. Sastra dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat,
karena karya sastra itu diciptakan oleh manusia dan masalah yang dibahas di
dalam karya sastra itu juga lahir dari interaksi antara manusia dengan alam,
dengan sesama manusia ataupun dengan Tuhannya.Selain itu, bahasa juga
merupakan media penting dalam karya sastra. Dengan adanya bahasa maka
karya sastra itu tidak hanya akan dipahami oleh pengarang atau kreatornya,
tetapi juga dapat dipahami oleh pembaca yang menikmati dan memberi nilai
terhadap karya sastra tersebut.
Membaca karya sastra para pembaca akan mendapatkan kesenangan
dan kegunaan yang diberikan oleh karya sastra itu yang berupa keindahan dan
pengalaman-pengalaman jiwa yang bernilai tinggi. Dalam karya sastra
dituliskan keadaan dan kehidupan sosial suatu budaya masyarakat, peristiwaperistiwa, ide-ide serta nilai-nilai yang diamanatkan oleh penciptanya. Dengan
kata lain sastra dapat memberikan berbagai informasi tentang berbagai hal
yang digambarkan secara aktual dan imajinatif.
semangat,
keyakinan
dalam
bentuk
gambaran
konkret
yang
artistik
dari
pikiran
manusia
dalam
bahasa
emosional
dan
Pendekatan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hikayat
1. Pengertian Hikayat
Hikayat menurut KBBI adalah karya sastra lama dan berisi cerita, baik
sejarah maupun roman fikti yang dibaca untuk pelipurlara, pembangkit
semangat juang atau sekedar untuk meramaikan pesta.Ali dan Alwi,
kesusastraan
Melayu
Aceh.Menurut
Pellat
dalam
Hamid,
agama Islam dan Budaya Islam selalu mewarnai setiap karya hikayat yang
dihasilkan.
Semi, (1984:52). Berpendapat dalam buku Anatomo Sastra Hikayat
merupakan refleksi zaman yang mewakili pandangan dunia pengarang, tidak
sebagai individu melainkan anggota masyarakat atau kelompok sosial
tertentu.Pandangan dunia pengarang merupakan interaksi dari pandangan
pengarang dengan kelompok sosial masyarakat di sekitar pengarang.
Hikayat adalah karya sastra yang membawa nilai-nilai sosial budaya
dan kehidupa masyarakat.Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap konteks
tokoh dalam Hikayat yang latar belakang kehidupan sosial budaya pengarang
yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang, dan
pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam Hikayat tokoh dan
penokohan dengan menggunakan pendekatan struktural sastra.Sasaran
penelitian ini adalah realita tokoh dan penokohan yang terdapat dalam naskahnaskah Hikayat, Menurutahli sejarah Baried, (1985:1).
Dalam buku Telaah Sastrahikayat merupakan suatu pengetahuan
tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan,
kesastraan, dan kebudayaan.Pendapat tersebut diperkuat dengan definisi tokoh
dan penokohan dalam Hikayat yang dinyatakan oleh Mulyani, (2009:1).Kritik
Sastra Feminis, Teori dan Aplikasinya. Yaitu suatu yang berhubungan dengan
studi terhadap hasil budaya (buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat
kebiasaan, dan nilai-nilai yang turun temurun berlaku dalam kehidupan
masyarakat) manusia pada masa lampau.Dari kedua pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan dalam.Hikayat adalah suatu studi
yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan yang
berhubungan dengan hasil budaya manusia pada masa lampau.
2. Jenis-Jenis Hikayat
Sedangkan menurut Hasyim, (1995:502-503). Secara garis besar
hikayat dapat dibagi atas enam golongan, yaitu:
(1) Hikayat agama
(2) Hikayat sejarah
(3) Hikayat Safari
Jalinan antara unsur tersebut akan membentuk makna yang utuh pada sebuah
teks Endraswara, (2011:52).
2. Unsur-Unsur Strukural dalam Cerita
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur intrinsik yaitu
unsur dalam dari sebuah fiksidan unsur ekstrinsik yaitu permasalahan
kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang
menopang kisahan cerita (Zulfahnur, dkk., 1996:24-25).
a. Unsur Instrinsik
Unsur instrinsik terdiri atas tema, alur (plot), tokoh dan penokohan,
sudut pandang, latar, dan amanat.Berikut rinciannya.
1. Tema
Istilah tema berasal dari kata thema (Inggris) ide yang menjadi
pokok suatu pembicaraan. Tema adalah ide sentral yang mendasari suatu cerita,
tema mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi pengarang dalam
menggarap cerita, sasaran/tujuan penggarapan cerita, dan mengikat peristiwaperistiwa cerita dalam satu alur (Zulfahnur, dkk.,1996:25).
Stanton (dalam Santosa dan Wahyuningtyas, 2010:3) menjelaskan
bahwa tema merupakan jiwa cerita itu.Tema disebut juga sebagai ide sentral
atau makna sentral suatu cerita.Sedangkan Hartoko dan Rahmanto (dalam
Santosa dan Wahyuningtyas, 2011:2) mengungkapkan tema adalah gagasan
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaanpersamaan atau perbedaan-perbedaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan ide paling mendasar atau utama dalam mengolah, menggarap dan
mengikat suatu ide, sehingga menjadi sebuah karya sastra yang memiliki arah
jelas dan dapat dimengerti serta ditarik amanatnya oleh pembaca. Di dalam
suatu cerita tema mungkin tersirat dalam penokohan (lakuan tokoh), di dukung
oleh pelukisan latar, ataupun terungkap dalam dialog tokoh.
2. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
artinya
dengan
karakter
dan
perwatakan-menunjuk
pada
Jones
dalam
Nurgyantoro,
(2005:165).Penokohan
dan
bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya
sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian,
unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita secara
keseluruhan.Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerita haruslah tetap
dipandang sebagai sesuatu yang penting. Pemahaman ekstrinsik suatu karya
sastra bagaimanapun akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu
mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya.
Unsur ekstrinsik secara umum adalah unsur yang memengaruhi karya
sastra dari luar struktur karya sastra.Hal ini dapat ditinjau dari aspek-aspek atau
nilai-nilai
yang
bersifat
aturan
atau
panduan
dalam
kehidupan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Deskriptif dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk melukiskan objek. Datadata
yang telah dideskripsikan secara umum dan dianalisis menurut bagianbagian
yang lebihk husus. Dengan cara ini peneliti dapat dilakukan dengan terperinci
dan lebih mendalam.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural dengan
bentuk penelitian kualitatif.Sumber data dalam penelitian ini adalah Hikajat
BAB IV
ANALISIS
A. Analisis Data
1. Unsur Intrinsik Hikajat Iskandar Dzul-karnain
a. Tema
Tema adalah salah satu unsur dalam karya sastra. Tema menurut
Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (1995:67) adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung
dan ditawarkan oleh sebuah cerita. Jadi, dalam sebuah cerita terdapat
makna khusus yang dapat dinyatakan sebagai tema, sub-tema atau tematema tambahan. Dalam episode Pernikahan Sultan Iskandar seperti yag
menunjukkan bahwa tema dalam episode ini adalah keagaamaan dan
b. Alur
Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro,1995:113) mengungkapkan
bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
disebabkan atau mengkibatkan peristiwa yang lain. Agar menjadi sebuah
plot, peristiwa-peristiwa tersebut haruslah diolah dan disiasati secara
kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri
merupakan sesuatu yang indah dan menarik. Alur dalam episode
Pernikahan Sultan Iskandar ialah alur maju. Alur di mulai dari keadaan
atau situasi pernikahan sutan Iskandar dengan putri Badrulkamariah
terlihat dalam kutipan dibawah ini.
dimana
para
brahmana
menceritakan
sesuatu
hal
yang
brahmana,
namun
rajda
Iskandar
akhirnya
menyerahkan
keputusannya kepada Allah taala. Klimak dalam cerita ini kembali ketika
radja Iskandar yang masih terus memutuskan segala sesuatunya dengan
berperang. Terlihat dari dialog radja Sulaiman yang berbincang dengan
malaikat dibawah ini.
Hai, malaikat jangan engkau larang radja Iskandar itu, kemana
kehendaknya biarlah ia pergi.
Akhirnya
radja
Sulaiman
sadar
akan
tindakannya
dalam
maka tahulah ia akan tempa tiada ada berisi manusia dan tiada
ada bermula, tiada ada berkesudahan, maka pada ketika itu juga,
kembalilah radja Iskandar kepada malaikat yang membahagikan
air.
c. Tokoh dan Penokohan
Penokohan adalah pelukisan atau penggambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Hal ini sekaligus
mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan serta pelukisan dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus
menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah
cerita. Dalam episode Pernikahan Sultan Iskandar, melibatkan tokoh antara
lain Iskandar sendiri, Raja Kidi Hindi, Nabi Chidir.
1) Sutan Iskandar Dzul-karnain (sebagai tokoh utama dalam
cerita) mempunyai sifat bijaksana dan takabur. Seperti dalam
kutipan dibawah ini.
Apa dari pada kehendak kamu, pintalah kepada aku, supaya
kuberi.
Pernyataan diatas menujukkan sikap bijaksana yang dimiliki
radja Iskandar yang mau mengabulkan keiinginan kaumnya.
2) Raja Kidi Hindi mempunyai sifat bijaksana.
Kebiksaan radja Kidi Hindi dengan menanggapi suatu
permasalahan dengan bijkasana.
Peryataan diatas menujukan radja Kidi Hindi yang selalu
bersikap bijaksana dalam menanggapi perbagaimacam
permasalahan.
3) Nabi Chidir mempunyai sifat amanah. Nabi Chidir selalu
menyampaikan pesan dengan jujur sesuai dengan yang
diperintahkan.
d. Sudut pandang
Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya
dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya
diatas
mengambarkan
keadaan
waktu
yaitu
b. Nilai Sosial
Nilai sosial dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik, diinginkan,
diharapkan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Hal-hal tersebut
menjadi acuan warga masyarakat dalam bertindak. Jadi, nilai sosial
sangat dihormati oleh semua orang. Hal tersebut terlihat dari kutipan di
bawah ini.
maka bangkitlah segala raja-raja dan orang orang besar dan
hakimnya
B. RANGKUMAN HASIL ANALISIS
Berdasarkan hasil analisis di temukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
dalam hikayat Iskandar Dzulkarnain. Adapun hasil unsur intrinsiknya berupa
tema keagamaan dan kepahlawanan, dengan alur maju yang menceritakan
peristiwa pernikahan radja Iskandar dengan anak radja Kidi Hindi sampai
pada kesibukan radja Iskandar yag selalu memerangi orang kafir, sampai pada
akhirnya radja Iskandar mengerti dan paham bahwa segala sesuatunya tidak
mesti diselesaikan dengan cara kekerasan atau berperang. Tokoh yang menjadi
pemeran utama dalam hikayat ini ialah radja Iskandar, dengan sifatnya yang
bijaksana namun takabur, kemudian rajda Kidi Hindi dengan sifatnya yang
bijaksana, dan nabi chidir yang amanah. Sudut pandangan pengarang dalam
hikayat ini berupa orang ketiga serba tau, dengan latar tempat tepi laut, waktu
pagi hari, dan terdapat latar sosial tentang keadaan para radja. Adapaun
amanat yang dapat diambil ialah jangan sekarakah dan tidak boleh
menyalahgunakan kekuasaan.
Sedangkan unsur ekstrinsiknya berupa nilai budaya dan nilai sosial. Nilai
budaya yang tercermin dalam hikayat ini adat atau tatacara pernikahan yang di
lakukan oleh radja Iskandar. Begitu juga dengan nilai sosialnya mencerminkan
bagaimana keadaan sehari-hari kehidupan seorang radja.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Unsur Intrinsik
menghubungkan
dengan
tujuan
penciptaan
pengarangnya
yang di hadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita Abrams (dalam
Siswanto 1981 :137). Alur maju yang terdapat dalam hikayat dimulai dari
situation yakni pengarang mulai melukiskan suatu keadaan pernikahan
radja Iskandar, kemudian generating circumstance (peristiwa) yang
bersangkut-paut dan di mulai dari sifat radja Iskandar yang memerangi
kaum kafir dan keadaan muai memuncak (Ricing Action) saat radja
melakukan percakapan dengan nabi dan ikuti Climax (peristiwa-peristiwa
mencapai puncaknya) yakni rajda Iskandar meminta saran pada malaikat,
dan akhirnya pengarang memberikan pencerahan soal dari semua
peristiwa.
Tokoh dalam hikayat ini ialah tokoh antara lain Iskandar sendiri,
Raja Kidi Hindi, Nabi Chidir. Tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita rekaan sehinggaperistiwa itu menjalin suatu cerita,
sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan
(Aminuddin 1984 : 85),dalam novel selalu mempunyai sifat, sikap, dan
tingkah laku dan watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu
karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Sudut pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya.
Dari
tempat
itulah
sastrawan
becerita
tentang
tokoh,peristiwa
takabur
dan
menyalahgunakan kekuasaan yang kita miliki kerena setiap apa yang kita
lakukan akan mendapatkan balasan secara langsung maupun tidak
langsung seperti radja Iskandar dengan segala keuasaannya bebas
melakukan apa saja tanpa menimbang atau memikirkan tindakannya
namun akhirnya rajda Iskandar sadar akan semua perbuataannya.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
masyarakat,
yang
mengakar
pada
suatu
kebiasaan,
KARTU DATA
No.
1.
UNSUR
INSTRINSIK
TEMA
Keterangan
Keagamaan dan kepahlawanan
Kutipan
Maka berdirilah nabi Chidir
Alur (plot)
Badrulkamariah
tetapi takkala radja Iskandar
b. Pemunculan konflik
Berawal dari dialog dengan para
brahmana
c. Peningkatan konflik
d. Tahap klimak
Ketika radja sulaiman
berbincang dengan malaikat
e. Tahap penyelesaian
air.(halaman 287)
1. Sutan Iskandar Dzul-karnain
(sebagai tokoh utama dalam
cerita) mempunyai sifat
Tokoh dan
sifat bijaksana
Penokohan
Sudut
(point of view)
Latar/settyng
raja)
Amanat
No.
Keterangan
KUTIPAN
EKSTRINSIK
kemudian daripada itu,
Nilai budaya dalam hikayat tersebut
adalah budaya yang terdapat
dikerajaan, contohnya budaya
pernikahan, antara kedua mempelai
1.
NILAI BUDAYA
NILAI SOSIAL
BAB V
MODEL PEMBELAJARAN
5.1
Pembelajaran
Analisis Struktural dalam Hikayat Iskandar Dzul-karnain
5.1.1
5.1.2
5.1.2.1 Rancangan
- Dapat mendeskripsikan unsur intrinsik dalam Hikayat Iskandar Dzul-
karnain
Dapat mendeskripsikan unsure ekstrinsik dalam Hikayat Iskandar
Dzul-karnain
5.1.2.2 Pelaksanaan
Kegiatan Awal
-
Kegiatan Inti
- Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi hikayat sederhana
-
individu.
Siswa diminta untuk mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat dalam
hikayat
Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
Kegiatan Akhir
-
pelajaran hikayat
Guru menutup pembelajaran
penelitian
yang
telah
dilakukan
dapat
suci Al-Quran yang terdapat dalam surat Kahfi. Sebagai manusia yang
memiliki agama kita perlujuga mengambil hikmah dari kisah tersebut.
Cerita ini tergolong dalam genre atau bertemakan hikayat rajaraja dan pahlawan Islam. Para pahlawan Islam ini diperkenalkan agar
sejarah perjuangan kaum Muslimin di negeri Arab dan Parsi tidak asing
dan menjadi bagian dari sejarah kaum Muslimin secara keseluruhan.
Tokoh dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain yakni radja Iskandar, radja Kidi
Hindi, dan Nabi Chidir. Adapun alurnya merupakan alur maju dengan
sudut pandang orang ketiga serba tau. Kisah ini memiliki latar waktu pagi
hari dengan tempat tepi laut dan memiliki latar sosial yakni keadaaan para
raja yang selalu dihormati. Amanat dalam cerita berupa tindakan manusia
yang tidak boleh serakah menyalah gunakan kekuasaan.
Unsur ekstrinsik dalam hikayat Iskandar Zulkarnain berupa
nilai budaya dan nilai sosial yang didasarkan atas legenda Iskandar Agung
dari Macedonia yang telah menaklukkan banyak negeri dengan lokasi
Balkan hingga India.
B. Saran
Berdasar
pada
hasil
penelitian
ini,
peneliti
dapat
1. Bagi Guru
Hikayat Iskandar Zulkarnain dapat dimanfaatkan dalam pengajaran
materi pemeblajaran pada tingkat sekolah menengah atas. Selain dapat
membedah unsur-unsur intrinsik pada umumnya, hikayat ini juga dapat
digunakan
untuk
melatih
siswa
dalam mengasah
imajinasi
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Teuku dan M. Nasir, 2006.Hikayat Muda Balia. Banda Aceh: Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Abrams, M.H. 2005.A Glosary In Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Aminuddin, Pellat. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensio.
Endraswuara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Edisi Revisi) Yogyakarta:
FBS Universitas Yogyakarta.
Hasyim K.S dkk 1995.Seulawah Antologi Sastra. Jakarta: Yayasan Nusantara
Djajadiningrat, Hamid Mukhlis A. 2007.Sastra dan Probelmatika
Pembelajarannya di Aceh.Jakarta: Mitra Media.