Anda di halaman 1dari 6

perpustakaan.uns.ac.

id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang mencerminkan kehidupan
masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok manusia berdasarkan kebudayaan yang
dianggap sama. Kebudayaan adalah hasil penciptaan akal dan budi manusia yang
meliputi kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan merupakan hasil ciptaan
manusia sebagai makhluk sosial dan digunakan untuk memahami lingkungan,
pengalaman, dan digunakan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sejalan dengan
hal tersebut Sudibyo, dkk. (2013: 29) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan yang dihasilkan manusia melalui pemikiran dan karyanya. Kehidupan yang
dialami pengarang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap
permasalahan yang diungkapkan di dalam karya sastra dan setiap kelompok masyarakat
tersebut memiliki ciri khas dan sistem sosial budaya tersendiri. Hal tersebut terjadi
karena pada dasarnya manusia (pengarang), masyarakat, dan kebudayaan merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ke dalam bagian yang tersendiri (Prasetya, 2013:
36).
Novel bukan hanya sekadar tulisan yang memberikan fungsi rekreatif, tetapi juga
merupan struktur pikiran yang padu dan dapat diketahui melalui analisis. Novel
merupakan cerita yang kompleks. Kekompleksan realitas kehidupan manusia yang
diangkat dapat dijadikan pencerahan bagi manusia. Novel dapat dijadikan sebagai suatu
ajaran terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia. Suasana yang
digambarkan novel pun merupakan suatu realistis dan masuk akal. Selain itu, penelitian
dengan menggunakan antropologi sastra merupakan salah satu upaya menggali
pengalaman dan fakta-fakta budaya melalui langkah-langkah analisis yang dikaitkan
dengan proses refleksi sebab karya sastra merupakan sebuah cermin budaya.
Suaka (2014: 92) mengungkapkan bahwa analisis antropologi sastra pada
hakikatnya memandang sastra dari pandangan antropologis. Di sisi lain, karya sastra
dianggap sebagai karya etnografis yang dipahami dari penggunaan karya sastra. Sebagai
kajian sastra, antropologi sastra tetapcommit to user karya sastra untuk mengupas
mengandalkan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan, menurut Ratna (2011: 38) karya sastra


menjadi sumber pokok kajian dengan mempertimbangkan aspek-aspek antropologisnya.
Penelitian ini menggunakan aspek antropologis yang paling mendominasi berdasarkan
modifikasi teori Koentjaraningrat yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi
dan kesenian, dan sistem matapencarian.
Suku Dayak di Indonesia merupakan salah satu suku bangsa mayoritas di
Kalimantan. Riwut (2007: 266) menyatakan bahwa Suku Dayak terbagai menjadi
berpuluh-puluh suku bangsa, dan dari berpuluh-puluh bangsa terbagi lagi dalam
beratus-ratus anak suku. Suku Dayak di Kalimantan terdiri dari 7 suku, dan ke tujuh
suku tersebut terbagi menjadi 18 anak suku yang sedatuk, dan 18 suku yang sedatuk
tersebut terdiri atas 405 suku kekeluargaan.
Suku Dayak Benuaq merupakan salah satu suku kecil dari Suku besar Dayak
Ngaju yang merupakan anak suku dari suku Dayak Lawangan (Riwut, 2007: 269). Suku
ini awalnya berasal dari lembah atau daerah aliran sungai yang menyebar ke
Kalimantan Timur melewati daerah pegunungan dan memasuki Sungai Lawa, penduduk
yang tidak menetap di Muara Lawa meneruskan perjalanan menyusuri Sungai Kedang
Pahu bagian hilir hingga ke Muara Pahu. Suku Dayak Benuaq yang bermukim di daerah
Danau Jempang selanjutnya mengalami penyebaran memasuki Sungai Ohong dan
daerah sepanjang Sungai Bongan. Saat ini, secara umum suku Dayak Benuaq
menempati kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah Kutai Barat (Madrah, 2001: 4).
Suku ini memiliki identitas parsial dan kekhasan adat istiadat yang membedakan dengan
suku Dayak yang lain maupun suku-suku yang ada di Indonesia. Adat tersebut
tergambarkan dalam kegiatan spiritual, kepercayaan, dan laku hidup dalam berprilaku.
Kepercayaan terhadap Penguasa Semesta, para Dewa, roh-roh leluhur, dan pandangan
mengenai kehidupan alam semesta menjadi salah satu karakteristik masyarakat Dayak
Benuaq.
Liliweri (2014: 126) menyatakan bahwa sejak awal kehidupannya, suku Dayak
telah memiliki keyakinan asli milik mereka yaitu kaharingan atau disbut dengan
Helo/helu/ keyakinan tersebut telah menjadi dasar adat istiadat dan budaya mereka, ada
pun beberapa kepercayaan suku dayak antara lain kepercayaan kepada Dewa-dewa,
makhluk halus, para datu, kekuata-kekuatan gaib, kekuatan sakti, jimat-jimat, dan batu-
batu sakyi. Nalin Taun merupakancommit
salah tosatu
userritual berupa kegiatan upacara
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

persembahan kepada para dewata. Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan memohon
perlindungan kepada letala yang dianggap sebagai Tuhan tertinggi oleh masyarakat
suku Dayak Benuaq dengan tujuan agar terhindar dari berbagai marabahaya dengan
mempersembahkan hewan kerbau dan dilakukan untuk mengharapkan keberkahan
kelimpahan rezeki, kehidupan yang harmonis di lingkungan sosial dan keluarga, panen
raya, dan dihindarkan dari marabahaya apabila kondisi mayarakat berada dalam kondisi
yang memprihatinkan (tolak balak).
Tesis ini merupakan analisis yang membahas kehidupan potret kebudayaan dan
adat suku Dayak Benuaq yang disusun menggunakan pendekatan antropologi sastra, hal
ini senada dengan yang dikemukakan oleh Carrasco dan Alvarado (2010: 13) bahwa
antropologi sastra merupakan ekspresi yang digunakan untuk menunjuk sastra sebagai
topik eksotis yang khas etnis minoritas dan subkultur, dalam hal ini, etnis sub sukultur
Dayak Benuaq dicerminkan melalui novel Upacara. Selain itu, juga mengungkap nilai
pendidikan karakter dan relevansi dalam pembelajaran sastra di SMA.
Objek yang dijadikan bahan penelitian ini adalah novel karangan Korrie Layun
Rampan, putera dari ketua suku Dayak Benuaq, yang berjudul Upacara. Novel ini
dipilih karena berisi problem adat suku Dayak sebagai salah satu suku yang ada di
Indonesia, ditulis oleh pengarang yang merupakan putra daerah sekaligus sebagai putra
dari kepala adat suku Dayak Benuaq sehingga dapat memperkenalkan kebudayaan
masyarakat Dayak Benuaq dengan mendalam. Masyarakat Dayak yang digambarkan
dapat dilihat dari penggambaran latar, perilaku hidup, dan pemikiran tokoh (orang
Dayak) yang hidup dan menjadi bagian kebudayaan masyarakat tersebut. Disamping
itu, penelitian ini pun dilakukan oleh warga Kalimantan Timur.
Karya sastra yang baik selalu memberi pesan kepada pembaca untuk menjunjung
nilai positif yang terkandung dalam cerita yang ditampilkan, sehingga karya sastra
dianggap sebagai salah satu sarana dalam pendidikan. Senada dengan hal tersebut Ratna
(2014: 204) mengemukakan bahwa karya sastra adalah sarana yang dapat digunakan
untuk menunjang bidang pendidikan karakter, bahkan sastra adalah pendidikan karakter
itu sendiri. Dalam masyarakat tradisional sastra lama dianggap sama dengan etika,
hukum, sistem religi, bahkan agama, seperti Mahabrata dan Ramayana.
Novel selain sebagai penyimpan nilai budaya, juga memberikan pesan-pesan yang
commit to user
bernilai pendidikan. Penelitian ini mengungkapkan fakta budaya, adat istiadat, keadaan
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

budaya dan nilai pendidikan yang dituliskan oleh Korrie Layun Rampan dalam novel
Upacara. Berdasarkan pendapat dan realita di atas, peneliti memilih untuk mengkaji
karya sastra berupa novel sebagai bahan kajian. Novel menceritakan keragaman
kehidupan manusia melalui adat istiadat, budaya, dan prilaku hidup dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan ajaran positif kepada pembaca. Dengan demikian, karya
sastra berupa novel layak untuk dianalisis karena mengandung hal-hal positif yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Novel meskipun mengandung unsur imajinatif, tetapi juga berkaitan dengan
realitas. Karya sastra juga dapat menjadi cerminan kehidupan masyarakat. Pada
penelitian kali ini akan diungkapkan bagaimana situasi budaya masyarakat adat Dayak
Benuaq pada novel Upacara. Isi karya sastra akan dibandingkan dengan kenyataan
budaya masyarakat agar dapat ditampilkan kepiawaian pengarang. Oleh karena itu,
digunakan pendekatan antropologi sastra secara mimetik yang membandingkan karya
sastra sebagai tiruan kenyataan sesungghuhnya pada masyarakat Dayak Benuaq.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah struktur novel Upacara karya Korrie Layun Rampan?
2. Bagaimanakah penggunaan sistem bahasa dalam novel Upacara karya Korrie
Layun Rampan?
3. Bagaimanakah sistem pengetahuan masyarakat dalam novel Upacara karya
Korrie Layun Rampan?
4. Bagaimanakah sistem religi dan kesenian dalam novel Upacara karya Korrie
Layun Rampan?
5. Bagaimanakah sistem matapencarian dalam novel Upacara karya Korrie Layun
Rampan?
6. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter dan Relevansi Novel Upacara
Karya Korrie Layun Rampan dengan Pembelajaran Sastra di SMA?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Mengeksplanasikan struktur novel Upacara karya Korrie Layun Rampan.
2. Mengeksplanasikan penggunaan sistem bahasa dalam novel Upacara karya
Korrie Layun Rampan.
3. Mengeksplanasikan sistem pengetahuan masyarakat dalam novel Upacara karya
Korrie Layun Rampan.
4. Mengeksplanasikan sistem religi dan kesenian dalam novel Upacara karya
Korrie Layun Rampan.
5. Mengeksplanasikan sistem matapencarian dalam novel Upacara karya Korrie
Layun Rampan.
6. Mengeksplanasikan nilai-nilai pendidikan karakter dan Relevansi Novel
Upacara Karya Korrie Layun Rampan dengan Pembelajaran Sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan pengkajian sastra, terutama
antropologi sastra yang masih dikategorikan sebagai pendekatan yang baru
berkembang dalam ranah sastra dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat menjadi bahan belajar dalam memahami nilai pendidikan
pada novel untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan
bermasyarakat.
b. Bagi guru, dapat menjadi bahan acuan pembelajaran sastra.
c. Bagi pembaca, (1) agar pembaca memiliki gambaran dan pengetahuan
tentang kebudayaan masyarakat Dayak Benuaq di Kalimantan Timur, (2)
membuka cakrawala pengetahuan tentang sastra, khususnya antropologi
sastra dalam novel, (3) menginspirasi untuk mempelajari lebih dalam
pengetahuan mengenai antropologi sastra, dan (4) menambah wawasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

mengenai nilai-nilai pendidikan dan kebudayaan yang terkandung dalam


karya sastra berupa novel.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai