ABSTRAK
Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat
diinterpretasikan secara beragam. Kajian ini difokuskan pada permukiman
etnis Bugis yang berada di Desa Labuhan Mapin Kabupaten Sumbawa.
Wujud data yang dimaksud adalah cerita rakyat Bugis yang hidup dan
tumbuh pada etnis bugis di Kabupaten Sumbawa. Cerita rakyat Bugis yang
ditetapkan sebagai sumber data tersebut meliputi cerita rakyat lisan. Data
diperoleh di lapangan dengan cara wawancara, perekaman, serta jika
memungkinkan pengadaan cerita yang telah didokumentasikan dalam
bentuk tulisan. Data cerita rakyat Bugis di Kabupaten Sumbawa
dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan bentuk dan isi cerita rakyat, nilai
karakter, dan fungsi cerita rakyat. Penganalisisan orientasi nilai budaya
etnis Bugis dalam cerita rakyatnya dilakukan dengan melihat sikap, sifat,
dan tingkah laku tokoh ketika berhadapan dengan konflik, yaitu bagaimana
ia menghadapi permasalahan, menyikapi, menyelesaikannya serta
menindaklanjuti yang pada akhirnya bermuara pada konsepsi kehidupannya.
Cerita rakyat sebagai bagian dari foklor dapat dikatakan menyimpan
sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku
masyarakat. Dalam Cerita “Si Jago Rencana” bertemakan tentang
seseorang yang kurang dapat bertanggung jawab dalam hidupnya. Cerita
rakyat etnis Bugis di Desa Labuhan Mapin Sumbawa juga mengandung budi
pekerti yang luhur sebagai sarana untuk mengajarkan moral kepada anak
dan sesama manusia. Dari cerita rakyat tersebut, budi pekerti luhur yang
terkandung dalam cerita rakyat itu dapat dijadikan pula sebagai bahan ajar
sastra di sekolah untuk disampaikan kepada siswa dan sesama manusia.
Perubahan yang dilakukan manusia terutama melalui proses pengenalan
kebudayaan yang terus menerus akan berakibat pemahaman manusia
terhadap kebudayaannya dapat diidentifikasikan.
Kata kunci: nilai budaya, cerita rakyat, fungsi cerita rakyat.
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
ABTRACT
Dari berbagai kajian banyak diyakini bahwa Dengan demikian, masyarakat dapat
cerita rakyat mempunyai nilai lebih dari membedakan perilaku yang baik maupun
sekedar bacaan penghibur saja, yaitu cerita yang buruk baik perilaku verbal maupun
rakyat kaya akan khazanah nilai, moral, perilaku nonverbal yang merupakan sebuah
pandangan hidup, dan kesadaran akan refleksi atau cerminan dari suatu sistem nilai
budaya. Cerita rakyat memiliki kegunaan yang dianut oleh masyarakat. Sistem nilai
dalam kehidupan bersama suatu kolektif. tersebut mencakup konsepsi-konsepsi yang
Cerita rakyat berfungsi sebagai alat abstrak (Soekanto, 1990).
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan Selanjutnya, nilai-nilai tersebut
proyeksi keinginan terpendam (Danandjaya, merupakan konsep hidup yang ada di dalam
2007: 4). Cerita rakyat merefleksikan hidup dan kehidupan manusia, misalnya
beragam budaya yang merefleksikan setiap kejujuran: nilai yang berhubungan dengan
keunikan dan persamaan setiap budaya akhlak; nilai yang berkaitan dengan benar
(Bunanta, 1998: 52) dan salah yang dianut oleh
Dengan media cerita rakyat, golongan/masyarakat (Sujarwa, 2006).
diharapkan masyarakat, juga siswa, akan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
lebih mengenal budaya dengan cara yang (2002), nilai budaya diartikan sebagai
lebih menyenangkan. Selain dari segi konsep abstrak mengenai masalah dasar
budaya, cerita rakyat juga merupakan media yang sangat penting dan bernilai dalam
yang sangat membantu untuk pembelajaran kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal
bahasa. Cerita rakyat sangat bermanfaat di atas, nilai itu sendiri dapat dipahami
sebagai pendorong kemampuan menulis. melalui pendapat para pakar di bidang
Melalui cerita rakyat, masyarakat, juga antropologi, yaitu Kluckhon (dalam
siswa, akan belajar mengenal pola-pola Koentjaraningrat, 1983) mengatakan bahwa
naratif cerita dan mekanisme wacana yang definisi nilai yang diterima berbagai konsep
akan membantunya meningkatkan nilai yang bersifat universal tersebut adalah
keterampilan narasinya dalam berbahasa, hasil pengaruh seleksi perilaku dimana nilai-
dan juga menjadikannya pembaca yang nilai tersebut membentuk sistem
lebih matang, serta siap memahami bentuk- budaya/cara pandang manusia secara
bentuk sastra yang lebih komplek (Bunanta, universal. Adapun nilai-nilai universal
1998: 52). tersebut menurut Koentjaraningrat (1983,
Kemampuan literer ini akan dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai
semakin terasah jika masyarakat ataupun berikut; (1) Konsepsi mengenai hakikat
siswa “dibiasakan” menceritakan kembali hidup; (2) Konsepsi mengenai hakikat
sebuah cerita rakyat yang telah dikenalkan karya; (3) Konsepsi mengenai hakikat
kepada mereka. Sesuai dengan tradisi sastra waktu; (4) Konsepsi mengenai hakikat
lisan, penceritaan kembali cerita rakyat akan lingkungan alam; dan (5) Konsepsi
menghasilkan sebuah cerita rakyat/sastra mengenai hakikat lingkungan sosial. Dengan
lisan yang “baru”. Penciptaan cerita rakyat demikian, nilai yang diungkapkan di atas
ini akan melatih kemampuan literer dan tersebut, dapat dipahami bahwa nilai
pemahaman terhadap sebuah cerita rakyat merupakan sesuatu yang dipentingkan
oleh masyarakat ataupun siswa. manusia sebagai subjek, menyangkut segala
Sistem nilai budaya merupakan sesuatu yang positif dan negatif sebagai
nilai inti dari masyarakat. Nilai inti diikuti abstrak, pandangan, atau maksud dari
oleh setiap individu atau kelompok. Nilai itu berbagai pengalaman dan pengetahuan.
biasanya dijunjung tinggi sehingga menjadi Cerita rakyat yang terdapat dalam
salah satu faktor penentu dalam berprilaku kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia
baik dalam berpikir maupun bertindak. terkandung nilai-nilai budaya yang menjadi
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
mengambil cerita dari cerita yang sudah relevanlah jika penelitian ini difokuskan di
ditulis kemudian diceritakan kembali daerah ini dengan tidak mengabaikan
melalui lisan. informasi-informasi dari daerah lain.
Menurut Bascom (dalam Sebagai sumber informasi dan
Dananjaya, 1991:50), cerita rakyat dapat sumber data yang mewakili sastra dan
dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu 1) budaya pada daerah pengamatan, pemilihan
mite (myth), 2) legenda (legend), dan 3) informan dilakukan dengan cara memilih
dongeng (folktale). Mite adalah cerita yang orang yang memiliki pemahaman secara
dianggap benar-benar terjadi serta dianggap baik terhadap cerita rakyat khususnya jenis
suci oleh yang empunya cerita. Mite legenda dan mengetahui seluk-beluk adat-
ditokohi oleh para dewa atau mahkluk istiadat, dan budaya daerah setempat.
setengah dewa. Peristiwanya biasanya Kriteria yang digunakan dalam penentuan
terjadi di dunia lain atau di dunia yang informan adalah sebagai berikut:
bukan seperti yang kita kenal sekarang, dan 1. Penduduk asli atau berdomisili di lokasi
terjadi pada masa lampau. Mite pada penelitian,
umumnya mengisahkan terjadinya alam 2. Berusia enam belas tahun ke atas, dan
semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya 3. Menguasai seni budaya daerah setempat
maut, bentuk khas binatang, bentuk secara aktif.
topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite Wujud data dalam penelitian ini
juga mengisahkan petualangan para dewa, adalah cerita rakyat Bugis di Kabupaten
kisah percintaan, hubungan dan kekerabatan Sumbawa. Cerita rakyat Bugis yang
mereka, kisah perang dan sebagainya. ditetapkan sebagai sumber data tersebut
meliputi cerita rakyat lisan.
B. METODE PENELITIAN Data dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini dibagi dalam tiga cerita rakyat yang hidup dan tumbuh pad
tahapan, yaitu pertama tahap prapenelitian etnis Bugis di Kabupaten Sumbawa. Data
mencakup kegiatan penyusunan proposal didapatkan di lapangan dengan cara
dan penyusunan kuesioner (instrumen); wawancara, perekaman, serta jika
kedua tahap penelitian mencakup kegiatan memungkinkan pengadaan cerita yang telah
pengumpulan data, analisis data dan didokumentasikan dalam bentuk tulisan.
penyusunan hasil analisis data; ketiga tahap Data cerita rakyat Bugis di Kabupaten
pascapenelitian, yaitu kegiatan evaluasi, Sumbawa dikumpulkan dan dianalisis
konsultasi, dan penggandaan. berdasarkan bentuk dan isi cerita rakyat,
Kajian ini difokuskan pada nilai karakter, dan fungsi cerita rakyat.
permukiman etnis Bugis di Kabupaten Tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada
Sumbawa. Etnis Bugis adalah etnis Bugis tahap ini digunakan metode kualitatif
yang berada di Desa Labuhan Mapin (Mahsun, 2005). Metode kualitatif yaitu,
Kabupaten Sumbawa. Daerah tersebut analisis yang mendasarkan diri bukan pada
dipilih sebagai titik sasaran penelitian paradigma metodologis deduktif, tetapi
karena berdasarkan hasil pengamatan, induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak
daerah tersebut cukup representatif dan dari yang khusus ke yang umum.
menyediakan berbagai hal sehubungan Konseptualisasi katagorisasi, dan deskripsi
dengan upaya penelitian ini. Banyak data dikembangkan atas dasar kejadian
yang dapat digali di daerah tersebut. Jumlah (incidence) yang terjadi di lapangan. Hal
etnis Bugis yang relatif banyak serta adanya tersebut memperlihatkan adanya pertalian
para tokoh etnis Bugis yang bermukim di hubungan antarkatagori (antarvariabel untuk
daerah tersebut sangat membantu istilah dalam penelitian kualitatif) juga
penyediaan datanya. Dengan demikian, dikembangkan atas dasar data yang
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
tidak ada satu pun pohon yang ditebang. Tibalah saat sang suami lapar. Sang suami
Tiba saatnya sang suami merasa lapar, lalu membuka bekalnya di bawah pohon.
pergilah ia di bawah pohon terebut, Setelah dibuka bekalnya, tercium bau “tai”.
membuka bekal makanannya, memakannya, Sang suami tidak menyadari jika bau itu
dan setelah habis bekal makanannya, ia berasal dari bekalnya. Sang suami berpikir,
pulang, tidak ada satu pohon pun yang “Kurang ajar, ada orang yang melihatku
ditebang. Hal ini berulang-ulang terjadi, selalu makan di bawah pohon ini, sehingga
bahkan berbulan-bulan. Setiap pagi ia berani berak di sini.” Kemuadian, sang
berangkat ke hutan, sesampai di hutan, ia suami pindah ke pohon kedua. Ia buka
hanya memandang pohon itu, bekalnya, tetap tercium bau “tai”. Lagi-lagi
merencanakan akan menebang pohon, tetapi sang suami berpikir, “Kurang ajar, lagi-lagi
tidak ada satu pohon pun yang ditebang, ada orang yang melihatku selalu makan di
memakan bekalnya, dan setelah itu pulang bawah pohon ini, sehingga berani berak di
ke rumah. Seterusnya begitu, setiap hari sini.” “Aduh, kenapa setiap pohon kok
kerjanya hanya berencana saja tanpa hasil, diberaki”, begitu pikir sang suami. Karena
berbulan-bulan hanya berencana, tetapi rasa laparnya, sang suami akhirnya
tidak ada pohon yang ditebang. berpindah ke pohon ketiga. Sang suami
Melihat suaminya yang setiap pagi beranggapan, “ mau bau tai, mau nahi di
pergi ke hutan dan tanpa membawa hasil mana, karena dia telah merasa lapar,
apa pun, sang istri bertanya-tanya dalam membuka bekalnya, yang penting makan.”
hatinya, “Kok suamiku berbulan-bulan Setelah dibuka bekalnya, terkejutlah sang
pergi ke hutan, tetapi tidak ada hasilnya, suami, ternyata sumber bau tai itu, ada di
tidak ada pohon yang ditebang.” Dalam bekalnya. Sang suami marah. Sang suami
hati sang istri, berkata, “Seharusnya marah kepada sang istri, bahkan berencana
sebagai pasangan suami istri, sang suami membunuh istrinya. Sang suami marah dan
harusnya menafkahi istri, tetapi sang suami berteriak sambil memutar kapaknya di atas
hanya berencana saja, tanpa hasil.” Pada kepalanya, “Kurang ajar istriku”, “Akan
akhirnya sang istri merasa kesal dan bosan saya bunuh istriku”, “memberi bekal suami
sehingga muncullah emosinya, dan berkata dengan tai.” Betapa murkanya sang suami
sang istri (dalam hati), “Ah, buat apa, laki- melihat kenyataannya, bergegaslah suami
laki model seperti ini!” Sang istri merasa untuk pulang sambil berucap, “Awas kau
jengkel dengan sikap suaminya. Karena istri, lihat saja apa yang akan aku lakukan
rasa jengkelnya, keesokan harinya, sang padamu!”
istri tetap menyiapkan bekal untuk suaminya Di tempat berbeda, sang istri di
pergi ke hutan. Namun, bekal yang rumah sudah merasa bahwa suaminya akan
disediakan untuk suaminya, oleh istrinya marah besar setelah mengetahui bahwa
di”berak”i. Sang istri berpikir, “Sudah bekal yang dibawa sang suami bukannya
berbulan-bulan, sang suami pergi ke hutan, nasi dan lauk pauk, melainkan nasi dan lauk
tidak ada bukti/hasil” sehingga ia berpikir, pauk yang telah ia beraki. Akan tetapi, sang
“sebenarnya kita mau apa?(bukti tanggung istri tenang-tenang saja justru
jawab suami terhadap istri). Akan tetapi, mempercantik dirinya dengan cara
sang suami tidak menyadari bahwa bekal berdandan cantik. Tibalah saatnya,
yang disiapkan istrinya, telah diberaki oleh terdengar suara suami yang berteriak
istrinya. Sang suami tetap membawa marah, sang istri cepat pergi ke kamar
bekalnya untuk pergi ke hutan. Sesampai di tidur, tiduran, sebagian kelambu ada yang
hutan, tetap saja ia hanya berencana ditutup, sebagian kelambu lainnya terbuka.
menebang pohon, tetapi tidak ada hasil, Datanglah sang suami ke kamar sambil
tidak ada satu pun pohon yang ia tebang. berteriak, “Akan saya bunuh kamu!”,
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
“Akan saya bunuh kamu!”, “Akan saya Tanggung jawab dibuktikan dengan
bunuh kamu!” Sesampai di kamar, sang tidak mengabaikan kewajiban kepada
suami sambil memainkan kapaknya di atas keluarga (istri). Budaya bertanggung jawab
kepala, melihat istrinya telanjang/tidak terdapat dalam cerita rakyat Bugis yang
berpakaian sambil menutup kemaluannya berjudul “Jago Rencana”. Cerita tersebut
dengan telapak tangannya. Kemudian, sang menggambarkan tidak ada rasa tanggung
suami berkata, “Kalau bukan karena ini jawabnya sang suami kepada istri. Sang
(sambil membuka telapak tangan istrinya), suami tidak memiliki pekerjaan untuk
sudah kubunuh kamu!” Sang istri memang menafkahi istrinya. Sang suami hanya
sengaja memperlihatkan kemaluannya pandai berangan-angan saja, pandai
dihadapan suaminya. Akhirnya sang suami merencanakan sesuatu, tanpa ada kemauan
luluh dan memaafkan istrinya. Nafsu untuk mewujudkan harapan/keinginannya.
angkara murka berubah menjadi kasih Adanya sikap tidak bertanggung Jawab
sayang antarsuami istri. mencerminkan tidak adanya moral yang
baik pada diri sang suami. Apabila sikap
2 Nilai Budaya yang Tercermin dalam tidak bertanggung jawab ini terus menerus
Cerita Rakyat “Jago Rencana” ditanamkan sejak dini, akan terjadi
Karya sastra, termasuk di dalamnya pengikisan moral sang suami. Hal ini terlihat
cerita rakyat, merupakan suatu miniatur pada kutipan berikut.
sosial. Sebagai sebuah miniatur, karya sastra “Sesampainya di pinggir hutan, sang
berfungsi untuk menginventarisir berbagai suami hanya berdiri dan bertolak
kejadian yang telah dikerangkakan dalam pinggang dengan kapak sambil melihat
pola-pola kreativitas dan imajinasi. pohon yang berada di depannya. Sang
Kejadian-kejadian tersebut dalam karya suami (sambil melihat pohon yang ada
sastra merupakan prototipe kejadian yang di depannya) hanya menatap pohon
pernah dan mungkin terjadi dalam tersebut dan menunjuk dengan
kehidupan sehari-hari. Kualitas responsif kapaknya, “Seandainya saya menebang
dan representatif, entitas, dan integritas pohon itu, pohon itu akan
karya sastra di tengah-tengah masyarakat, rebah/tumbang dan pohon-pohon yang
mengandung arti bahwa karya sastra secara lainnya juga akan rebah/tumbang
keseluruhan mengambil bahan di dalam dan juga”. Ia hanya melihat dan berfikir,
melalui kehidupan masyarakat. sastra juga “Pohon-pohon lain pasti akan
memandang sastra merupakam bagian rebah/tumbang jika saya hanya
integral struktur sosial. menebang satu pohon”. Dalam pikiran
Bagi etnis Bugis, cerita rakyat sang suami, “pohon itu sudah rebah”,
“Jago Rencana” merupakan dongeng. Cerita “rebah”, rebah”, dan “rebah”, tanpa
rakyat tersebut merupakan cerita teladan ada perbuatan menebang pohon—tidak
yang mengandung nilai-nilai budaya lokal ada yang dilakukan oleh sang suami.
yang dapat dijadikan pedoman dalam Artinya, sang suami, si jago rencana,
kehidupan sehari-hari. Nilai budaya lokal hanya berencana untuk menebang
yang menonjol dalam cerita ini adalah yang pohon, tetapi tidak ada satu pun pohon
berkaitan dengan hakikat terhadap hubungan yang ditebang”.
antarsesama. Nilai budaya yang tercermin
dalam hubungan manusia dengan sesamanya (b) Sabar.
dalam kehidupannya terdapat dalam cerita Sikap sabar ditunjukkan oleh tokoh istri
rakyat “Jago Rencana”, adalah sebagai dalam cerita “Si Jago Rencana”. Sang istri
berikut. dengan sabar selalu membawakan bekal
(a) Tidak bertanggung jawab. suami tatkala sang suami mencari nafkah.
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
Sang istri senantiasa bersikap sabar disiapkan istrinya, telah diberaki oleh
menghadapi sikap suami, yang malas istrinya. Sang suami tetap membawa
bekerja, hanya bisa berencana saja, dan tidak bekalnya untuk pergi ke hutan....”
mau melakukan apa pun. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut. Selain itu, sikap bijaksana sang
“ ... setiap hari sang istri memasak istri terlihat ketika sang suami marah,
bekal untuk suaminya. Sang istri mengetahui bekalnya bukan berisi makanan
memasak nasi, sayur, dan ikan. lezat, tetapi berisi tai, yang tidak layak untuk
Masakannya disiapkan di rantang dimakan, sang istri justru berperan sebagai
tiga susun”. istri solehah, tidak melawan kata-kata
(c) Bijaksana suaminya, sang istri justru berdandan cantik,
Sikap bijaksana ditunjukkan oleh tokoh menunggu suaminya menghampirinya. Hal
istri dalam cerita “Si Jago Rencana”. Sang ini terlihat pada kutipan berikut.
istri dengan sikap bijaksananya, berusaha “Di tempat berbeda, sang istri
untuk menyadarkan suaminya, agar mau di rumah sudah merasa bahwa
berbuat sesuatu untuk kepentingan suaminya akan marah besar setelah
keluarganya. Untuk menyadarkan suaminya, mengetahui bahwa bekal yang dibawa
sang istri memberaki bekal yang disiapkan sang suami bukannya nasi dan lauk
untuk suaminya. Hal ini terlihat pada pauk, melainkan nasi dan lauk pauk
kutipan berikut. yang telah ia beraki. Akan tetapi, sang
“Melihat suaminya yang setiap pagi istri tenang-tenang saja justru
pergi ke hutan dan tanpa membawa mempercantik dirinya dengan cara
hasil apa pun, sang istri bertanya-tanya berdandan cantik. Tibalah saatnya,
dalam hatinya, “Kok suamiku berbulan- terdengar suara suami yang berteriak
bulan pergi ke hutan, tetapi tidak ada marah, sang istri cepat pergi ke kamar
hasilnya, tidak ada pohon yang tidur, tiduran, sebagian kelambu ada
ditebang.” Dalam hati sang istri, yang ditutup, sebagian kelambu lainnya
berkata, “Seharusnya sebagai terbuka. Datanglah sang suami ke
pasangan suami istri, sang suami kamar sambil berteriak, “Akan saya
harusnya menafkahi istri, tetapi sang bunuh kamu!”, “Akan saya bunuh
suami hanya berencana saja, tanpa kamu!”, “Akan saya bunuh kamu!”
hasil.” Pada akhirnya sang istri merasa Sesampai di kamar, sang suami sambil
kesal dan bosan sehingga muncullah memainkan kapaknya di atas kepala,
emosinya, dan berkata sang istri (dalam melihat istrinya telanjang/tidak
hati), “Ah, buat apa, laki-laki model berpakaian sambil menutup
seperti ini!” Sang istri merasa jengkel kemaluannya dengan telapak
dengan sikap suaminya. Karena rasa tangannya. Kemudian, sang suami
jengkelnya, keesokan harinya, sang istri berkata, “Kalau bukan karena ini
tetap menyiapkan bekal untuk suaminya (sambil membuka telapak tangan
pergi ke hutan. Namun, bekal yang istrinya), sudah kubunuh kamu!” Sang
disediakan untuk suaminya, oleh istri memang sengaja memperlihatkan
istrinya di”berak”i. Sang istri berpikir, kemaluannya dihadapan suaminya.
“Sudah berbulan-bulan, sang suami Akhirnya sang suami luluh dan
pergi ke hutan, tidak ada bukti/hasil” memaafkan istrinya. Nafsu angkara
sehingga ia berpikir, “sebenarnya kita murka berubah menjadi kasih sayang
mau apa?(bukti tanggung jawab suami antarsuami istri”.
terhadap istri). Akan tetapi, sang suami (d) Kasih Sayang
tidak menyadari bahwa bekal yang
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
Kasih sayang ditunjukkan suami kepada bahwa mencari nafkah adalah tanggung
istrinya. Sebenarnya sang suami sangat jawab suami dan harus ada yang dilakukan
menyayangi istrinya, tetapi ia hanya tidak oleh suami. Hal ini terlihat pada kutipan
tahu, bagaimana caranya menghidupi berikut.
keluarganya, dengan bertanggung jawab Melihat suaminya yang setiap pagi
terhadap keluarganya, mencukupi nafkah pergi ke hutan dan tanpa membawa
untuk keluarganya. Meskipun sang suami hasil apa pun, sang istri bertanya-
sangat marah besar tatkala mengetahui tanya dalam hatinya, “Kok suamiku
bahwa bekal yang disiapkan oleh istrinya berbulan-bulan pergi ke hutan, tetapi
telah diberaki oleh istrinya, sesampai di tidak ada hasilnya, tidak ada pohon
rumah, dan sang suami melihat istrinya, yang ditebang.” Dalam hati sang
timbulah rasa kasih sayang di antara istri, berkata, “Seharusnya sebagai
keduanya. Nafsu amarah tergantikan dengan pasangan suami istri, sang suami
rasa kasih sayang suami istri. Hal ini terlihat harusnya menafkahi istri, tetapi sang
pada kutipan berikut. suami hanya berencana saja, tanpa
“Tibalah saatnya, terdengar hasil.” Pada akhirnya sang istri
suara suami yang berteriak marah, merasa kesal dan bosan sehingga
sang istri cepat pergi ke kamar tidur, muncullah emosinya, dan berkata
tiduran, sebagian kelambu ada yang sang istri (dalam hati), “Ah, buat
ditutup, sebagian kelambu lainnya apa, laki-laki model seperti ini!”
terbuka. Datanglah sang suami ke Sang istri merasa jengkel dengan
kamar sambil berteriak, “Akan saya sikap suaminya. Karena rasa
bunuh kamu!”, “Akan saya bunuh jengkelnya, keesokan harinya, sang
kamu!”, “Akan saya bunuh kamu!” istri tetap menyiapkan bekal untuk
Sesampai di kamar, sang suami suaminya pergi ke hutan. Namun,
sambil memainkan kapaknya di atas bekal yang disediakan untuk
kepala, melihat istrinya suaminya, oleh istrinya di”berak”i.
telanjang/tidak berpakaian sambil Sang istri berpikir, “Sudah
menutup kemaluannya dengan berbulan-bulan, sang suami pergi ke
telapak tangannya. Kemudian, sang hutan, tidak ada bukti/hasil”
suami berkata, “Kalau bukan karena sehingga ia berpikir, “sebenarnya
ini (sambil membuka telapak tangan kita mau apa?(bukti tanggung jawab
istrinya), sudah kubunuh kamu!” suami terhadap istri). Akan tetapi,
Sang istri memang sengaja sang suami tidak menyadari bahwa
memperlihatkan kemaluannya bekal yang disiapkan istrinya, telah
dihadapan suaminya. Akhirnya sang diberaki oleh istrinya. Sang suami
suami luluh dan memaafkan istrinya. tetap membawa bekalnya untuk pergi
Nafsu angkara murka berubah ke hutan.
menjadi kasih sayang antarsuami
istri”. 3. Fungsi Cerita Rakyat Bugis di
Labuhan Mapin Kabupaten
(e) Berani Sumbawa sebagai Media
Sikap berani ditunjukkan oleh Pembelajaran Bahasa dan Sastra
istri. Dalam cerita tersebut digambarkan bagi Siswa
bahwa istrinya mencintai suami. Sang istri Cerita rakyat yang pada mulanya
berani mengambil sikap untuk menyadarkan dilisankan selain berfungsi untuk
suaminya. Sang istri berani memberaki menghibur, juga dapat memberikan
bekal untuk suaminya agar suaminya sadar pendidikan moral. Namun, sekarang sudah
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
digeser oleh berbagai bentuk hiburan yang bahwa sebagai seorang manusia, sebagai
lebih menarik dalam berbagai jenis siaran makhluk sosial, harus mampu beradaptasi
melalui televisi, radio, surat kabar, dan lain dengan lingkungannya, dengan cara
sebagainya. Sebelum media cetak dan media memberi nafkah bagi keluarganya. Harus
elektronik berkembang pesat seperti ada yang harus dilakukan untuk eksistensi
sekarang ini, cerita rakyat mendapat tempat diri dan keluarga. Dalam hal ini, perwujudan
yang baik di hati masyarakat pemiliknya. tanggung jawab lebih ditekankan. Di
Cerita rakyat merupakan pencerminan dari samping itu, sikap patuh seorang istri
kehidupan masyarakat pada saat itu, pola kepada suami juga terlihat pada cerita ini.
pikir dan khayalan yang menarik, sehingga Istri patuh dan taat kepada suami, bukan
masyarakat merasa tertarik dan memperoleh berarti harus melakukan setiap keinginan
keteladanan moral. Adapun jenis ajaran suami, melainkan merupakan wujud kerja
moral mencakup seluruh persoalan hidup sama seorang suami istri, dalam membina
dan kehidupan. Secara garis besar persoalan rumah tangga, akan kemanakah arah tujuan
hidup dan kehidupan manusia itu dapat rumah tangga yang ingin dibinanya.
dibedakan ke dalam persoalan (1) hubungan Pemelajaran ini terjadi secara turun temurun
manusia dengan diri sendiri, (2) hubungan agar terjadi keharmonisan dalam lingkungan
manusia dengan manusia lain dalam lingkup keluarga dan masyarakat.
sosial termasuk hubungannya dengan Berdasarkan uraian di atas
lingkungan alam, dan (3) hubungan menunjukkan bahwa cerita rakyat yang
manusia dengan Tuhannya. merupakan salah satu budaya lokal dapat
Hal itu dapat disinyalir bahwa pula dimanfaatkan sebagai bahan ajar
cerita rakyat Bugis di Labuhan Mapin bahasa dan sastra. Isi cerita yang ada dalam
mempunyai kedudukan dan fungsi yang cerita rakyat dapat dijadikan sebagai sarana
sangat penting dalam masyarakat untuk pembelajaran budi pekerti.
pendukungnya. Cerita rakyat mengandung Pemanfaatan budaya lokal sebagai bahan
nilai luhur bangsa terutama nilai-nilai atau ajar sastra tersebut diharapkan dapat
ajaran moral. Cerita rakyat etnis Bugis di mewujudkan pembelajaran bermakna karena
Desa Labuhan Mapin Sumbawa juga para generasi muda dapat memahami arti
mengandung budi pekerti yang luhur maupun makna yang tersirat dalam folklore.
sebagai sarana untuk mengajarkan moral Cerita rakyat Bugis “Jago Rencana”
kepada anak dan sesama manusia. Dari dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
cerita rakyat “Jago Rencana”, budi pekerti dan sastra Indonesia. Melalui berbagai
luhur yang terkandung dalam cerita rakyat keterampilan berbahasa seperti
itu dapat dijadikan pula sebagai bahan ajar pembelajaran menyimak, berbicara,
sastra di sekolah untuk disampaikan kepada membaca, dan menulis. Pembelajaran setiap
siswa dan sesama manusia. Hal ini keterampilan dapat dilakukan secara terpisah
menunjukkan bahwa cerita rakyat atau tetapi juga dapat dilakukan secara terpadu
folklor sangat perlu diperhatikan sebagai (terintegrasi). Berikut ini adalah sejumlah
tanda perubahan masyarakat. aktivitas yang dapat dilakukan untuk setiap
Folklor dalam masyarakat keterampilan berbahasa yang diadopsi dari
menyuarakan perilaku proses mendidik Taylor (2000).
sesamanya. Perubahan yang dilakukan Pada kegiatan menyimak, guru
manusia terutama melalui proses pengenalan dapat membacakan cerita dengan suara
kebudayaan yang terus menerus akan dapat keras; menceritakan cerita secara lisan tanpa
diidentifikasikan pemahaman manusia buku; menggunakan tape recorder; cerita
kepada kebudayaannya. Misal, pada cerita rakyat dari budaya yang berbeda diceritakan
rakyat “Si Jago Rencana” menggambarkan oleh siswa; pertunjukan drama cerita rakyat,
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
serta jigsaw dan kegiatan kesenjangan yang dipandang baik oleh orang yang satu
informasi. atau bangsa pada umumnya, belum tentu
Pada kegiatan berbicara, guru dapat sama bagi orang atau bangsa yang lain.
menceritakan cerita dari budaya mereka Pandangan seseorang tentang moral, nilai-
masing-masing, melakukan kegiatan diskusi, nilai atau kecenderungan-kecenderungan,
bekerja sama dengan siswa untuk biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup,
menciptakan cerita baru atau melengkapi way of life bangsanya. Moral dalam cerita
cerita baru, jigsaw dan kegiatan kesenjangan rakyat Bugis merupakan sarana yang
informasi, serta membuat dan menampilkan berhubungan dengan ajaran moral tertentu
cerita melalui drama. Kemudian, pada yang bersifat praktis, yang dapat diambil
kegiatan membaca, pembelajaran dapat dan ditafsirkan melalui cerita yang
dilakukan dengan membaca intensif, jigsaw, bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan
membaca analisis; membandingkan, petunjuk yang ingin diberikan pengarang
mengontraskan, dan lain-lain. tentang berbagai hal yang berhubungan
Terakhir pada kegiatan menulis, dengan masalah kehidupan, seperti sikap,
pembelajaran dapat dilakukan dengan tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia
mencatat cerita dari siswa yang berbeda bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat
budaya; menulis akhir cerita dari cerita yang ditampilkan atau ditemukan modelnya
sedang diceritakan; mengarang cerita asli; dalam kehidupan nyata sebagaimana model
menulis makalah yang membandingkan, yang ditampilkan dalam cerita lewat tokoh-
menganalisis, mengevaluasi, atau tokohnya. Dalam cerita rakyat Bugis,
mengkritisi cerita; menulis ringkasan cerita, melalui sikap, dan tingkah laku para
dan merespon cerita secara pribadi. tokohnya diharapkan pembaca dapat
Budi pekerti dalam cerita rakyat mengambil hikmah dari ajaran moral yang
etnis Bugis di Labuhan Mapin dapat disampaikan.
dikatakan menyimpan sejumlah informasi Yang dimaksud dengan budi
mengenai sistem budaya, seperti filosofi, pekerti pada nilai moral individu dalam
nilai, norma, perilaku masyarakat. Dalam cerita rakyat Bugis di Labuhan Mapin
cerita rakyat juga tersirat kearifan lokal yang adalah nilai moral yang menyangkut
terkandung dibalik isi cerita, yang hubungan manusia dengan kehidupan diri
mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan, pribadi sendiri atau cara manusia
yang mengarah pada keharmonisan tatanan memperlakukan diri pribadi. Nilai moral
kehidupan baik di lingkungan keluarga, tersebut mendasari dan menjadi panduan
maupun masyarakat. Kearifan lokal yang hidup manusia yang merupakan arah dan
ada dalam cerita rakyat Bugis tersebut aturan yang perlu dilakukan dalam
menyangkut moral maupun etika yang kehidupan pribadinya. Adapun nilai moral
ditunjukkan pada dialog para tokohnya. individual, meliputi kepatuhan, pemberani,
Moral maupun etika tersebut merupakan rela berkorban,, jujur, adil dan
bagian dari budi pekerti. bijaksana,menghormati dan menghargai,
Berdasarkan pengertian tersebut bekerja keras, menepati janji, tahu
dapat dikatakan bahwa moral berkaitan membalas budi, baik budi pekerti, rendah
dengan pemberian nilai atau penilaian hati, dan hati-hati dalam bertindak.
terhadap baik buruknya manusia. Penilaian Moral individu yang ada dalam
ini menyangkut perbuatan yang dilakukan, kelima cerita rakyat Bugis di atas dapat
baik yang disengaja maupun yang tidak diajarkan kepada anak untuk memahami
disengaja. Hal itu perlu disadari bahwa etika. Nilai-nilai luhur berkaitan dengan
pemberian nilai baik dan buruk terhadap moral yang terdapat dalam cerita perlu
perbuatan manusia relatif. Artinya, suatu hal disampaikan kepada anak. Kepatuhan, rela
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017