Anda di halaman 1dari 11

Cerita Rakyat sebagai Referensi Pembelajaran

BIPA
(Teknik Pengajaran Bahasa Indonesia melalui Cerita Rakyat “Putri
Mandalika”)
Nining Nur Alaini and Dewi Nastiti Lestariningsih
niningkirono@yahoo.com ; dnastitilestari@gmail.com

ABSTRAK

Karya sastra merupakan fakta kemanusiaan. Karya sastra diciptakan bukan hanya demi karya sastra
itu sendiri, bukan untuk membangun makna itu sendiri, tetapi digunakan untuk berbagai tujuan yang
dikehendaki manusia, memberi sugesti, sindiran, kritik, pendidikan, dan lain-lain. Karya sastra
merupakan tiruan dari kehidupan nyata. Sebuah karya sastra tidak tercipta dari sebuah kekosongan.
Karya sastra lahir dari sebuah latar belakang sejarah dan budaya tertentu. Melalui karya sastra kita
dapat mengenal sistem kebudayaan, pengetahuan, nilai, dan cara pandang terhadap dunianya
masyarakat pemilik sastra tersebut.

Indonesia memiliki kekayaan khazanah sastra yang sangat beragam. Salah satu ragam sastra yang
hidup di Indonesia adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan prosa rakyat yang sarat dengan
simbol-simbol sistem kebudayaan, pengetahuan, nilai dan cara pandang terhadap dunianya
masyarakat pemiliknya.

Tujuan inti materi ajar BIPA adalah mempelajari bahasa dan memahami budaya Indonesia
(Indonesian Studies). Untuk keperluan ini, karya sastra merupakan salah satu bahan ajar pendukung
yang sangat berharga. Pengenalan dan pembelajaran bahasa dan budaya melalui sastra, khususnya
cerita rakyat, sebagai bahan ajar pendukung, akan lebih hidup dan menarik, serta memberikan
warna yang berbeda dibandingkan dengan bahan ajar inti yang biasanya bersifat formatif.

Pemilihan cerita rakyat didasarkan atas usia pemelajar dan jenjangnya karena hal tersebut sangat
bergantung dari isi cerita. Bentuk evaluasi pun dapat disesuaikan dengan jenjang pemelajar agar
tingkat pemahaman siswa BIPA dapat tercapai dengan maksimal. Pemelajar BIPA pemula dapat
memainkan drama berdasarkan cerita rakyat. Sementara itu, untuk pemelajar tingkat menengah
dapat berdiskusi dan tingkat lanjut dapat membuat makalah tentang cerita rakyat yang telah
dipelajarinya.
Pada intinya, tujuan mempelajari cerita rakyat dapat menyebarkan pengaruh budaya positif dengan
menyadari bahwa perbedaan kebudayaan memiliki banyak keuntungan untuk memperkaya warisan

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 1


budaya bangsa. Kata kunci: cerita rakyat, pembelajaran BIPA

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 2


I. PENDAHULUAN
1. Apa Itu Sastra?

Berbicara tentang sastra, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu bahasa, sastra, dan sastra
lama. Bahasa merupakan salah satu faktor yang membedakan sastra dengan produk seni
lainnya, seperti seni musik, tari, dan sebagainya.

Bahasa dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu bahasa tingkat pertama atau Primary Modelling
System, dan bahasa tingkat kedua atau disebut dengan Secondary Modelling System. Primary
Modelling System merupakan bahasa yang digunakan dalam masyarakat pada umumnya.
Bahasa tingkat ini mempunyai arti denotative, sedangkan Secondary Modelling System
merupakan bahasa yang dipakai pada tataran yang universal, bukan pada tataran referensial
yang pertama. Sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa sastra termasuk dalam kategori bahasa
tingkat kedua. Bahasa sastra merupakan bahasa yang dipakai pada tataran tidak pada referensial
yang pertama, tetapi pada tataran universal. Sebagai bahasa yang universal, referensi yang
hanya satu tidak pernah berlaku pada bahasa sastra. Bahasa sastra seringkali memberi kejutan
kepada pembacanya karena keanehannya. Bahasa sastra mengandung distorsi yang
berhubungan dengan tata bahasa yang disebut sebagai distorsi penyimpangan. Penyimpangan
yang terdapat dalam sastra ini tidak dapat diukur sebagai yang salah atau yang benar. Bahasa
yang digunakan dalam sastra membuat informasi yang terkandung di dalamnya menjadi padat,
dan efektif, satu hal yang tidak dimiliki oleh media lain.

Karya sastra tetaplah karya sastra. Sastra bukanlah persoalan sosial yang nyata. Meskipun
seringkali ditemukan karya sastra yang mengemukakan persoalan-persoalan sosial yang sangat
nyata, ia tetaplah sebuah karya yang di dalamnya telah termuat pula kreativitas pengarangnya.

Hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan dalam sebuah karya sastra adalah adanya
past signification dan present signification. Diantara past signification dan present signification
terdapat jarak yang tidak bisa dihindari. Persoalannya adalah bagaimana menghadapi jarak
antara keduanya, sehingga sebuah karya dapat memperoleh maknanya secara utuh.

Sebuah karya sastra tercipta karena adanya tiga hal pokok, yaitu pencipta/pengarang, semesta,
dan proses.

Bagaimana suatu karya diciptakan? Suatu karya diciptakan oleh seseorang (created by some
body). Manusia yang melahirkan karya sastra disebut sebagai pengarang atau author. Seorang
pengarang merupakan anggota dari sebuah komunitas. Ia hidup di tengah-tengah masyarakat

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 3


yang memiliki pandangan dunia tertentu. Keberadaan seorang dalam sebuah komunitas tertentu
mengakibatkan adanya interaksi antara pengarang dengan masyarakat. Interaksi-interaksi yang
terjadi antara masyarakat dengan pengarang, secara langsung maupun tidak, akan berpengaruh
pada pikiran, perasaan, dan kehendak pengarang, yang selanjutnya akan membangun
pandangan dunia si pengarang. Pandangan dunia yang dimiliki oleh pengarang ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada cara pandang si pengarang terhadap
suatu peristiwa di sekelilingnya.

Peristiwa yang terjadi di sekitar pengarang seringkali menjadi inspirasi bagi pengarang untuk
menggubah suatu karya. Dengan daya kreativitas dan peralatan imajinasi yang dimiliki oleh
pengarang, terciptalah sebuah karya yang merupakan media pengarang untuk mengemukakan
pikiran, perasaan, dan kehendaknya.

Jika melihat bagaimana sebuah karya sastra tercipta, maka tidaklah mengherankan jika sebuah
karya sastra seringkali diciptakan bukan hanya demi karya sastra itu sendiri, bukan untuk
membangun makna itu sendiri, tetapi digunakan untuk berbagai tujuan yang dikehendaki
manusia, memberi sugesti, sindiran, kritik, pendidikan, dan lain-lain. Karya sastra merupakan
tiruan dari kehidupan nyata. Sebuah karya sastra tidak tercipta dari sebuah kekosongan. Karya
sastra lahir dari sebuah latar belakang sejarah dan budaya tertentu. Oleh karena itu, melalui
sebuah karya sastra kita dapat mengenal sistem kebudayaan, pengetahuan, nilai dan cara
pandang terhadap dunianya masyarakat pemilik sastra tersebut yang diungkapkan oleh seorang
pencipta melalui karyanya.

2. Cerita Rakyat

Salah satu ragam sastra yang kaya akan khazanah pengetahuan tentang kebudayaan, sistem
pengetahuan, nilai dan cara pandang terhadap dunianya masyarakat pemilik sastra tersebut
adalah cerita rakyat.

Cerita rakyat merupakan bentuk tertua dari sastra romantik dan imajinatif, fiksi tak tertulis dari
manusia masa lampau dan manusia primitif di semua belahan dunia (Macculoch dalam Bunanta,
1998: 22). Cerita rakyat juga didefinisikan sebagai kesusastraan dari masyarakat primitive yang
belum mengenal huruf. Hurlimann (dalam Bunanta, 1998: 22) mengatakan bahwa cerita rakyat
merupakan nenek moyang sastra naratif. Cerita rakyat juga diyakini sebagai bentuk dasar dari
sastra dan seni pada umumnya, sehingga motif-motif cerita rakyat dapat dipinjam dan
menciptakan cerita baru (Luthi dalam Bunanta, 1998: 22).

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 4


Cerita rakyat berbeda dengan jenis cerita yang lain. Oleh karena itu, mempunyai cirri-ciri
tersendiri yang berkaitan dengan plot, alur, latar tempat, tema, gaya, dan penokohan.
Perkembangan plot dalam cerita rakyat penuh konflik dan tindakan. Sebagai tradisi sastra lisan,
pendengar dengan cepat dibawa ke dalam suatu tindakan dan mengidentifikasikan diri dengan si
tokoh.

Latar waktu suatu cerita rakyat terjadi pada masa yang sangat lampau. Latar waktu yang sangat
lampau ini biasanya dideskripsikan dengan kalimat-kalimat “Pada zaman dahulu kala
hiduplah….”, atau “Ketika bumi ini baru saja diciptakan…”, dan kalimat-kalimat yang sejenis.
Latar tempat dalam cerita rakyat, biasanya tidak dideskripsikan secara rinci karena biasanya ia
hanya berfungsi sebagai latar belakang saja (Norton, 1983: 86).

Seperti halnya karya sastra lainnya, tema cerita rakyat sangat beragam, tetapi pada dasarnya
tema-tema tersebut memiliki karakter yang sama dan bersifat universal, misalnya kebajikan
mengalahkan kejahatan, yang salah akan mendapatkan hukuman yang setimpal, kecerdikan dan
pengetahuan mengalahkan kekuatan fisik, buah dari sebuah kesabaran dan keihlasan selalu
manis, yang melanggar aturan akan mendapatkan hukuman (Norton, 1983: 4).

Tokoh dalam yang ditampilkan dalam cerita rakyat biasanya berwujud tokoh teka-teki, misalnya
Ande-Ande Lumut, Kleting Kuning, Cinderella. Tokoh-tokoh ini dimunculkan tidak dalam wujud
yang seungguhnya. Tokoh-tokoh dalam cerita rakyat juga bersifat stereotip, misalnya seorang
putri raja selalu digambarkan sebagai seorang gadis yang jelita, dan seorang pangeran selalu
digambarkan sebagai seorang lelaki yang gagah perkasa (Norton, 1983: 202).

Sedangkan gaya bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat selalu berbunga-bunga. Penuh
stilistika, seringkali dikentalkan dengan sajak dan nyanyian (Norton, 1983: 203)

3. Pengenalan dan Pembelajaran Bahasa dan Budaya Siswa BIPA melalui Cerita Rakyat

Salah satu materi ajar BIPA adalah mempelajari bahasa dan memahami budaya Indonesia
(Indonesian studies). Untuk keperluan ini, karya sastra, dalam hal ini cerita rakyat, merupakan
salah satu bahan ajar pendukung yang sangat berharga. Pengenalan dan pembelajaran bahasa
dan budaya melalui sastra, khususnya cerita rakyat, sebagai bahan ajar pendukung, akan lebih
hidup dan menarik, serta memberikan warna yang berbeda dibandingkan dengan bahan ajar inti
yang biasanya bersifat formatif.

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 5


Mengapa cerita rakyat? Dari berbagai kajian banyak diyakini bahwa cerita rakyat mempunyai
nilai lebih dari sekedar bacaan penghibur saja, karena cerita rakyat kaya akan khazanah nilai,
moral, pandangan hidup dan kesadaran akan budaya. Cerita rakyat memiliki kegunaan dalam
kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara,
protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam (Danandjaya, 2007: 4). Cerita rakyat
merefleksikan beragam budaya yang merefleksikan setiap keunikan dan persamaan setiap
budaya (Bunanta, 1998: 52)

Dengan media cerita rakyat, diharapkan siswa BIPA akan lebih mengenal budaya dengan cara
yang lebih menyenangkan. Selain dari segi budaya, cerita rakyat juga merupakan media yang
sangat membantu untuk pembelajaran bahasa. Cerita rakyat sangat bermanfaat sebagai
pendorong kemampuan literer. Melalui cerita rakyat, siswa akan belajar mengenal pola-pola
naratif cerita dan mekanisme wacana yang akan membantunya meningkatkan ketrampilan
narasinya dalam berbahasa dan juga menjadikannya pembaca yang lebih matang serta siap
memahami bentuk-bentuk sastra yang lebih komplek (Bunanta, 1998: 52).

Kemampuan literer ini akan semakin terasah jika siswa BIPA “dibiasakan” menceritakan kembali
secuah cerita rakyat yang telah dikenalkan kepada mereka. Sesuai dengan tradisi sastra lisan,
penceritaan kembali cerita rakyat akan menghasilkan sebuah cerita rakyat/sastra lisan yang
“baru”. Penciptaan cerita rakyat ini akan melatih kemampuan literer dan pemahaman terhadap
sebuah cerita rakyat oleh siswa BIPA.

II. PEMBAHASAN
1. Cerita Rakyat Putri Mandalika sebagai Referensi Pembelajaran BIPA

Karya sastra, termasuk di dalamnya cerita rakyat, merupakan suatu miniatur sosial. Sebagai
sebuah miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginventarisir berbagai kejadian yang telah
dikerangkakan dalam pola-pola kreatifitas dan imajinasi. Kejadian-kejadian tersebut dalam karya
sastra merupakan prototipe kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Kualitas responsif dan representatif, entitas, dan integritas karya sastra di tengah-tengah
masyarakat mengandung arti bahwa karya sastra secara keseluruhan mengambil bahan di dalam
dan melalui kehidupan masyarakat. sastra juga memandang sastra merupakam bagian integral
struktur sosial.

Genesisi karya sastra pada umumnya tampak jelas dalam mode-mode pandangan dunia,
meskipun ditelusuri dalam struktur sosial yang berbeda. Struktur karya sastra dan struktur

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 6


masyarakat, menyediakan pemahaman yang sangat kaya yaitu memanfaat
kan kedua komponen tersebut sebagai relasi oposisi. Sebagai diskret dengan realitas masing-
masing, karya sastra dengan realitas imajinatifnya dan masyarakat dengan realitas empiris. Maka
kedua komponen tersebut menyediakan ruang pemahaman yang sangat luas (Faruk, 2005: 35-
121).

Bagi suku Sasak, cerita rakyat “Putri Mandalika” merupakan legenda menurut pengkategorian
William R. Bascom (2007: 50). Legenda yang dalam penggolongan Jan Harold Brunvand termasuk
dalam legenda perseorangan. Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh
tertentu, yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi. Dalam hal ini
legenda perseorangan yang berkisah tentang Putri Mandalika.

Cerita rakyat di atas merupakan cerita teladan yang mengandung nilai-nilai budaya lokal yang
dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Nilai budaya lokal yang menonjol dalam
cerita ini adalah yang berkaitan dengan hakikat terhadap hubungan antarsesama dan hakikat
terhadap tanggung jawab.. Sifat ini tercermin pada sifat Putri Mandalika ketika ia rela
mengorbankan jiwa dan raganya demi menghindari terjadinya peperangan antara beberapa
kerajaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Ia lebih memilih
mengorbankan jiwanya daripada mengorbankan jiwa orang banyak.

2. Desain dan Teknik Keterampilan Berbahasa melalui Cerita Rakyat Putri Mandalika

Cerita rakyat dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Melalui berbagai
keterampilan berbahasa seperti pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis,
tingkat pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia siswa asing dapat meningkat.
Pembelajaran setiap keterampilan dapat dilakukan secara terpisah tetapi juga dapat dilakukan
secara terpadu (terintegrasi). Berikut ini sejumlah aktivitas yang dapat dilakukan untuk setiap
keterampilan berbahasa yang diadopsi dari Taylor (2000).

Pada kegiatan menyimak, guru dapat membacakan cerita dengan suara keras; menceritakan
cerita secara lisan tanpa buku; menggunakan tape recorder; cerita rakyat dari budaya yang
berbeda diceritakan oleh siswa lain; pertunjukan drama cerita rakyat, serta jigsaw dan kegiatan
kesenjangan informasi.

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 7


Selanjutnya, pada kegiatan berbicara, guru dapat menceritakan cerita dari budaya mereka
masing-masing, melakukan kegiatan diskusi, bekerja sama dengan siswa lain untuk menciptakan
cerita baru atau melengkapi cerita baru, jigsaw dan kegiatan kesenjangan informasi, serta
membuat dan menampilkan cerita melalui drama.

Kemudian, pada kegiatan membaca, pembelajaran dapat dilakukan dengan membaca intensif,
jigsaw, membaca analisis; membandingkan, mengontraskan, dan lain-lain.

Terakhir pada kegiatan menulis, pembelajaran dapat dilakukan dengan mencatat cerita dari
siswa yang berbeda budaya; menulis akhir cerita dari cerita yang sedang diceritakan; mengarang
cerita asli; menulis makalah yang membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, atau mengkritisi
cerita; menulis ringkasan cerita, dan merespon cerita secara pribadi.

Pada makalah ini akan diulas teknik pengajaran bahasa Indonesia yang diujicobakan pada kelas
madya dan mahir di Program BIPA Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Cerita rakyat yang
dijadikan contoh mengambil cerita yang berasal dari Pulau Lombok. Cerita ini berjudul “Putri
Mandalika”. Berikut ceritanya yang disarikan dari Bunanta (2005).
Di sebuah kerajaan Sekar Kuning hidup seorang raja. Raja tersebut memiliki anak
perempuan bernama Putri Mandalika. Putri Mandalika tumbuh menjadi putri cantik,
adil, dan bijaksana. Rakyat sangat menyukainya. Pada suatu hari raja wafat dan putri
memerintah kerajaan. Suatu hari ada dua raja bernama Raja Johor dan Raja Bumbang
datang melamar putri. Putri pun sangat bingung. Putri tidak ingin terjadi perang
antarkerajaan. Tiba-tiba, datang ombak dahsyat menelan Putri Mandalika. Seketika itu
pula Putri Mandalika hilang. Kedua raja menyaksikan peristiwa tersebut. Mereka tidak
menemukan putri di laut. Mereka hanya menemukan cacing bergerombol dan bersinar
seperti pelangi. Rakyat percaya putri menjelma menjadi binatang laut tersebut. Binatang
laut ini menjadi makanan yang berguna bagi rakyatnya.

Di bawah ini adalah teknik yang digunakan saat ujicoba pada program BIPA UMN tingkat madya.
1. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok pertama mendapat teks cerita bagian awal,
kelompok kedua bagian isi, dan kelompok ketiga bagian akhir.
2. Setelah itu, siswa diminta untuk menggarisbawahi kata-kata sulit dan membahasnya.
3. Kemudian dosen mendongeng dengan mimik dan berperan untuk setiap tokoh.
4. Selanjutnya, setiap kelompok membuat dialog sesuai bagiannya.

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 8


5. Setiap kelompok bermain peran sesuai bagiannya dan kelompok lain menyimak melalui
pertunjukan drama singkat.
6. Terakhir, siswa diberi tugas untuk menghafal dongeng dan menampilkannya saat UTS.

Selanjutnya, pada tingkat mahir ada beberapa teknik yang digunakan. Berikut teknik yang
digunakan pada tingkat mahir.
1. Dengan bantuan media gambar melalui layar LCD, siswa menyimak tuturan dosen yang
sedang mendongeng.
2. Siswa mencatat kosakata yang belum dipahami.
3. Dosen mendongeng paragraf demi paragraf disertai mimik dan membuat garis besar cerita
berdasarkan adegan demi adegan.
4. Siswa mendongeng bersama secara bergiliran dengan bantuan tampilan gambar saja.
5. Siswa diberi tugas untuk menghafal seluruh cerita dan akan diujikan saat UTS.

Hal menarik yang didapat saat pembelajaran di BIPA UMN dengan cerita rakyat adalah pada
umumnya pembelajaran bahasa Indonesia melalui dongeng sangat menarik. Siswa sangat
antusias mengikutinya bahkan diberikan tantangan bahwa bahan dongeng akan dijadikan soal
UTS sehingga mereka berusaha keras menghafalnya, dan alhasil saat UTS tiba, mereka tanpa
teks bisa mendongeng dengan bahasa dan mimik yang baik.

3. Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat

W.R. Bascom dalam Pollard (2009) mengatakan bahwa tradisi lisan atau folkore mencerminkan
suatu aspek kebudayaan, baik langsung maupun tidak langsung, dan tema-tema kehidupan yang
mendasar misalnya kelahiran, kehidupan keluarga, penyakit, kematian, penguburan dan
malapetaka yang universal seperti yang terdapat dalam cerita Putri Mandalika.

Cerita rakyat di Indonesia banyak mengandung nilai-nilai baik dalam kehidupan sosial tertentu
maupun secara global.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam mengenalkan budaya Indonesia ke siswa asing akan
terdapat gegar budaya (culture shock) karena perbedaan kedua negara. Namun hal itu dapat
dijembatani dengan pengenalan daerah dan budaya lokal di Indonesia melalui bahasa Indonesia
sesuai jenjang mereka. Selain itu pula, cara yang terampuh adalah menanyakan kesamaan cerita
di tempat asal siswa karena seperti yang diutarakan oleh Bascom bahwa semua tema-tema

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 9


kehidupan yang terjadi dalam cerita rakyat bersifat universal. Artinya, bila di Indonesia memiliki
cerita rakyat yang bertema pengabdian seorang raja seperti Putri Mandalika bisa jadi di negara
lain juga memiliki tema serupa, seperti yang diungkapkan Pollard, cerita rakyat dari Kutai yang
berjudul “Puan Tahun” hampir sama dengan “Jack and The Bean Stalk”

III. PENUTUP
Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, namun ia juga berfungsi sebagai media
untuk menyampaikan tujuan tertentu. Bagi komunitasnya, cerita rakyat merupakan alat untuk
menyampaikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya bagi generasi penerus. Dalam pengajaran BIPA
cerita rakyat merupakan salah satu bahan ajar pendukung yang sangat berharga. Pengenalan dan
pembelajaran bahasa dan budaya melalui sastra, khususnya cerita rakyat, sebagai bahan ajar
pendukung, akan lebih hidup dan menarik, serta memberikan warna yang berbeda dibandingkan
dengan bahan ajar inti yang biasanya bersifat formatif.

Pengajaran BIPA melalui cerita rakyat ini sebagai bahan ajar alternatif yang dapat diujicobakan di
masing-masing tempat penyelenggara BIPA. Desain yang dibuat di atas dapat disesuaikan dengan
masing-masing jenjang di tempat penyelenggara BIPA baik di Indonesia maupun luar negeri. Sastra
bersifat universal. Jadi mempelajari sastra sama pentingnya dengan mempelajari bahasa. Belajar
Indonesia melalui cerita rakyat merupakan sesuatu yang menarik. Mari mengenal Indonesia melalui
khazanah budaya, cerita rakyat nusantara.

DAFTAR PUSTAKA
Bunanta, Murti. 1998. Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak di Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Bunanta, Murti. 2005. Puti Mandalika, Cerita Rakyat dari Lombok-Nusa Tenggara Barat. Jakarta:
Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA)
Brunvand, Jan Harold. 1968. The Study of American Folkore – An Introduction. New York: W.W. Norton &
Co. Inc
Danandjaya, James. 2007. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: I PT Pustaka
Utama Grafiti
Faruk, 2005. Pengantar Sosisologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Pos-Modernisme.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Norton, Donna E. 1983. Through the Eyes of a Child: An Introduction to Children’s Literature. Columbus,
Ohio: Charles E. Merrill Publishing Co.

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 10


http://ceritarakyatnusantara.com/id/article/page/26 diunduh pada tanggal 30 Juni 2014
Taylor, Eric K. 2000.Using Folktales. New York: Cambridge University Press.

Narasumber
Niknik Mediyawati, M.Hum. Dosen Universitas Multimedia Nusantara

Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges 11

Anda mungkin juga menyukai