Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan mempelajari karya sastra, secara tidak langsung mempelajari pula

kehidupan masyarakat, lengkap dengan segala tingkah laku manusia yang

tercermin pada sikap dan perilaku tokohnya. Melalui karya sastra kita lebih

mengenal manusia dengan segala tingkah lakunya. Cerita yang diungkapkan

sastrawan dalam sastra adalah pertentangan-pertentangan yang terjadi pada diri

manusia dengan batinnya, antara manusia dengan manusia yang lain, dan antara

manusia dengan Tuhan. Dengan adanya pertentangan-pertentangan tersebut,

muncul karakter dasar manusia dalam memberikan tanggapan pada setiap

permasalahan yang dihadapi. Pada permasalahan- permasalahan yang dihadirkan

pengarang beserta pemecahannya, timbul nilai-niai yang dapat berguna bagi

kehidupan masyarakat.

Salah satu nilai yang terkandung dalam karya sastra adalah nilai budaya.

Budaya merupakan cerminan atas perilaku suatu masyrakat yang tersusun dari

berbagai unsur yang sangat kompleks seperti agama, politik, adat istiadat,

perkakas, bahasa dan sistem ekonomi. kata “Budaya” berasal dari Bahasa

Sanksekerta “Buddhayah”, yakni bentuk dari jamak dari “Budhi” (akal). Jadi,

budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya

juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi, budayah adalah segala

daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa (Gunawan, 2000: 16). Nilai budaya

1
yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan adat istiadat,

kebiasaan hidup, maupun keyakinan dan pola pikir masyarakat. Adat istiadat

berkaitan dengan tradisi yang berlaku dan dilaksanakan masyarakat pada suatu

tempat. Nilai budaya merupakan salah satu nilai penting yang harus dilestarikan

sebagai jati diri bangsa namun, nilai budaya yang ada di dalam masyarakat mulai

terlupakan akibat masuknya budaya-budaya baru di era globalisasi ini.

Kebudayaan adalah keseluruhan hasil daya budi, cipta, karya, dan karsa

manusia yang dipergunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya

agar menjadi pedoman bagi tingkah lakunya, sesuai dengan unsur-unsur universal

di dalamnya (Ariyono dalam Wiranata, 2011:95). Dikemukakan pula kebudayaan

adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar

(Wiranata, 2011:96).

Sastra dan kebudayaan, baik secara terpisah, yaitu „sastra‟ dan

„kebudayaan‟, maupun sebagai kesatuan, selalu dikaitkan dengan nilai-nilai

positif. Artinya, sastra dan kebudayaan yang dengan sendirinya dihasilkan melalui

aktivitas manusia itu sendiri, berfungsi untuk meningkatkan kehidupan. Sastra dan

kebudayaan, termaksud seluruh aspek kehidupan yang mengandung unsur

keindahan, memperoleh perhatian justru pada saat manusia didominasi oleh

teknologi, dunia sekuler, krisis ekonomi, politik, dan hukum. (Ratna, 2007:9).

(Nyoman Kutha Ratna, 2007:10), Intensitas hubungan antara sastra dan

kebudayaan dapat dijelaskan melalui dua cara, sebagai berikut. Pertama,

2
sebagaimana terjadinya intensitas hubungan antara sastra dan masyarakat, sebagai

sosiologi sastra, kaitan antara sastra dan kebudayaan dipicu oleh stagnasi

strukturalisme. Kedua, hubungan antara sastra dan kebudayaan juga dipicu oleh

lahirnya perhatian terhadap kebudayaan, sebagai studi kultural, dimana di

dalamnya yang banyak dibicarakan adalah masalah-masalah yang berkaitan

dengan kritik sastra.

Nilai budaya adalah konsepsi umum yang terorganisasi, yang dapat

mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, hubungan orang dengan

orang lain dan tentang hal-hal yang diinginkan yang mungkin bertalian dengan

hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia.

Pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan,

berkembang pula nilai-nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur

keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai

nilai budaya.

Bertolak dari pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa setiap

individu dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta

berpedoman kepada nilai-nilai atau sisitem nilai yang ada dan hidup dalam

masyarakat itu sendiri. Jadi, nilai budaya sangat berperan penting dalam

kehidupan masyarakat karena nilai budaya dapat dijadikan sebagai tujuan, cara

dan alat-alat dalam bertindak.

Dalam cerita rakyat terdapat berbagai nasehat dari nenek moyang suku

tersebut. Baik yang tersurat maupun yang tersirat di dalam teks cerita rakyat yang

3
kemudian nasehat dan nilai-nilai budaya tersebut dapat bermanfaat pada masa

kini dan masa depan suku bangsa itu. Tradisi lisan (termasuk menceritakan secara

lisan cerita rakyat) merupakan kegiatan luhur pada masa lalu yang berkaitan

dengan keadaan masa kini dan yang perlu diwariskan pada masa mendatang untuk

mempersiapkan masa depan generasi yang akan datang ( Sibarani, 2014:3).

Cerita rakyat Yawa Unat di Kabupaten Kepulauan Yapen sebagai salah

satu sastra lisan masyarakat Kabupaten Kepulauan Yapen yang perlu dilestarikan,

digali, dan diapresiasi karena didalamnya terkandung berbagai nilai, salah satunya

nilai budaya. Nilai budaya dalam cerita rakyat Kabupaten Kepulauan Yapen

penting diungkapkan dalam penelitian ini, karena cerita di Kepulauan Yapen

menyimpan gambaran kehidupan sosial budaya dari masyarakat tersebut seperti

nilai-nilai budaya taat atau sabar, berbakti kepada orang tua, bahkan budaya saling

menghormati dan menghargai. Dan yang lebih penting lagi, kebudayaan

merupakan sebuah warisan tradisi yang harus dilestarikan oleh masyarakat.

Cerita fabel Yapen merupakan salah satu khazanah sastra lisan suku pada

tujuah suku yang ada di kepulauan Yapen dalam berbentuk prosa. Cerita rakyat

tersebut merupakan salah satu prosa rakyat yang hidup dan populer di kalangan

masyarakat Yapen khususnya pada masyarakat adat suku Yawa-Unat. Cerita-

cerita ini disampaikan secara turun-temurun dengan cara mendongengkannya

kepada anak cucu, menyajikan dalam bentuk cerita rakyat.

Untuk menjaga kelestarian kebudayaan lokal seperti cerita rakyat Yapen

adalah dengan memperkenalkan cerita rakyat tersebut kepada masyarakat

4
Indonesia umumnya, dan masyarakat suku Yawa-Unat khususnya, terutama

dikalangan anak-anak atau peserta didik masa kini, sebagai khaszanah, keragaman

dan kekayaan budaya Indonesia yang pada nantinya akan menambah kecintaan

terhadap negeri ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam

cerita fabel suku Yawa Unat sangat menarik untuk dikaji karena menurut penulis

sampai saat ini belum ada yang meneliti nilai-nilai budaya pada cerita rakyat

tersebut. penulis tertarik untuk mengkaji nilai budaya dari cerita fabel suku Yawa

Unat dengan judul penelitian “Nilai Budaya dalam Cerita Fabel Suku Yawa Unat”

(Kajian Sosiologi Sastra).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai budaya dalam cerita fabel

Yawa Unat di Kabupaten Kepulauan Yapen?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai budaya yang

terdapat dalam cerita fabel Yawa Unat di Kabupaten Kepulauan Yapen?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

kepada beberapa pihak diantaranya:

1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai nilai budaya

5
yang terdapat dalam cerita rakyat Yawa Unat di Kabupaten

Kepulauan Yapen?.

2. Memberi pemahaman mengenai nilai budaya dalam khasanah cerita rakyat

kepada khalayak umum terkhusus masyarakat Yapen sehingga pada

nantinya lebih peduli terhadap kearifan lokal.

3. Kepada mahasiswa sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya

yang terkait penelitian mengenai nilai kebudayaan di dalam cerita rakyat.

4. Bagi pendidikan dasar dan mengenah tentang wawasan mengenai nilai

kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai