Anda di halaman 1dari 2

Menurut Razali dan Jonson (2000:1) perubahan pola pikir masyarakat

dapat pula menyebabkan ketidakpedulian mereka terhadap sastra lisan hanya


dipandang sebagi kisah-kisah yang tidak masuk akal dan berada diluar jangkauan
akal sehat.Hal ini tentu menjadi ancaman terhadap eksistensi sastra lisan, jika
masyarakat melupakannya dari kehidupan mereka. Kemampuan sastra lisan untuk melingkupi
segala sendi kehidupan manusia, itu membuktikan bahwa nenek moyang kita di masa lampau
telah mengenal ajaran kehidupan yang baik yang terkandung dalam sastra lisan yang
dapat ditemui di seluruh daerah di Indonesia, tetapi yang menjadi tanggung jawab
kita sebagai penikmat sekaligus pewaris adalah bagaimana menempatkan warisan
leluhur itu sebagai salah satu kekayaan yang perlu diwariskan, dipahami, dan
dinikmati, serta pada akhirnya akan menjadi pengungkap tirai kehidupan masa
lampau yang dapat dijadikan tempat bercermin bagi kehidupan masa sekarang.

Sastra lisan, termasuk cerita rakyat merupakan warisan budaya nasional

Sastra lisan merupakan karya sastra yang dihasilkan oleh generasi terdahulu
yang di dalamnya terkandung pesan yang luas. Pesan dalam sastra lisan
disampaikan untuk menasehati, dan memberi pelajaran berdasarkan pengalaman
pengalaman di dalamnya. Pesan yang terkandung dalam sastra lisan
menggambarkan pola pikir masyarakat pada saat itu. Menurut Mattaliti dkk
(dalam Larupa dkk, 2002: 3-4) mengatakan bahwa sastra lisan adalah bagian dari
suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan
diwariskan turun temurun secara lisan sebagai milik bersama.

dan masih mempunyai nilai-nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan


untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, antara lain dalam
hubungan dengan pembinaan apresiasi sastra. Sastra lisan juga telah lama
berperan sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang
tumbuh dalam masyarakat. Bahkan, sastra lisan telah berabad-abad berperan
sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam arti yang
berdasarkan lisan akan lebih mudah digauli karena adanya unsur yang dikenal
dalam masyarakat. Cerita rakyat jugamampu mengungkapkan pengalaman manusia seperti
kesenangan, kerinduan, cinta kasih, ratap tangis, dan kebencian.Segala rasa dapat
terlahir dalam sastra.Demikian juga ajaran-ajaran hidup yang bermakna sakral
dapat terlahir dalam sastra.Bahkan sastra menampakkan dasar penilaian yang
sejajar dengan moral.Kesejajaran sastra dengan moral dapat tersurat dan tersirat
pada setiap karya sastra yang umumnya mengungkapkan warna-warni kehidupan,
sehingga di dalamnya terkandung sejumlah pengalaman yang berisi pandangan
hidup dan renungan-renungan pengarangnya dalam bentuk yang estetis.

Cerita rakyat juga sangat digemari oleh warga masyarakat karena dapat
dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat jenaka. Oleh karena
itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral
dan hiburan bagi masyarakat pendukungnya.Pada masa sebelum tersedianya
pendidikan secara formal, seperti sekolah, cerita rakyat memiliki fungsi dan
peranan yang amat penting sebagai media pendidikan bagi orang tua untuk
mendidik anak dalam keluarga.Meskipun saat ini pendidikan secara formal telah
tersedia, namun cerita-cerita rakyat tetap memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting

Cerita rakyat termasuk bagian dari bahan yang perlu disampaikan pada
pengajaran sastra.Pengajaran sastra mempuyai peranan dalam mencapai tujuan
pendidikan.Rusyana (1982:6) menjelaskan bahwa “Pengajaran sastra dapat
memberikan sumbangan yang maksimal terhadap aspek-aspek pendidikan susila,
sosial, perasaan, sikap penilaian, dan keagamaan”.Untuk mencapai tujuan
tersebut, sudah seharusnya guru sastra mempunyai apresiasi yang cukup tinggi
dan wawasan sastra yang luas, serta memiliki inisiatif memilih bahan
pembelajaran yang sasuai.Kemampuan tersebut perlu sebab erat kaitannya dengan
menyiapkan bahan pembelajaran.Agar pembelajaran sastra jelas peranannya
sesuai dengan tujuan pendidikan, bahan perlu dipersiapkan dan dikaji dengan
baik

KESIMPULAN

Kehadiran sastra lisan di tengah-tengah kehidupan masyarakat bukan hanya pelengkap biasa saja,
melainkan suatu kebutahan bagi manusia. Hal ersebut terjadi akibat dari perpaduan antara budaya dan sastra yang
dapat menjadi identitas suatu kelompok masyarakat. Kehadiran sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan dapat
dijadikan sebagai alat kontrol sosial dan pengukuhan solidaritas bagi masyarakat. Sifat kedaerahaan
tulah yang dapat dijadikan pemahaman karakteristik kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat
tepatnya dengan sastra daerah tersebut dilahirkan oleh orang-orang terdahulu. Untuk itu, generasi yang hidup di
zaman yang sifatnya kekinian perlu memahami bahwa keutuhan kearigan lokal (tradisi lisan) perlu dijaga dengan
baik keran dapat menjadi identitas kelompok bagi suatu masyarakat.

Ratna NK. 2014. Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Taum YY. Studi Sastra Lisan Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan Disertai Contoh
Penerapannya. LAMALERA, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai