Anda di halaman 1dari 16

JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)

Vol.2 No.3 Tahun 2017

NILAI BUDAYA ETNIS BUGIS DALAM CERITA RAKYAT “ SI JAGO


RENCANA” DI KABUPATEN SUMBAWA
oleh
Aditya Wardhani
Kantor Bahasa Provinsi NTB

ABSTRAK
Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat
diinterpretasikan secara beragam. Kajian ini difokuskan pada permukiman
etnis Bugis yang berada di Desa Labuhan Mapin Kabupaten Sumbawa.
Wujud data yang dimaksud adalah cerita rakyat Bugis yang hidup dan
tumbuh pada etnis bugis di Kabupaten Sumbawa. Cerita rakyat Bugis yang
ditetapkan sebagai sumber data tersebut meliputi cerita rakyat lisan. Data
diperoleh di lapangan dengan cara wawancara, perekaman, serta jika
memungkinkan pengadaan cerita yang telah didokumentasikan dalam
bentuk tulisan. Data cerita rakyat Bugis di Kabupaten Sumbawa
dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan bentuk dan isi cerita rakyat, nilai
karakter, dan fungsi cerita rakyat. Penganalisisan orientasi nilai budaya
etnis Bugis dalam cerita rakyatnya dilakukan dengan melihat sikap, sifat,
dan tingkah laku tokoh ketika berhadapan dengan konflik, yaitu bagaimana
ia menghadapi permasalahan, menyikapi, menyelesaikannya serta
menindaklanjuti yang pada akhirnya bermuara pada konsepsi kehidupannya.
Cerita rakyat sebagai bagian dari foklor dapat dikatakan menyimpan
sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku
masyarakat. Dalam Cerita “Si Jago Rencana” bertemakan tentang
seseorang yang kurang dapat bertanggung jawab dalam hidupnya. Cerita
rakyat etnis Bugis di Desa Labuhan Mapin Sumbawa juga mengandung budi
pekerti yang luhur sebagai sarana untuk mengajarkan moral kepada anak
dan sesama manusia. Dari cerita rakyat tersebut, budi pekerti luhur yang
terkandung dalam cerita rakyat itu dapat dijadikan pula sebagai bahan ajar
sastra di sekolah untuk disampaikan kepada siswa dan sesama manusia.
Perubahan yang dilakukan manusia terutama melalui proses pengenalan
kebudayaan yang terus menerus akan berakibat pemahaman manusia
terhadap kebudayaannya dapat diidentifikasikan.
Kata kunci: nilai budaya, cerita rakyat, fungsi cerita rakyat.
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

ABTRACT

Culture is a very wide and complex concept that can be interpreted


variously. This study focused on the Bugis ethnic in Labuhan Mapin
Village, Sumbawa District. The data in this study is in the form Bugis
folklore arisen among the Bugis ethnic in Sumbawa. The Bugis folk
tales defined as the data source include oral folk tale. The data in this
study were obtained through interview, recording and, if possible,
through gathering the folk tale provided in written form.
The data of Bugis folk tale in Sumbawa are gathered and analyzed based
on form, content, character value and function of the folk tale. The
analysis of cultural value orientation of the Bugis folk tale is
conducted by looking at the attitude, nature and behavior of character in
dealing with conflict, that is how he or she deal with, solve, and follow
up problem which ultimately lead to the conception of life.
Folk tale as part of folklore contains some information of cultural
system such as the philosophy, values, norms, behavior of the society.
The theme of "Si Jago Rencana" story is about someone who is less
responsible during his life. The Ethnic Bugis folk tale in the village of
Labuhan Mapin Sumbawa also contain noble character as a means to
teach morals to children and human beings. The noble character
contained in the folk tale is also can be used as a school material in the
subject of literature for students and human beings. The changes made
by human mainly through the process of sustained introduction of
culture process will lead to the identification human understanding of
their culture.

Keywords: cultural value, folk tale, folk tale function.


JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

A. Pendahuluan mengelola dan mengubah alam


Cerita rakyat merupakan bagian (Koentajaraningrat, 2009:146). Kebudayaan
dari sastra lisan yang pernah hidup dan juga berarti hasil kegiatan dan penciptaan
menjadi milik masyarakat, diwariskan batin (akal budi) manusia seperti
secara lisan dan turun-menurun, yaitu dari kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.
satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan juga memunyai unsur-unsur
Penelitian mendalam terhadap suatu cerita kebudayaan yang menjadi sistem
rakyat, baik mitos, legenda, maupun kebudayaan, yaitu: (1) sistem religi dan
dongeng, khususnya mengungkap nilai-nilai ucapan keagamaan; (2) sistem dan
yang terkandung dalam suatu naskah cerita organisasi kemasyarakatan; (3) sistem
rakyat masih sangat terbatas. Naskah cerita pengetahuan; (4) bahasa; (5) kesenian; (6)
rakyat tersebut merupakan karya leluhur sistem mata pencaharian hidup; (7) sistem
bangsa yang terwariskan kepada generasi teknologi dan peralatan (Kluckhon dalam
muda dewasa ini. Naskah-naskah tersebut Koentjaraningrat, 1992:2).
sebagai suatu karya leluhur bangsa pasti Berdasarkan unsur kebudayaan dari
banyak memuat berbagai nilai budaya, pendapat Koentjaraningrat yang digunakan
pesan-pesan kebudayaan, pengetahuan dan dalam penelitian ini hanya tiga, yaitu: (1)
ilmu pengetahuan (Wardhani, dkk., 2016:1). sistem religi dan ucapan keagamaan; (2)
Demikian juga dengan cerita rakyat sistem dan organsisasi kemasyarakatan; (3)
Bugis di Kabupaten Sumbawa. Cerita rakyat sistem mata pencaharian hidup. Kebudayaan
Bugis di Kabupaten Sumbawa tumbuh dan juga memiliki wujud kebudayaan yang
berkembang secara lisan dan menyebar terbentuk karena adanya konsep gagasan,
secara turun-temurun, yang sangat kaya nilai, norma, peraturan khusus, pola
dengan khazanah pengetahuan tentang kelakuan manusia, dan hasil karya manusia
kebudayaan, sistem pengetahuan, dan nilai, (Koentjaraningrat, 1992:5).
dan cara pandang terhadap dunianya. Dalam Sebuah karya sastra memiliki nilai-
cerita rakyat dapat ditemukan gambaran nilai. Sastra daerah juga memiliki nilai-nilai
kehidupan masyarakat pada masa lalu. khususnya nilai-nilai kebudayaan dan
Kehidupan masa lalu inilah dapat dijadikan kepahlawanan. Nilai budaya dapat
bahan refleksi untuk acuan di masa menggambarkan hubungan manusia dengan
mendatang. Oleh karena itu, cerita rakyat Tuhan yang berwujud manusia yang taat
memiliki hubungan yang erat dengan pada perintah Tuhan, manusia yang ingkar
realitas sosial yang terjadi dalam tehadap perintah Tuhan, dan manusia yang
masyarakat. Melalui cerita rakyat dapat percaya pada roh halus, kekuatan gaib, dan
diketahui kekayaan budaya sendiri, roh nenek moyang.
kebesaran masa lampau, dan sumber Kebudayan lain yang
inspirasi di masa mendatang. mementingkan hubungan horizontal antara
Cerita rakyat merupakan bagian manusia dengan sesama adalah bekerja sama
dari sastra lisan. Sastra lisan dan cerita dan saling menjalin hubungan baik dengan
rakyat mempunyai nilai-nilai luhur yang sesama, baik yang statusnya sama maupun
dipercaya. Nilai-nilai luhur yang dapat yang berbeda. Kebudayan tersebut
dipercaya itu dapat berupa kebudayaan. menunjukkan nilai budaya yang
Kebudayaan yang berasal dari bahasa Latin menggambarkan hubungan manusia dengan
colore yang berarti mengelola, manusia yang memunyai wujud saling
menyuburkan, dan mengembangkan, bekerja sama, cinta kasih, bertanggung
terutama mengolah tanah pertanian dan jawab, dan mufakat.
hutan. Dari segi ini, berkembanglah culture
sebagai segala daya dan aktivitas manusia Cerita rakyat Bugis “Si Jago
Rencana” sangat menarik untuk diteliti.
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

Dari berbagai kajian banyak diyakini bahwa Dengan demikian, masyarakat dapat
cerita rakyat mempunyai nilai lebih dari membedakan perilaku yang baik maupun
sekedar bacaan penghibur saja, yaitu cerita yang buruk baik perilaku verbal maupun
rakyat kaya akan khazanah nilai, moral, perilaku nonverbal yang merupakan sebuah
pandangan hidup, dan kesadaran akan refleksi atau cerminan dari suatu sistem nilai
budaya. Cerita rakyat memiliki kegunaan yang dianut oleh masyarakat. Sistem nilai
dalam kehidupan bersama suatu kolektif. tersebut mencakup konsepsi-konsepsi yang
Cerita rakyat berfungsi sebagai alat abstrak (Soekanto, 1990).
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan Selanjutnya, nilai-nilai tersebut
proyeksi keinginan terpendam (Danandjaya, merupakan konsep hidup yang ada di dalam
2007: 4). Cerita rakyat merefleksikan hidup dan kehidupan manusia, misalnya
beragam budaya yang merefleksikan setiap kejujuran: nilai yang berhubungan dengan
keunikan dan persamaan setiap budaya akhlak; nilai yang berkaitan dengan benar
(Bunanta, 1998: 52) dan salah yang dianut oleh
Dengan media cerita rakyat, golongan/masyarakat (Sujarwa, 2006).
diharapkan masyarakat, juga siswa, akan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
lebih mengenal budaya dengan cara yang (2002), nilai budaya diartikan sebagai
lebih menyenangkan. Selain dari segi konsep abstrak mengenai masalah dasar
budaya, cerita rakyat juga merupakan media yang sangat penting dan bernilai dalam
yang sangat membantu untuk pembelajaran kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal
bahasa. Cerita rakyat sangat bermanfaat di atas, nilai itu sendiri dapat dipahami
sebagai pendorong kemampuan menulis. melalui pendapat para pakar di bidang
Melalui cerita rakyat, masyarakat, juga antropologi, yaitu Kluckhon (dalam
siswa, akan belajar mengenal pola-pola Koentjaraningrat, 1983) mengatakan bahwa
naratif cerita dan mekanisme wacana yang definisi nilai yang diterima berbagai konsep
akan membantunya meningkatkan nilai yang bersifat universal tersebut adalah
keterampilan narasinya dalam berbahasa, hasil pengaruh seleksi perilaku dimana nilai-
dan juga menjadikannya pembaca yang nilai tersebut membentuk sistem
lebih matang, serta siap memahami bentuk- budaya/cara pandang manusia secara
bentuk sastra yang lebih komplek (Bunanta, universal. Adapun nilai-nilai universal
1998: 52). tersebut menurut Koentjaraningrat (1983,
Kemampuan literer ini akan dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai
semakin terasah jika masyarakat ataupun berikut; (1) Konsepsi mengenai hakikat
siswa “dibiasakan” menceritakan kembali hidup; (2) Konsepsi mengenai hakikat
sebuah cerita rakyat yang telah dikenalkan karya; (3) Konsepsi mengenai hakikat
kepada mereka. Sesuai dengan tradisi sastra waktu; (4) Konsepsi mengenai hakikat
lisan, penceritaan kembali cerita rakyat akan lingkungan alam; dan (5) Konsepsi
menghasilkan sebuah cerita rakyat/sastra mengenai hakikat lingkungan sosial. Dengan
lisan yang “baru”. Penciptaan cerita rakyat demikian, nilai yang diungkapkan di atas
ini akan melatih kemampuan literer dan tersebut, dapat dipahami bahwa nilai
pemahaman terhadap sebuah cerita rakyat merupakan sesuatu yang dipentingkan
oleh masyarakat ataupun siswa. manusia sebagai subjek, menyangkut segala
Sistem nilai budaya merupakan sesuatu yang positif dan negatif sebagai
nilai inti dari masyarakat. Nilai inti diikuti abstrak, pandangan, atau maksud dari
oleh setiap individu atau kelompok. Nilai itu berbagai pengalaman dan pengetahuan.
biasanya dijunjung tinggi sehingga menjadi Cerita rakyat yang terdapat dalam
salah satu faktor penentu dalam berprilaku kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia
baik dalam berpikir maupun bertindak. terkandung nilai-nilai budaya yang menjadi
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

orientasi ideologis bagi masyarakat biasanya bukan melaui cetakan atau


pendukung cerita tersebut. Pada umumnya rekaman sehingga oleh proses lupa diri
cerita rakyat di suatu daerah mewakili cara manusia atau proses interpolasi
berpikir masyarakatnya sehingga (interpolation), folklor dengan mudah dapat
pandangan-pandangan yang ditawarkan mengalami perubahan. Walaupun demikian,
dalam cerita rakyat tersebut mewakili perbedaannyan hanya terletak pada bagian
pandangan-pandangan hidup masyarakatnya luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya
(Pardi, dkk. 2006). Sementara itu, para ahli dapat tetap bertahan. Keempat, folklor
budaya menyebut cerita rakyat dalam bersifat anonim, yaitu nama penciptanya
katagori folklor, yang berarti tradisi lisan sudah tidak diketahui orang lain. Kelima,
kolektif (Danandjaya, 1986 dalam Pardi, folklor biasanya mempunyai bentuk
dkk., 2006). Dalam kaitannya dengan tradisi berumus atau berpola. Keenam, folkor
kolektif, folklor dibagi menjadi berbagai mempunyai kegunaan (function) dalam
jenis salah satunya adalah foklor lisan yang kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita
di dalamnya mengandung cerita rakyat. rakyat misalnya mempunyai kegunaan
Menurut Danandjaya, 1986 (dalam Pardi, ssebagai alat pendidik, pelimur lara, protes
dkk., 2006) memaparkan bahwa banyak sosial, dan royeksi keinginan terpendam.
pihak sepakat untuk membuat klasifikasi Ketujuh, folklor bersifat prologis, yaitu
cerita rakyat menjadi cerita legenda, mite, mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai
dan dongeng. Selanjutanya, cerita rakyat dengan logika umum. Ciri pengenal ini
sebagai salah satu bentuk sastra merupakan terutama berlaku bagi folklor lisan dan
alat untuk menyampaikan visi, reaksi dan sebagian lisan. Kedelapan, folklor menjadi
opini pengarang terhadap sesuatu yang milik bersama (collective) dari kolektif
dilihat, dirasa, diamati, dan dipikirkannya. tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan
Dananjaya (1991) menjelaskan karena penciptanya yang pertama sudah
bahwa folklor merupakan tradisi masyarakat tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota
yang diwariskan secara turun menurun, di kolektif yang bersangkutan merasa
antara kolektif macam apa saja, secara memilikinya. Kesembilan, folklor pada
tradisional dalam versi yang berbeda, baik umumnya bersifat polos dan lugu sehingga
dalam lisan maupun contoh yang disertai seringkali kelihatannya kasar, telalu spontan.
dengan isyarat, atau alat pembantu Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat
pengingat (memoroic device) yang bahwa banyak folklor yang mempunyai
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. proyeksi emosi manusia yang paling jujur
Pertama, penyebaran dan pewarisannya manifestasinya. Sastra lisan dalam
biasanya dilakukan secara lisan, yakni kenyataannya hidup berdampingan dengan
disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke sastra tulis. Hal itu dapat dilihat dalam
mulut (dengan suatu contoh yang disertai perkembangan sastra sekarang ini ada
dengan gerak isyarat dan alat pembantu perubahan sudut pandang dari tradisi lisan
pengingat) dari satu generasi ke generasi menjadi tradisi tulis. Tradisi lisan yang
berikutnya. Kedua, folklor bersifat selama ini dipakai dalam apresiasi sastra
tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk secara besar-besasaran di kalangan
yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. masyarakat luas, kini diubah menjadi tradisi
Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam tulis. Kegiatan perekaman dari sastra lisan
waktu yang cukup lama (paling sedikit dua yang di desa di kampung yang selama ini
generasi). Ketiga, folklor ada (exist) dalam sangat tergantung pada tukang cerita. Kini
versi-versi bahkan varian-varian yang diusahakan untuk direkam dalam kaset yang
berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara kemudian ditraskripsikan ke dalam tulisan
penyebarannya dari mulut-mulut (lisan), latin. Untuk itulah, kadang kala pencerita
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

mengambil cerita dari cerita yang sudah relevanlah jika penelitian ini difokuskan di
ditulis kemudian diceritakan kembali daerah ini dengan tidak mengabaikan
melalui lisan. informasi-informasi dari daerah lain.
Menurut Bascom (dalam Sebagai sumber informasi dan
Dananjaya, 1991:50), cerita rakyat dapat sumber data yang mewakili sastra dan
dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu 1) budaya pada daerah pengamatan, pemilihan
mite (myth), 2) legenda (legend), dan 3) informan dilakukan dengan cara memilih
dongeng (folktale). Mite adalah cerita yang orang yang memiliki pemahaman secara
dianggap benar-benar terjadi serta dianggap baik terhadap cerita rakyat khususnya jenis
suci oleh yang empunya cerita. Mite legenda dan mengetahui seluk-beluk adat-
ditokohi oleh para dewa atau mahkluk istiadat, dan budaya daerah setempat.
setengah dewa. Peristiwanya biasanya Kriteria yang digunakan dalam penentuan
terjadi di dunia lain atau di dunia yang informan adalah sebagai berikut:
bukan seperti yang kita kenal sekarang, dan 1. Penduduk asli atau berdomisili di lokasi
terjadi pada masa lampau. Mite pada penelitian,
umumnya mengisahkan terjadinya alam 2. Berusia enam belas tahun ke atas, dan
semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya 3. Menguasai seni budaya daerah setempat
maut, bentuk khas binatang, bentuk secara aktif.
topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite Wujud data dalam penelitian ini
juga mengisahkan petualangan para dewa, adalah cerita rakyat Bugis di Kabupaten
kisah percintaan, hubungan dan kekerabatan Sumbawa. Cerita rakyat Bugis yang
mereka, kisah perang dan sebagainya. ditetapkan sebagai sumber data tersebut
meliputi cerita rakyat lisan.
B. METODE PENELITIAN Data dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini dibagi dalam tiga cerita rakyat yang hidup dan tumbuh pad
tahapan, yaitu pertama tahap prapenelitian etnis Bugis di Kabupaten Sumbawa. Data
mencakup kegiatan penyusunan proposal didapatkan di lapangan dengan cara
dan penyusunan kuesioner (instrumen); wawancara, perekaman, serta jika
kedua tahap penelitian mencakup kegiatan memungkinkan pengadaan cerita yang telah
pengumpulan data, analisis data dan didokumentasikan dalam bentuk tulisan.
penyusunan hasil analisis data; ketiga tahap Data cerita rakyat Bugis di Kabupaten
pascapenelitian, yaitu kegiatan evaluasi, Sumbawa dikumpulkan dan dianalisis
konsultasi, dan penggandaan. berdasarkan bentuk dan isi cerita rakyat,
Kajian ini difokuskan pada nilai karakter, dan fungsi cerita rakyat.
permukiman etnis Bugis di Kabupaten Tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada
Sumbawa. Etnis Bugis adalah etnis Bugis tahap ini digunakan metode kualitatif
yang berada di Desa Labuhan Mapin (Mahsun, 2005). Metode kualitatif yaitu,
Kabupaten Sumbawa. Daerah tersebut analisis yang mendasarkan diri bukan pada
dipilih sebagai titik sasaran penelitian paradigma metodologis deduktif, tetapi
karena berdasarkan hasil pengamatan, induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak
daerah tersebut cukup representatif dan dari yang khusus ke yang umum.
menyediakan berbagai hal sehubungan Konseptualisasi katagorisasi, dan deskripsi
dengan upaya penelitian ini. Banyak data dikembangkan atas dasar kejadian
yang dapat digali di daerah tersebut. Jumlah (incidence) yang terjadi di lapangan. Hal
etnis Bugis yang relatif banyak serta adanya tersebut memperlihatkan adanya pertalian
para tokoh etnis Bugis yang bermukim di hubungan antarkatagori (antarvariabel untuk
daerah tersebut sangat membantu istilah dalam penelitian kualitatif) juga
penyediaan datanya. Dengan demikian, dikembangkan atas dasar data yang
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

diperoleh di lapangan. Dengan demikian, C. PEMBAHASAN


penelitian kualitataif merupakan kegiatan
pengumpulan data yang berlangsung secara 1 Sinopsis Cerita Rakyat Bugis “Si Jago
terus-menerus (simultan) dengan kegiatan Rencana” di Labuhan Mapin
analisis data sehingga prosesnya berbentuk Kabupaten Sumbawa
siklus. Hal tersebut tidak terlepas dari Dikisahkan, kehidupan sepasang
hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan pengantin baru, sang suami mulai dari
memahami fenomena sosial budaya. Oleh menikah sampai berbulan-bulan tidak
karena itu, penelitian kualitatif fokusnya mempunyai pekerjaan sehingga tidak
pada penunjukkan maknna, deskripsi, memiliki penghasilan. Pada suatu hari sang
penjernihan dan penempatan data pada suami memiliki ide untuk membeli sebuah
konteksnya masing-masing dan seringkali kapak. Kapak tersebut akan dipergunakan
melukiskannya dalam bentuk kata-kata dari sebagai alat untuk bekerja. Sang suami
pada dalam bentuk angka-angka (Mahsun, berkeinginan menggunakan kapak tersebut
2008). untuk menebang kayu. Setelah membeli
Selanjutnya, banyak metode yang kapak, sang suami mulai mengasah
dapat digunakan dalam analisis kualitatif, kapaknya dengan sangat tajam. Sambil
khususnya dalam bidang ilmu sosial, yaitu mengasah kapaknya, sang suami meminta
metode analisis isi (content analysis), kepada istrinya, “Tolong, besok pagi
analisis komponensial (componential masakan saya, buat bekal ke hutan atau
analysis), analisis tema kultural (discovering gunung.” Sang istri menyanggupi
cultural analysis), dan analisis komparataif permintaan suaminya. Keesokan harinya
konstan (constant comparative analysis). sang istri memasak bekal untuk suaminya.
Untuk kajian keperluan ini, metode analisis Sang istri memasak nasi, sayur, dan ikan.
yang digunakan adalah metode komparatif Masakannya disiapkan di rantang tiga
konstan. susun.
Hal-hal yang akan dikomparasikan Dengan hati gembira, sang suami
tersebut adalah orientasi nilai budaya etnis menerima pemberian istrinya dan membawa
Bugis yang tercermin dalam cerita rakyat. bekalnya ke hutan atau gunung.
Penganalisisan orientasi nilai budaya etnis Sesampainya di pinggir hutan, sang suami
Bugis dalam cerita rakyatnya dilakukan hanya berdiri dan bertolak pinggang
dengan melihat sikap, sifat, dan tingkah laku dengan kapak sambil melihat pohon yang
tokoh ketika berhadapan dengan konflik, berada di depannya. Sang suami (sambil
yaitu bagaimana ia menghadapi melihat pohon yang ada di depannya) hanya
permasalahan, menyikapi, menatap pohon tersebut dan menunjuk
menyelesaikannya serta menindaklanjuti dengan kapaknya, “Seandainya saya
yang pada akhirnya bermuara pada konsepsi menebang pohon itu, pohon itu akan
kehidupannya. Hasil tersebut dapat rebah/tumbang dan pohon-pohon yang
digeneralisasikan pada akhirnya sebagai lainnya juga akan rebah/tumbang juga”. Ia
orientasi nilai-nilai budaya. Tahap hanya melihat dan berfikir, “Pohon-pohon
selanjutnya adalah mengomparasikan hasil lain pasti akan rebah/tumbang jika saya
pendeskripsian orientasi nilai budaya hanya menebang satu pohon”. Dalam
tersebut dengan fenomena sikap atau pikiran sang suami, “pohon itu sudah
pandangan responden tentang hakikat hidup, rebah”, “rebah”, rebah”, dan “rebah”,
hakikat karya, persepsi manusia tentang tanpa ada perbuatan menebang pohon—
waktu, pandangan manusia terhadap alam, tidak ada yang dilakukan oleh sang suami.
dan hakikat hubungan manusia dengan Artinya, sang suami, si jago rencana, hanya
sesamanya berencana untuk menebang pohon, tetapi
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

tidak ada satu pun pohon yang ditebang. Tibalah saat sang suami lapar. Sang suami
Tiba saatnya sang suami merasa lapar, lalu membuka bekalnya di bawah pohon.
pergilah ia di bawah pohon terebut, Setelah dibuka bekalnya, tercium bau “tai”.
membuka bekal makanannya, memakannya, Sang suami tidak menyadari jika bau itu
dan setelah habis bekal makanannya, ia berasal dari bekalnya. Sang suami berpikir,
pulang, tidak ada satu pohon pun yang “Kurang ajar, ada orang yang melihatku
ditebang. Hal ini berulang-ulang terjadi, selalu makan di bawah pohon ini, sehingga
bahkan berbulan-bulan. Setiap pagi ia berani berak di sini.” Kemuadian, sang
berangkat ke hutan, sesampai di hutan, ia suami pindah ke pohon kedua. Ia buka
hanya memandang pohon itu, bekalnya, tetap tercium bau “tai”. Lagi-lagi
merencanakan akan menebang pohon, tetapi sang suami berpikir, “Kurang ajar, lagi-lagi
tidak ada satu pohon pun yang ditebang, ada orang yang melihatku selalu makan di
memakan bekalnya, dan setelah itu pulang bawah pohon ini, sehingga berani berak di
ke rumah. Seterusnya begitu, setiap hari sini.” “Aduh, kenapa setiap pohon kok
kerjanya hanya berencana saja tanpa hasil, diberaki”, begitu pikir sang suami. Karena
berbulan-bulan hanya berencana, tetapi rasa laparnya, sang suami akhirnya
tidak ada pohon yang ditebang. berpindah ke pohon ketiga. Sang suami
Melihat suaminya yang setiap pagi beranggapan, “ mau bau tai, mau nahi di
pergi ke hutan dan tanpa membawa hasil mana, karena dia telah merasa lapar,
apa pun, sang istri bertanya-tanya dalam membuka bekalnya, yang penting makan.”
hatinya, “Kok suamiku berbulan-bulan Setelah dibuka bekalnya, terkejutlah sang
pergi ke hutan, tetapi tidak ada hasilnya, suami, ternyata sumber bau tai itu, ada di
tidak ada pohon yang ditebang.” Dalam bekalnya. Sang suami marah. Sang suami
hati sang istri, berkata, “Seharusnya marah kepada sang istri, bahkan berencana
sebagai pasangan suami istri, sang suami membunuh istrinya. Sang suami marah dan
harusnya menafkahi istri, tetapi sang suami berteriak sambil memutar kapaknya di atas
hanya berencana saja, tanpa hasil.” Pada kepalanya, “Kurang ajar istriku”, “Akan
akhirnya sang istri merasa kesal dan bosan saya bunuh istriku”, “memberi bekal suami
sehingga muncullah emosinya, dan berkata dengan tai.” Betapa murkanya sang suami
sang istri (dalam hati), “Ah, buat apa, laki- melihat kenyataannya, bergegaslah suami
laki model seperti ini!” Sang istri merasa untuk pulang sambil berucap, “Awas kau
jengkel dengan sikap suaminya. Karena istri, lihat saja apa yang akan aku lakukan
rasa jengkelnya, keesokan harinya, sang padamu!”
istri tetap menyiapkan bekal untuk suaminya Di tempat berbeda, sang istri di
pergi ke hutan. Namun, bekal yang rumah sudah merasa bahwa suaminya akan
disediakan untuk suaminya, oleh istrinya marah besar setelah mengetahui bahwa
di”berak”i. Sang istri berpikir, “Sudah bekal yang dibawa sang suami bukannya
berbulan-bulan, sang suami pergi ke hutan, nasi dan lauk pauk, melainkan nasi dan lauk
tidak ada bukti/hasil” sehingga ia berpikir, pauk yang telah ia beraki. Akan tetapi, sang
“sebenarnya kita mau apa?(bukti tanggung istri tenang-tenang saja justru
jawab suami terhadap istri). Akan tetapi, mempercantik dirinya dengan cara
sang suami tidak menyadari bahwa bekal berdandan cantik. Tibalah saatnya,
yang disiapkan istrinya, telah diberaki oleh terdengar suara suami yang berteriak
istrinya. Sang suami tetap membawa marah, sang istri cepat pergi ke kamar
bekalnya untuk pergi ke hutan. Sesampai di tidur, tiduran, sebagian kelambu ada yang
hutan, tetap saja ia hanya berencana ditutup, sebagian kelambu lainnya terbuka.
menebang pohon, tetapi tidak ada hasil, Datanglah sang suami ke kamar sambil
tidak ada satu pun pohon yang ia tebang. berteriak, “Akan saya bunuh kamu!”,
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

“Akan saya bunuh kamu!”, “Akan saya Tanggung jawab dibuktikan dengan
bunuh kamu!” Sesampai di kamar, sang tidak mengabaikan kewajiban kepada
suami sambil memainkan kapaknya di atas keluarga (istri). Budaya bertanggung jawab
kepala, melihat istrinya telanjang/tidak terdapat dalam cerita rakyat Bugis yang
berpakaian sambil menutup kemaluannya berjudul “Jago Rencana”. Cerita tersebut
dengan telapak tangannya. Kemudian, sang menggambarkan tidak ada rasa tanggung
suami berkata, “Kalau bukan karena ini jawabnya sang suami kepada istri. Sang
(sambil membuka telapak tangan istrinya), suami tidak memiliki pekerjaan untuk
sudah kubunuh kamu!” Sang istri memang menafkahi istrinya. Sang suami hanya
sengaja memperlihatkan kemaluannya pandai berangan-angan saja, pandai
dihadapan suaminya. Akhirnya sang suami merencanakan sesuatu, tanpa ada kemauan
luluh dan memaafkan istrinya. Nafsu untuk mewujudkan harapan/keinginannya.
angkara murka berubah menjadi kasih Adanya sikap tidak bertanggung Jawab
sayang antarsuami istri. mencerminkan tidak adanya moral yang
baik pada diri sang suami. Apabila sikap
2 Nilai Budaya yang Tercermin dalam tidak bertanggung jawab ini terus menerus
Cerita Rakyat “Jago Rencana” ditanamkan sejak dini, akan terjadi
Karya sastra, termasuk di dalamnya pengikisan moral sang suami. Hal ini terlihat
cerita rakyat, merupakan suatu miniatur pada kutipan berikut.
sosial. Sebagai sebuah miniatur, karya sastra “Sesampainya di pinggir hutan, sang
berfungsi untuk menginventarisir berbagai suami hanya berdiri dan bertolak
kejadian yang telah dikerangkakan dalam pinggang dengan kapak sambil melihat
pola-pola kreativitas dan imajinasi. pohon yang berada di depannya. Sang
Kejadian-kejadian tersebut dalam karya suami (sambil melihat pohon yang ada
sastra merupakan prototipe kejadian yang di depannya) hanya menatap pohon
pernah dan mungkin terjadi dalam tersebut dan menunjuk dengan
kehidupan sehari-hari. Kualitas responsif kapaknya, “Seandainya saya menebang
dan representatif, entitas, dan integritas pohon itu, pohon itu akan
karya sastra di tengah-tengah masyarakat, rebah/tumbang dan pohon-pohon yang
mengandung arti bahwa karya sastra secara lainnya juga akan rebah/tumbang
keseluruhan mengambil bahan di dalam dan juga”. Ia hanya melihat dan berfikir,
melalui kehidupan masyarakat. sastra juga “Pohon-pohon lain pasti akan
memandang sastra merupakam bagian rebah/tumbang jika saya hanya
integral struktur sosial. menebang satu pohon”. Dalam pikiran
Bagi etnis Bugis, cerita rakyat sang suami, “pohon itu sudah rebah”,
“Jago Rencana” merupakan dongeng. Cerita “rebah”, rebah”, dan “rebah”, tanpa
rakyat tersebut merupakan cerita teladan ada perbuatan menebang pohon—tidak
yang mengandung nilai-nilai budaya lokal ada yang dilakukan oleh sang suami.
yang dapat dijadikan pedoman dalam Artinya, sang suami, si jago rencana,
kehidupan sehari-hari. Nilai budaya lokal hanya berencana untuk menebang
yang menonjol dalam cerita ini adalah yang pohon, tetapi tidak ada satu pun pohon
berkaitan dengan hakikat terhadap hubungan yang ditebang”.
antarsesama. Nilai budaya yang tercermin
dalam hubungan manusia dengan sesamanya (b) Sabar.
dalam kehidupannya terdapat dalam cerita Sikap sabar ditunjukkan oleh tokoh istri
rakyat “Jago Rencana”, adalah sebagai dalam cerita “Si Jago Rencana”. Sang istri
berikut. dengan sabar selalu membawakan bekal
(a) Tidak bertanggung jawab. suami tatkala sang suami mencari nafkah.
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

Sang istri senantiasa bersikap sabar disiapkan istrinya, telah diberaki oleh
menghadapi sikap suami, yang malas istrinya. Sang suami tetap membawa
bekerja, hanya bisa berencana saja, dan tidak bekalnya untuk pergi ke hutan....”
mau melakukan apa pun. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut. Selain itu, sikap bijaksana sang
“ ... setiap hari sang istri memasak istri terlihat ketika sang suami marah,
bekal untuk suaminya. Sang istri mengetahui bekalnya bukan berisi makanan
memasak nasi, sayur, dan ikan. lezat, tetapi berisi tai, yang tidak layak untuk
Masakannya disiapkan di rantang dimakan, sang istri justru berperan sebagai
tiga susun”. istri solehah, tidak melawan kata-kata
(c) Bijaksana suaminya, sang istri justru berdandan cantik,
Sikap bijaksana ditunjukkan oleh tokoh menunggu suaminya menghampirinya. Hal
istri dalam cerita “Si Jago Rencana”. Sang ini terlihat pada kutipan berikut.
istri dengan sikap bijaksananya, berusaha “Di tempat berbeda, sang istri
untuk menyadarkan suaminya, agar mau di rumah sudah merasa bahwa
berbuat sesuatu untuk kepentingan suaminya akan marah besar setelah
keluarganya. Untuk menyadarkan suaminya, mengetahui bahwa bekal yang dibawa
sang istri memberaki bekal yang disiapkan sang suami bukannya nasi dan lauk
untuk suaminya. Hal ini terlihat pada pauk, melainkan nasi dan lauk pauk
kutipan berikut. yang telah ia beraki. Akan tetapi, sang
“Melihat suaminya yang setiap pagi istri tenang-tenang saja justru
pergi ke hutan dan tanpa membawa mempercantik dirinya dengan cara
hasil apa pun, sang istri bertanya-tanya berdandan cantik. Tibalah saatnya,
dalam hatinya, “Kok suamiku berbulan- terdengar suara suami yang berteriak
bulan pergi ke hutan, tetapi tidak ada marah, sang istri cepat pergi ke kamar
hasilnya, tidak ada pohon yang tidur, tiduran, sebagian kelambu ada
ditebang.” Dalam hati sang istri, yang ditutup, sebagian kelambu lainnya
berkata, “Seharusnya sebagai terbuka. Datanglah sang suami ke
pasangan suami istri, sang suami kamar sambil berteriak, “Akan saya
harusnya menafkahi istri, tetapi sang bunuh kamu!”, “Akan saya bunuh
suami hanya berencana saja, tanpa kamu!”, “Akan saya bunuh kamu!”
hasil.” Pada akhirnya sang istri merasa Sesampai di kamar, sang suami sambil
kesal dan bosan sehingga muncullah memainkan kapaknya di atas kepala,
emosinya, dan berkata sang istri (dalam melihat istrinya telanjang/tidak
hati), “Ah, buat apa, laki-laki model berpakaian sambil menutup
seperti ini!” Sang istri merasa jengkel kemaluannya dengan telapak
dengan sikap suaminya. Karena rasa tangannya. Kemudian, sang suami
jengkelnya, keesokan harinya, sang istri berkata, “Kalau bukan karena ini
tetap menyiapkan bekal untuk suaminya (sambil membuka telapak tangan
pergi ke hutan. Namun, bekal yang istrinya), sudah kubunuh kamu!” Sang
disediakan untuk suaminya, oleh istri memang sengaja memperlihatkan
istrinya di”berak”i. Sang istri berpikir, kemaluannya dihadapan suaminya.
“Sudah berbulan-bulan, sang suami Akhirnya sang suami luluh dan
pergi ke hutan, tidak ada bukti/hasil” memaafkan istrinya. Nafsu angkara
sehingga ia berpikir, “sebenarnya kita murka berubah menjadi kasih sayang
mau apa?(bukti tanggung jawab suami antarsuami istri”.
terhadap istri). Akan tetapi, sang suami (d) Kasih Sayang
tidak menyadari bahwa bekal yang
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

Kasih sayang ditunjukkan suami kepada bahwa mencari nafkah adalah tanggung
istrinya. Sebenarnya sang suami sangat jawab suami dan harus ada yang dilakukan
menyayangi istrinya, tetapi ia hanya tidak oleh suami. Hal ini terlihat pada kutipan
tahu, bagaimana caranya menghidupi berikut.
keluarganya, dengan bertanggung jawab Melihat suaminya yang setiap pagi
terhadap keluarganya, mencukupi nafkah pergi ke hutan dan tanpa membawa
untuk keluarganya. Meskipun sang suami hasil apa pun, sang istri bertanya-
sangat marah besar tatkala mengetahui tanya dalam hatinya, “Kok suamiku
bahwa bekal yang disiapkan oleh istrinya berbulan-bulan pergi ke hutan, tetapi
telah diberaki oleh istrinya, sesampai di tidak ada hasilnya, tidak ada pohon
rumah, dan sang suami melihat istrinya, yang ditebang.” Dalam hati sang
timbulah rasa kasih sayang di antara istri, berkata, “Seharusnya sebagai
keduanya. Nafsu amarah tergantikan dengan pasangan suami istri, sang suami
rasa kasih sayang suami istri. Hal ini terlihat harusnya menafkahi istri, tetapi sang
pada kutipan berikut. suami hanya berencana saja, tanpa
“Tibalah saatnya, terdengar hasil.” Pada akhirnya sang istri
suara suami yang berteriak marah, merasa kesal dan bosan sehingga
sang istri cepat pergi ke kamar tidur, muncullah emosinya, dan berkata
tiduran, sebagian kelambu ada yang sang istri (dalam hati), “Ah, buat
ditutup, sebagian kelambu lainnya apa, laki-laki model seperti ini!”
terbuka. Datanglah sang suami ke Sang istri merasa jengkel dengan
kamar sambil berteriak, “Akan saya sikap suaminya. Karena rasa
bunuh kamu!”, “Akan saya bunuh jengkelnya, keesokan harinya, sang
kamu!”, “Akan saya bunuh kamu!” istri tetap menyiapkan bekal untuk
Sesampai di kamar, sang suami suaminya pergi ke hutan. Namun,
sambil memainkan kapaknya di atas bekal yang disediakan untuk
kepala, melihat istrinya suaminya, oleh istrinya di”berak”i.
telanjang/tidak berpakaian sambil Sang istri berpikir, “Sudah
menutup kemaluannya dengan berbulan-bulan, sang suami pergi ke
telapak tangannya. Kemudian, sang hutan, tidak ada bukti/hasil”
suami berkata, “Kalau bukan karena sehingga ia berpikir, “sebenarnya
ini (sambil membuka telapak tangan kita mau apa?(bukti tanggung jawab
istrinya), sudah kubunuh kamu!” suami terhadap istri). Akan tetapi,
Sang istri memang sengaja sang suami tidak menyadari bahwa
memperlihatkan kemaluannya bekal yang disiapkan istrinya, telah
dihadapan suaminya. Akhirnya sang diberaki oleh istrinya. Sang suami
suami luluh dan memaafkan istrinya. tetap membawa bekalnya untuk pergi
Nafsu angkara murka berubah ke hutan.
menjadi kasih sayang antarsuami
istri”. 3. Fungsi Cerita Rakyat Bugis di
Labuhan Mapin Kabupaten
(e) Berani Sumbawa sebagai Media
Sikap berani ditunjukkan oleh Pembelajaran Bahasa dan Sastra
istri. Dalam cerita tersebut digambarkan bagi Siswa
bahwa istrinya mencintai suami. Sang istri Cerita rakyat yang pada mulanya
berani mengambil sikap untuk menyadarkan dilisankan selain berfungsi untuk
suaminya. Sang istri berani memberaki menghibur, juga dapat memberikan
bekal untuk suaminya agar suaminya sadar pendidikan moral. Namun, sekarang sudah
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

digeser oleh berbagai bentuk hiburan yang bahwa sebagai seorang manusia, sebagai
lebih menarik dalam berbagai jenis siaran makhluk sosial, harus mampu beradaptasi
melalui televisi, radio, surat kabar, dan lain dengan lingkungannya, dengan cara
sebagainya. Sebelum media cetak dan media memberi nafkah bagi keluarganya. Harus
elektronik berkembang pesat seperti ada yang harus dilakukan untuk eksistensi
sekarang ini, cerita rakyat mendapat tempat diri dan keluarga. Dalam hal ini, perwujudan
yang baik di hati masyarakat pemiliknya. tanggung jawab lebih ditekankan. Di
Cerita rakyat merupakan pencerminan dari samping itu, sikap patuh seorang istri
kehidupan masyarakat pada saat itu, pola kepada suami juga terlihat pada cerita ini.
pikir dan khayalan yang menarik, sehingga Istri patuh dan taat kepada suami, bukan
masyarakat merasa tertarik dan memperoleh berarti harus melakukan setiap keinginan
keteladanan moral. Adapun jenis ajaran suami, melainkan merupakan wujud kerja
moral mencakup seluruh persoalan hidup sama seorang suami istri, dalam membina
dan kehidupan. Secara garis besar persoalan rumah tangga, akan kemanakah arah tujuan
hidup dan kehidupan manusia itu dapat rumah tangga yang ingin dibinanya.
dibedakan ke dalam persoalan (1) hubungan Pemelajaran ini terjadi secara turun temurun
manusia dengan diri sendiri, (2) hubungan agar terjadi keharmonisan dalam lingkungan
manusia dengan manusia lain dalam lingkup keluarga dan masyarakat.
sosial termasuk hubungannya dengan Berdasarkan uraian di atas
lingkungan alam, dan (3) hubungan menunjukkan bahwa cerita rakyat yang
manusia dengan Tuhannya. merupakan salah satu budaya lokal dapat
Hal itu dapat disinyalir bahwa pula dimanfaatkan sebagai bahan ajar
cerita rakyat Bugis di Labuhan Mapin bahasa dan sastra. Isi cerita yang ada dalam
mempunyai kedudukan dan fungsi yang cerita rakyat dapat dijadikan sebagai sarana
sangat penting dalam masyarakat untuk pembelajaran budi pekerti.
pendukungnya. Cerita rakyat mengandung Pemanfaatan budaya lokal sebagai bahan
nilai luhur bangsa terutama nilai-nilai atau ajar sastra tersebut diharapkan dapat
ajaran moral. Cerita rakyat etnis Bugis di mewujudkan pembelajaran bermakna karena
Desa Labuhan Mapin Sumbawa juga para generasi muda dapat memahami arti
mengandung budi pekerti yang luhur maupun makna yang tersirat dalam folklore.
sebagai sarana untuk mengajarkan moral Cerita rakyat Bugis “Jago Rencana”
kepada anak dan sesama manusia. Dari dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
cerita rakyat “Jago Rencana”, budi pekerti dan sastra Indonesia. Melalui berbagai
luhur yang terkandung dalam cerita rakyat keterampilan berbahasa seperti
itu dapat dijadikan pula sebagai bahan ajar pembelajaran menyimak, berbicara,
sastra di sekolah untuk disampaikan kepada membaca, dan menulis. Pembelajaran setiap
siswa dan sesama manusia. Hal ini keterampilan dapat dilakukan secara terpisah
menunjukkan bahwa cerita rakyat atau tetapi juga dapat dilakukan secara terpadu
folklor sangat perlu diperhatikan sebagai (terintegrasi). Berikut ini adalah sejumlah
tanda perubahan masyarakat. aktivitas yang dapat dilakukan untuk setiap
Folklor dalam masyarakat keterampilan berbahasa yang diadopsi dari
menyuarakan perilaku proses mendidik Taylor (2000).
sesamanya. Perubahan yang dilakukan Pada kegiatan menyimak, guru
manusia terutama melalui proses pengenalan dapat membacakan cerita dengan suara
kebudayaan yang terus menerus akan dapat keras; menceritakan cerita secara lisan tanpa
diidentifikasikan pemahaman manusia buku; menggunakan tape recorder; cerita
kepada kebudayaannya. Misal, pada cerita rakyat dari budaya yang berbeda diceritakan
rakyat “Si Jago Rencana” menggambarkan oleh siswa; pertunjukan drama cerita rakyat,
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

serta jigsaw dan kegiatan kesenjangan yang dipandang baik oleh orang yang satu
informasi. atau bangsa pada umumnya, belum tentu
Pada kegiatan berbicara, guru dapat sama bagi orang atau bangsa yang lain.
menceritakan cerita dari budaya mereka Pandangan seseorang tentang moral, nilai-
masing-masing, melakukan kegiatan diskusi, nilai atau kecenderungan-kecenderungan,
bekerja sama dengan siswa untuk biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup,
menciptakan cerita baru atau melengkapi way of life bangsanya. Moral dalam cerita
cerita baru, jigsaw dan kegiatan kesenjangan rakyat Bugis merupakan sarana yang
informasi, serta membuat dan menampilkan berhubungan dengan ajaran moral tertentu
cerita melalui drama. Kemudian, pada yang bersifat praktis, yang dapat diambil
kegiatan membaca, pembelajaran dapat dan ditafsirkan melalui cerita yang
dilakukan dengan membaca intensif, jigsaw, bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan
membaca analisis; membandingkan, petunjuk yang ingin diberikan pengarang
mengontraskan, dan lain-lain. tentang berbagai hal yang berhubungan
Terakhir pada kegiatan menulis, dengan masalah kehidupan, seperti sikap,
pembelajaran dapat dilakukan dengan tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia
mencatat cerita dari siswa yang berbeda bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat
budaya; menulis akhir cerita dari cerita yang ditampilkan atau ditemukan modelnya
sedang diceritakan; mengarang cerita asli; dalam kehidupan nyata sebagaimana model
menulis makalah yang membandingkan, yang ditampilkan dalam cerita lewat tokoh-
menganalisis, mengevaluasi, atau tokohnya. Dalam cerita rakyat Bugis,
mengkritisi cerita; menulis ringkasan cerita, melalui sikap, dan tingkah laku para
dan merespon cerita secara pribadi. tokohnya diharapkan pembaca dapat
Budi pekerti dalam cerita rakyat mengambil hikmah dari ajaran moral yang
etnis Bugis di Labuhan Mapin dapat disampaikan.
dikatakan menyimpan sejumlah informasi Yang dimaksud dengan budi
mengenai sistem budaya, seperti filosofi, pekerti pada nilai moral individu dalam
nilai, norma, perilaku masyarakat. Dalam cerita rakyat Bugis di Labuhan Mapin
cerita rakyat juga tersirat kearifan lokal yang adalah nilai moral yang menyangkut
terkandung dibalik isi cerita, yang hubungan manusia dengan kehidupan diri
mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan, pribadi sendiri atau cara manusia
yang mengarah pada keharmonisan tatanan memperlakukan diri pribadi. Nilai moral
kehidupan baik di lingkungan keluarga, tersebut mendasari dan menjadi panduan
maupun masyarakat. Kearifan lokal yang hidup manusia yang merupakan arah dan
ada dalam cerita rakyat Bugis tersebut aturan yang perlu dilakukan dalam
menyangkut moral maupun etika yang kehidupan pribadinya. Adapun nilai moral
ditunjukkan pada dialog para tokohnya. individual, meliputi kepatuhan, pemberani,
Moral maupun etika tersebut merupakan rela berkorban,, jujur, adil dan
bagian dari budi pekerti. bijaksana,menghormati dan menghargai,
Berdasarkan pengertian tersebut bekerja keras, menepati janji, tahu
dapat dikatakan bahwa moral berkaitan membalas budi, baik budi pekerti, rendah
dengan pemberian nilai atau penilaian hati, dan hati-hati dalam bertindak.
terhadap baik buruknya manusia. Penilaian Moral individu yang ada dalam
ini menyangkut perbuatan yang dilakukan, kelima cerita rakyat Bugis di atas dapat
baik yang disengaja maupun yang tidak diajarkan kepada anak untuk memahami
disengaja. Hal itu perlu disadari bahwa etika. Nilai-nilai luhur berkaitan dengan
pemberian nilai baik dan buruk terhadap moral yang terdapat dalam cerita perlu
perbuatan manusia relatif. Artinya, suatu hal disampaikan kepada anak. Kepatuhan, rela
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

berkorban, kejujuran, bekerja keras, dan pemahaman manusia kepada


rendah hati merupakan bagian dari moral kebudayaannya.
individu yang dapat diterapkan dalam etika Moral berkaitan dengan pemberian
bertingkah laku, sehingga anak dapat nilai atau penilaian terhadap baik buruknya
mengerti bahwa perlu adanya etika dalam manusia. Penilaian ini menyangkut
bersikap pada kehidupan sehari-hari. perbuatan yang dilakukan, baik yang
Budi pekerti pada nilai moral sosial disengaja maupun yang tidak disengaja. Hal
dalam cerita rakyat Bugis terkait hubungan itu perlu disadari bahwa pemberian nilai
manusia dengan manusia yang lain dalam baik dan buruk terhadap perbuatan manusia
kehidupan bermasyarakat. Dalam relatif. Artinya, suatu hal yang dipandang
melakukan hubungan tersebut, manusia baik oleh orang yang satu atau bangsa pada
perlu memahami norma-norma yang berlaku umumnya, belum tentu sama bagi orang atau
agar hubungannya dapat berjalan lancar atau bangsa yang lain. Pandangan seseorang
tidak terjadi kesalahpahaman. Manusia pun tentang moral, nilai-nilai atau
seharusnya mampu membedakan antara kecenderungan-kecenderungan, biasanya
perbuatan yang baik dan yang buruk dalam dipengaruhi oleh pandangan hidup, way of
melakukan hubungan dengan manusia lain. life bangsanya. Moral dalam cerita rakyat
Adapun nilai-nilai moral sosial tersebut, Bugis merupakan sarana yang berhubungan
meliputi bekerja sama, suka menolong, dengan ajaran moral tertentu yang bersifat
kasih sayang, kerukunan, suka memberi praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan
nasihat, dan peduli nasib orang lain. Dalam melalui cerita yang bersangkutan oleh
cerita rakyat Bugis tersirat nilai moral sosial pembaca. Ia merupakan petunjuk yang ingin
yang dapat dijadikan sebagai pendidikan diberikan pengarang tentang berbagai hal
budi pekerti. yang berhubungan dengan masalah
kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan
D. Simpulan dan Saran sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis
Nilai budaya yang tercermin dalam sebab petunjuk itu dapat ditampilkan atau
cerita rakyat “Jago Rencana” tercermin ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata
dalam hubungan manusia dengan sebagaimana model yang ditampilkan dalam
sesamanya, meliputi sikap (a) tidak cerita lewat tokoh-tokohnya. Dalam cerita
bertanggung jawab, (b) sabar, (c)bijaksana, rakyat Bugis, melalui sikap, dan tingkah
dan (d) kasih sayang. laku para tokohnya diharapkan pembaca
dapat mengambil hikmah dari ajaran moral
Cerita rakyat etnis Bugis di Desa yang disampaikan.
Labuhan Mapin Sumbawa juga mengandung Yang dimaksud dengan budi
budi pekerti yang luhur sebagai sarana untuk pekerti pada nilai moral individu dalam
mengajarkan moral kepada anak dan sesama cerita rakyat Bugis di Labuhan Mapin
manusia. Dari kelima cerita rakyat tersebut, adalah nilai moral yang menyangkut
budi pekerti luhur yang terkandung dalam hubungan manusia dengan kehidupan diri
cerita rakyat itu dapat dijadikan pula sebagai pribadi sendiri atau cara manusia
bahan ajar sastra di sekolah untuk memperlakukan diri pribadi. Nilai moral
disampaikan kepada siswa dan sesama tersebut mendasari dan menjadi panduan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa cerita hidup manusia yang merupakan arah dan
rakyat atau folklor sangat perlu diperhatikan aturan yang perlu dilakukan dalam
sebagai tanda perubahan masyarakat. kehidupan pribadinya. Adapun nilai moral
Perubahan yang dilakukan manusia terutama individual, meliputi kepatuhan, pemberani,
melalui proses pengenalan kebudayaan yang rela berkorban,, jujur, adil dan
terus menerus akan dapat diidentifikasikan bijaksana,menghormati dan menghargai,
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

bekerja keras, menepati janji, tahu


membalas budi, baik budi pekerti, rendah
hati, dan hati-hati dalam bertindak. Bunanta, Murti. 1998. Problematika
Moral individu yang ada dalam Penulisan Cerita Rakyat untuk
kelima cerita rakyat Bugis di atas dapat Anak di Indonesia. Jakarta: Balai
diajarkan kepada anak untuk memahami Pustaka.
etika. Nilai-nilai luhur berkaitan dengan
moral yang terdapat dalam cerita perlu Danandjaja, James. 2002. Folklor
disampaikan kepada anak. Kepatuhan, rela Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng,
berkorban, kejujuran, bekerja keras, dan dan Lain-lain. Jakarta: PT Grafiti
rendah hati merupakan bagian dari moral Pers.
individu yang dapat diterapkan dalam etika
bertingkah laku, sehingga anak dapat Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi
mengerti bahwa perlu adanya etika dalam Penelitian Kebudayaan.
bersikap pada kehidupan sehari-hari. Yogyakarta: Gadjah Mada
Budi pekerti pada nilai moral sosial University Press.
dalam cerita rakyat Bugis terkait hubungan
manusia dengan manusia yang lain dalam Faruk, 2005. Pengantar Sosisologi Sastra:
kehidupan bermasyarakat. Dalam dari Strukturalisme Genetik sampai
melakukan hubungan tersebut, manusia Pos-Modernisme. Yogyakarta:
perlu memahami norma-norma yang berlaku Pustaka Pelajar.
agar hubungannya dapat berjalan lancar atau
tidak terjadi kesalahpahaman. Manusia pun Faruk, 2005. Pengantar Sosisologi Sastra:
seharusnya mampu membedakan antara dari Strukturalisme Genetik sampai
perbuatan yang baik dan yang buruk dalam Pos-Modernisme. Yogyakarta:
melakukan hubungan dengan manusia lain. Pustaka Pelajar.
Adapun nilai-nilai moral sosial tersebut,
meliputi bekerja sama, suka menolong,
kasih sayang, kerukunan, suka memberi Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan
nasihat, dan peduli nasib orang lain. Dalam Mentalis dan Pembangunan. Jakarta:
cerita rakyat Bugis tersirat nilai moral sosial Gramedia.
yang dapat dijadikan sebagai pendidikan
budi pekerti. _____________. 1999. Manusia dan
Masih banyak cerita rakyat Bugis Kebudayaan. Jakarta: Djambatan.
yang belum digali kearifan lokalnya. Di lain
kesempatan, diharapkan warisan budaya Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan
etnis Bugis, terutama tradisi lisannya, dapat Masyarakat. Yogyakarta : Tiara
dikaji dan digali kearifan lokalnya, sehingga Wacana.
tradisi ini tidak mengalami kepunahan, dan
dapat digunakan sebagai acuan untuk Taylor, Eric K. 2000.Using Folktales. New
menentukan kebijakan, terutama terkait York: Cambridge University Press.
dengan pelestarian sastra lisan.
Wardhani, Aditya, dkk.. 2016. “Nilai
Karakter Cerita Rakyat Bugis di
Kabupaten Sumbawa”. Mataram:
Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat.

DAFTAR PUSTAKA
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN (JURNALISTRENDI)
Vol.2 No.3 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai