Anda di halaman 1dari 22

Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT DALAM CERITA RAKYAT SUKU


PAKPAK

“AIR TERJUN LAE UNE”

Oleh:
Dina Sri Nitami, Siti Aulia
Reguler A-2017
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Fakultas Bahasa dan Seni-Unimed
Email : Dsrinitami@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini Bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana kebudayaan yang terdapat


pada suku pakpak melalui cerita rakyat Lae Une yang diceritakan dari mulut-ke mulut. Sehingga
dari cerita tersebut kita dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalam-nya.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan
pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). Analisis Data Sekunder merupakan suatu metode
dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama, yaitu dengan menggunakan
sebuah teknik uji statistic yang sesuai untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari tubuh
materi atau data yang sudah matang yang diperoleh dari certa rakyat dan salah satu masyarakat
suku pakpak untuk kemudian diolah secara sistematis dan objektif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Nilai pendidikan merupakan segala hal yang berguna yang diberikan oleh
seseorang secara sadar dan tanggung jawab dalam usaha memberikan perubahan terhadap sikap
dan tingkah laku yang lebih baik.nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada cerita air terjun lae
une tersebut adalah nilai pendidikan agama, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan ekonomi,
nilai pendidikan moral, nilai pendidikan budaya dan nilai pendidikan historis.

ABSTRACT

This study aims to reveal how the culture contained in the Pakpak tribe through Lae Une folklore
told by word of mouth. So from this story we can find out the educational values contained
therein. The data source in this study uses descriptive quantitative research methods with the
Secondary Data Analysis (ADS) approach. Secondary Data Analysis is a method by utilizing
secondary data as the main data source, namely by using a statistical test technique that is
appropriate to get the desired information from the body of material or mature data obtained
from the certa of the people and one of the pakpak tribal communities for later processed
systematically and objectively. The results of this study indicate that the value of education is all
useful things provided by someone consciously and responsibly in an effort to provide a change

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 1


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

in attitudes and better behavior. The educational values contained in the story of the waterfall lae
une are educational values religion, social education value, economic education value, moral
education value, cultural education value and historical education value.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri yang diwujudkan dalam bentuk
karya yang disebut karya sastra. Sastra boleh juga disebut karya seni karena didalamnya
mengandung keindahan atau estetika. Sedangkan ilmu sastra adalah ilmu yang menyelediki
karya sastra secara ilmiah atau bisa disebut bentuk dan carapendekatan terhadap karya sastra dan
gejala sastra. Dalam ilmu satra terdapat disiplin ilmu yaitu teori sastra, sejarah sastra dan kritik
sastra.Tiga disiplin ilmu tersebut merupakan merupakan pilar utama yang tidak dapat dipisahkan
dalam ilmu sastra.Ketiga bidang tersebut saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk
menggali kedalaman sastra. Seperti halnya Kritik sastra yang memiliki peran besar dalam
perkembangan teori sastra dan salah satu teori tersebut adalah resepsi sastraPada kenyataannya
telah berkembang sastra-sastra daerah: Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Toraja, Lombok,
dan sebagainya. Dalam konteks wilayah pertumbuhan dan perkembangannya secara nasional,
berbagai sastra daerah itu dapat disebut juga sastra Indonesia dengan pengertian sastra milik
bangsa Indonesia (Yudiono, 2007:11).

Sastra lisan pada hakikatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat
tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan kelompok masyarakat yang
memilikinya.Dalam sastra lisan, isi ceritanya seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya
masyarakat.Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem
kepercayaan. Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, yakni oral
literature. Ada juga yang menyatakan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Belanda, yaitu orale
letterkunde. Sastra lisanoral literature adalah berbagai bentuk sastra yang dikemukakan secara
lisan (Ratna,2011:102). Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk
memanjakan fantasi, membawa pembaca kesuatu alur kehidupan yang penuh daya suspense,
daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karenanya,
“mempermainkan” emosi pembaca sehingga ikut larut kedalam arus cerita, dan kesemuanya itu
dikemas dalam bahasa yang juga tidak kalah menarik. Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2005: 3)
menegaskan bahwa tujuan memberikan hiburan, tujuan menyenangkan dan memuaskan
pembaca, tidak peduli pembaca dewasa ataupun anak-anak, adalah hal yang esensial dalam
sastra.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 2


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Ada pun aspek kandungan yang ditawarkan didalam sebuah teks sastra tujuan
memberikan hiburan dan menyenangkan pembaca harus tidak terpinggirkan. Hal inilah yang
menjadi daya tarik utama bagi pembaca, baik itu pembaca usia delapan maupun lima puluh
tahun. Sastra lisan adalah sebuah semua cerita yang sejak awalnya disampaikan secara lisan,
tidak ada naskah tertulis yang dapat dijadikan pegangan.Beraneka ragam, misalnya berupa puisi,
drama maupun prosa.Sastra lisan adalah sastra yang diceritakan dan diwariskan secara turun-
menurun secara lisan.Sastra jenis ini kemudian dikenal sebagai folklore, cerita rakyat yang telah
mentradisi yang hidup dan dipertahankan oleh masyarakat pemiliknya.Dewasa ini berbagai cerita
lisan-tradisional tersebut sudah dihimpun dan dibukukan untuk menjaga kelestariannya.
Misalnya, cerita-cerita tradisional yang terhimpun dalam buku cerita rakyat dari Yogyakarta dan
cerita rakyat dari Surakarta Bakdi Sumanto (dalam Nurgiyantoro 2005: 10), serta cerita dari
berbagai daerah dari seluruh Indonesia yang kini sudah tersedia banyak di toko-toko buku.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang selalu berusaha memelihara dan
melestarikan karya sastra.Dalam sebuah karya sastra salah satunya yaitu cerita rakyat yang
sampai saat ini masih berkembang di masyarakat dan terdapat nilai-nilai moral yang ditunjukan
untuk manusia, kelakuan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pemikiran, suara hati serta nasihat. Menurut Zuriah (2008: 17) moralitas mengandung beberapa
pengertian antara lain : (a) adat istiadat, (b) sopan santun, dan (c) perilaku. Namun, pengertian
budi pekerti secara hakiki adalah perilaku. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang praxis (tindakan manusia).Moral juga diartikan sebagai sikap perilaku,
tindakan, kelakuan manusia pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,
penafsiran, suara hati, serta nasihat. Namun, tidak jarang pengertian baik buruk itu sendiri dalam
hal-hal tersebut bersifat relative artinya suatu hal yang dipandang baik oleh orang atau bangsa
pada umunya, belum tentu sama bagi orang lain, atau bangsa lain. Pandangan seseorang tentang
moral, dan nilai-nilai biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup bangsanya.

Etika/ filsafat moral ialah studi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia,
yang menurut Soloman (dalam Zuriah, 2008: 17) mencangkup dua spek yaitu : (1) disiplin ilmu
yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya, (2) nilai-nilai hidup nyata dan hukum tingkah
laku manusia yang menopang nilai-nilai tersebut. Sementara itu, Bertens (dalam Zuriah 2008:
17) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari adat kebiasaan, termasuk di dalamnya
moral yang mengandung nilai dan nrma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau
sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Sastra lisan Pakpakpenyebarannya secara
lisan dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Sehingga tidak mustahil sangat mudah
mengalami perubahan dan penyimpangan dari bentuknya yang asli. Selain itu, orang tua yang
menguasai sastra lisan pakpak jumlahnya semakin kecil. Keadaan ini mempercepat punahnya
sastra lisan yang asli dan terjadilah kesalahan penafsiran pada kalangan masyarakat erabaru
terhadap sastra lisan pakpak.suku Pakpak merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdapat
diSumatera Utara. Secara tradisional wilayah komunitasnya disebut tanoh Pakpak. Tanoh
Pakkpak terdiri atas lima sub wilayah yakni: Simsim, Keppas , Pegagan ( Kab. Dairi ), Kelasen (

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 3


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Kec.parlilitan Tapteng, kec. Manduamas tapteng) dan boang ( aceh singkil). Masyarakat asli
pakpak Bharat disebut juga dengan suku Pakpak ( lister Berutu, 2007:1).

Sebagai hasil kesenian lama yang berbentuk lisan, cerita rakyat berkaitan erat dengan
masyarakat pendukungnya dan mereka mendokumentasikan nilai-nilai penting untuk dijadikan
pedoman hidup. Pada kalangan masyarakat Pakpak, sama halnya dengan suku-suku bangsa yang
ada di Indonesia, relatif masih menyimpan cerita rakyat yang menjadi media pembangun nilai-
nilai kehidupanyang ideal yang terwariskan dari nenek moyangnya. Oleh karena itu, cerita rakyat
menjadi salah satu media penting bagi masyarakat pendukungnya untuk mendidik generasi
generasi berikutnya dengan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat
tersebut.

Air terjun Lae Une merupakan salah satu objek wisata sastra lisan yang ada diKabupaten
Pakpak Bharat.Dalam cerita Lae Uneyang mengisahkankejadian mistis yang sampai sekarang
meresahkan masyarakat sekitar.Bermula pada zaman dahulu sepasang suami istri sudah lama
berumahctangga namun belum memiliki keturunan.Mereka berniatuntuk menyampaikan
permohonannya kepada penunggu Lae Une yaitu Siumang. Setelah Mereka dan Siumang
bertemu, Siumang menerima permohonan merekadengan persyaratan bahwa setelah anak itu
lahir mereka akan memberikan Siumang berupa sesajen yaitu manuk mbettar, itak dan sada
Minaknamun setalah anak itu lahir. Mereka mengabaikan perjanjian tersebut.Karena kelalai
mereka, Siumang sangat marah danmengambil kembali bayi yang diberikannya tersebut.

Setelah kejadian ini terciptalah nama air terjun ini menjadi Lae Une. Sampai saat ini
banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi diluar akal sehat manusia. Banyaknya kejadian-
kejadian mistis di air terjun ini menimbulkan ragam persepsi masyarakat tentang Lae Une ini.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa Penunggu Lae Uneini rutin memakan korban tiap tahunnya,
dan sering terdengar suara sayup-sayup tangisan bayi diarea air terjun tersebut. Inilah yang selalu
meresahkan masyarakat, karena sudah banyak yang menjadi korban Lae Une ini baik masyarakat
sekitar maupun masyarakatpendatang.Baik tua atau muda sudah banyak yang menjadi korban
dari air terjun ini. Sesuai perkembangan zaman, cerita ini hampir hilang, jarang masyakat
mengetahui asal mula dari cerita ini menuturkan kembali terhadap orang lain. Sehingga
masyarakat banyak tidak mengetahui makna dan cerita lae une ini.

Seperti halnya cerita legenda ataupun mitos, cerita Lae uneini menimbulkan pro dan
kontra bagi masyarakat sekitar.Dengan adanya cerita tersebut masyarakat mengambil persepsi
masingmasing sebagai contoh ada yang menerimadan ada juga yang menolakcerita Lae
Unetersebut. Saat ini banyak sekali buku-buku cerita rakyat yang banyak mengandung nilai-nilai
moral tetapi nyatanya sekarang ini minim sekali orangtua yang mendongengkan kepada anak-
anaknya pada saat tidur, padahal dalam cerita rakyat tersebut banyak sekali manfaat yang
diperoleh dan banyak sekali pelajaran-pelajaran hidup yang penting bagi anak-anak untuk
mengambil hal-hal positif yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut. Berdasarkan dari latar

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 4


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

belakang permasalahan yang diuraikan, sehingga peneliti tertarik memilih judul penelitian “nilai
pendidikan yang terdapat pada cerita rakyat air terjun lae une”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dalam sudut pandang
masyarakat tentang cerita rakyat Lae Une adalah sebagai berikut:

Nilai Pendidikan cerita rakyat Lae Une yang menyimpan kejadian mistis.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka
perlu ada pembatasan masalah.Karena itu, penelitian ini difokuskan pada Persepsi kami dan
Masyarakat Kab.Pakpak Bharat terhadap cerita rakyat Lae Une.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Lae Une?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana Nilai Pendidikan yang terdapat pada cerita rakyat Lae Une.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi
kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang membahas mengenai cerita
rakyat.

1. Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam Sastra Lisan.

2. Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya Resepsi Sastra.

3. Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman terhadap cerita rakyat Lae Une.

Manfaat Praktis

1. Bagi pembaca dan penikmat sastra

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan pemahaman yang mendalam tentang
salah satu objek wisata Lae Une di Pakpak Barat yang memeiliki legenda dan mitos, yang
sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat di Pakpak Barat.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 5


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi para Mahasiswa
untuk membentuk gagasan baru yang lebih kreatif dimasa yang akan datang demi kemajuan diri
Mahasiswa dan jurusan.

3. Bagi Pendidikan.

Penelitian mengenai Legenda Lae Une ini dapat memberi referensi atau masukan bagi Guru-guru
Bahasa Indonesia khususnya dalam bidang Sastra untuk menjadikan materi Alternatif saat
mengajar mengenai cerita rakyat.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 6


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Cerita Rakyat

1. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa
tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial
masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun- menurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya secara lisan (Suripan Sadi Hutomo, 1991: 4) .

Mengenal cerita rakyat adalah bagian dari mengenal sejarah dan budaya suatu bangsa.
Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang terjadinya berbagai hal, seperti
terjadinya alam semesta. Adapun tokoh - tokoh dalam cerita rakyat biasanya ditampilkan
dalam berbagai wujud, baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang kesemuanya
disifatkan seperti manusia Cerita rakyat sangat digemari oleh warga masyarakat karena
dapat dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat jenaka. Oleh karena
itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral dan
hiburan bagi masyarakat. Salah satu jenis cerita rakyat yang populer sebagaimana
klasifikasi para ahli adalah dongeng. Cerita rakyat lainnya selain dongeng seperti mite
(mitos) dan legenda yang akan dijelaskan dalam artikel terpisah di blog ini.

Pengertian cerita rakyat adalah salah satu karya sastra yaitu berupa cerita yang lahir ,
hidup dan berkembang pada beberapa gen erasi dalam masyarakat tradisional, baik
masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum, disebarkan secara lisan, mengandung
survival, bersifat anonim, serta disebarkan diantara kolektif tertentu dalam kurun waktu
yang cukup lama (Sisyono, dkk 2008:4).

Sejalan dengan pendapat di atas, Liaw Yock Fang (1982: 1) mengemukakan bahwa
kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah- tengah rakyat. Sastra rakyat
dituturkan oleh ibu kepada anaknya dalam buaian, atau tukang cerita kepada penduduk
kampu ng yang tidak tahu membaca dan menulis . Cerita - terita semacam ini diturunkan
secara lisan, dari generasi satu ke generasi yang lebih muda. Sastra lisan hidup dan
berkembang di kampung - kampung. Jadi, dapat dipastikan bahwa lahirnya sastra lisan
lebih da hulu dari pada sastra tertulis yang rata - rata berkembang di istana.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hasim Awang (1985: 5) bahwa sastra rakyat
ialah kesusastraan yang lahir di kalangan rakyat. Pada lazimnya, sastra rakyat merujuk
kepada kesusastraan rakyat daripada masa lampau, yang telahmenjadi warisan kepada

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 7


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

sesuatu masyarakat. Sastra rakyat adalah sebagian daripada kehidupan budaya bagi
masyarakat lama.

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk (genre) foklor. Foklor itu sendiri adalah
sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara
kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk
lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (memonic
device) (James Dananjaya, 1997: 2) Menurut pendapat Brunvand (1968:5) .

Jadi, dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita rakyat itu adalah Cerita
rakyat merupakan salah satu karya sastra yang berwujud cerita yang lahir, hidup, dan
berkembang di masyarakat tradisional yang disebarkan secara lisan, mengandung
survival, sifatnya abonim, dan disebarkan diantara kolektif khusus dalam jangka waktu
yang lumayan lama.

2. Ciri ciri cerita rakyat dalam cerita “air terjun Lae Une”

a. Bersifat lisan Salah satu ciri dari cerita rakyat Lae Une ini adalah bersifat lisan yaitu
karena cerita merupakan cerita yang di sebarkan secara turun temurun dari orang tua
melalui mulut ke mulut atau secara lisan.

b. Isi dan bentuknya bersifat statis. Cerita rakyat Lae Une ini merupakan salah satu cerita
rakyat yang bersifat statis atau tetap, karena dalam cerita tidak ada yang diubah isinya
dari cerita terdahulu.

c. Tanpa pengarang (anonim).

Seperti ciri sebelumnya yaitu bersifat lisan, cerita rakyat ini juga tidak ada pengarang
atau pengarang dari cerita ini tidak diketahui dengan pasti siapa. Karena cerita ini hanya
di sebarkan dari orang tua yang terdahulu hingga sekarang, dan di sebarkan dari mulut ke
mulut saja.

d. Milik bersama (bersifat komunal). Cerita rakyat ini memiliki sifat yang komunal atau
milik bersama. Karna cerita rakyat ini merupakan cerita daerah jadi siapa saja bisa untuk
mengetahuinya.

e. Mencerminkan aturan-aturan dalam kehidupan. Dalam setiap cerita rakyat pastinya


selalu mencerminkan aturan-aturan atau nilai nilai dalam kehidupan. Salah satunya cerita
rakyat Lae une ini. Dalam cerita rakyat ini memiliki banyak mengandung nilai nilai
pendidikan yang bisa diterapkan dalam kehidupan. Misalnya nilai pendidikan moral,
cerita ini mengajarkan bagaimana menepati janji pada orang lain.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 8


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

B. Hakikat Nilai Pendidikan

1. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki ketetapan
yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai nilai
(positif/ baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua
yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun
keadaan di sekitarnya berlangsung. Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena
sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang
eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial,
filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali
maupun yang mempeunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Sastra tidak
hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai
kehidupan manusia dalam arti total. Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan
sebagai kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga
diperoleh menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi,
religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada.

Lasyo (Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan landasan atau
motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Sejalan dengan Lasyo,
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu
yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto
(1983: 161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-
pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi
selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut
tentang hal-hal yang bersifat hakki. Dari beberapa pendapat tersebut di atas
pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai, berharga, bermutu,
akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi kehidupan manusia.

2. Pengertian Pendidikan

Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang


terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing” (Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike
berarti aku membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan
berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat
pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 9


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik
jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula bahwa,
memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu
keseluruhan di dalam eksistensinya.

Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada


tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari
nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya juga
berarti mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pernyataan tersebut terdapat tiga
unsur pokok dalam pendidikan, yaitu:

a) cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif dan siap mengaplikasikan ilmunya;

b) hidup, memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang
terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari
kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepadaNya.
Filosofi hidup ini sangat syarat akan makna individualisme yang artinya
mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan manusia, memberikan makanan
kehidupan berupa semangat, nilai moral, dan tujuan hidup;

c) bangsa, berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk sosial
yang membutuhkan keberadaan orang lain. Setiap individu berkewajiban
menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat meningkatkan derajat kemuliaan
masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai dengan yang diajarkan agama dan pendidikan.

Indikator terpenting kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran


(Ratna, 2005: 449). Segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang
mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Cerita rakyat sebagai
suatu karya sastra, yang merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan
penilaian tentang seninya (Pradopo, 2005: 30). Pendidikan pada kahikatnya
merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang
dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan
perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan
merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia
yang beradab (Setiadi, 2006: 114).

Adler (dalam Arifin, 1993: 12) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana
seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk
membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik. Secara
etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2009: 447). Masih

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 10


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

menurut Ratna, lebih jauh dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara
keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika.

Jadinya antara pendidikan dan karya sastra (novel) adalah dua hal yang saling berkaitan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai
pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi
kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku
dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan
dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada
pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan
berbudaya.

Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan


masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai
dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia
mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan
budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap
manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan
sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai
media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.

3. Macam-macam Nilai Pendidikan

Sastra sebagai hasil kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan
sebagainya. Baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang
merupakan menciptakan terbaru semuanya dirumuskan secara tersurat dan tersirat.
Sastra tidak saja lahir karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptaannya
bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, dll, juga harus melayani misi-misi
yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendens. Sastrawan pada waktu
menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan
keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiranpikirannya,
pendapat-pendapatnya, dan kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu. Menacari nilai
luhur dari karya sastra adalah menentukan kreativitas terhadap hubungan
kehidupannya.

Dalam karya sastra akan tersimpan nilai atau pesan yang berisi amanat atau
nasihat. Melalui karyanya, pencipta karya sastra berusaha untuk mempengaruhi pola
piker pembaca dan ikut mengkaji tentang baik dan buruk, benar mengambil pelajaran,
teladan yang patut ditiru sebaliknya, untuk dicela bagi yang tidak baik. Karya sastra
diciptakan bukan sekedar untuk dinikmati, akan tetapi untuk dipahami dan diambil
manfaatnya. Karya sastra tidak sekedar benda mati yang tidak berarti, tetapi
didalamnya termuat suatu ajaran berupa nilai-nilai hidup dan pesan-pesan luhur yang

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 11


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

mampu menambah wawasan sehingga manusia mencapai hidup yang lebih baik
sebagai makhluk yang dikaruniai oleh akal, pikiran, dan perasaan. Cerita rakyat
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan penjelasan
secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji
dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang
dijunjung tinggi.

C. Kerangka Berpikir

Dalam cerita rakyat air terjun Lae Une segi yang akan penulis analisis, yaitu: nilai-nilai
pendidikan yang terdapat di dalamnya. Adapun nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam cerita rakyat air terjun Lae Une meliputi empat macam nilai pendidikan, yaitu:
nilai pendidikan moral, religius, sosial, dan budaya. Semua nilai yang ditemukan
tersebut semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca cerita rakyat air terjun Lae Une.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 12


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan


Analisis Data Sekunder (ADS). Analisis Data Sekunder merupakan suatu metode dengan
memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama. Memanfaatkan data sekunder yang
dimaksud yaitu dengan menggunakan sebuah teknik uji statistic yang sesuai untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan dari tubuh materi atau data yang sudah matang yang diperoleh dari
certa rakyat dan salah satu masyarakat suku pakpak untuk kemudian diolah secara sistematis dan
objektif.

Sedangkan untuk penelitian deskriptif yang digunakan ini bertujuan untuk


mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini
terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai kondisi saat ini dan melihat kaitan antara variabel yang ada. Penelitian ini terkadang
ada juga yang tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai dengan variabel yang diteliti (Mardalis, 2007 : 26). Data sekunder yang digunakan
adalah dokumentasi data berupa cerita rakyar Selanjutnya data ini akan dianalisis nilai
pendidikannya.

B. Lokasi Penelitian

Yuswandi mengatakan “penentuan lokasi dan setting penelitian selain dibingkai dalam
kerangka teoretik juga dilandasi oleh pertimbangan teknis operasional. Untuk itu lokasi dan
setting penelitian dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan dapat atau tidaknya dimasuki dan
dikaji lebih mendalam.” Penelitian ini dilaksanakan di Medan, Indonesia.

C. Instrumen Penelitian

a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.


Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberitahu kepada informan apakah

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 13


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Cerita Air Terjun Lae Une

Air terjun ini terletak di kawasan hutan hijau Kab Pakpak Bharat, tidak jauh dari pusat Ibu Kota
Salak, tepatnya berada di Desa Kecupak, Kecamatan Pergetteng getteng sengkut.Dengan
Ketinggian kurang lebih 10 meter.dan dikelilingi oleh Tumbuhan hujan Tropis.

Konon kabarnya Pakalima Manik menikah dengan Nan Tampuk Emas yang cantik jelita dengan
pesta meriah dan besar – besaran.Belum ada pesta semeriah itu di Suak Simsim.Selama tujuh
hari tujuh malam diadakan pesta dengan oning – oningen sangat meriah.Tujuh kerbau badar
disembelih untuk keperluan pesta. Kula – kula menerima dengan sangat puas dan bangga tokor
berru ( mas kawin) dari putra raja yang kaya raya dan murah hati.

Bertahun – tahun putra raja belum juga berketurunan, cinta lao ( keinginan yang tak terkabul
ketika ibu mengandung ) dari kedua mempelai sudah diselidiki dan dipenuhi walau mengada –
ada. Semua orang pintar dan ahli nujum, dukun sudah dipanggil namun belum juga membuahkan
hasil. Putra raja dan Putri Nan Tampuk Emas sudah pasrah tidak berketurunan ( Tompet ).

Pada siang hari semua orang sibuk bekerja di ladang, putri Nan Tampuk Emas duduk melamun
di jerro ( Rumah peristrahatan yang tinggi ).

Kasa mbeccut abemu berru ??seseorang berpakaian putih dengan mahkota dikepala bertanya
kepadanya, Nan Tampuk Emas ketakutan dia pernah dengar cerita umang ( orang halus ) suka
mencelakai manusia.

“ Jangan takut wahai berru, aku tahu kesusahanmu karena belum punya anak engkau cemas putra
raja akan menikah lagi “

“ Dia baik pung dan berjanji setia sampai mati”

“ Ia betul,,,!! Tapi rakyat butuh putra mahkota calon raja merek kelak ”

“ Raja bisa dari marga manik lain keturunan raja “

“ Itu tidak perlu terjadi, sebentar lagi engkau akan mempunyai keturunan, putra mahkota yang
cakap, gagah, perkasa dan bijaksana ”

“aaa…… !! Benarkah ? “

“ Benar….., setelah lahir engkau harus mandikan di Lae Ordi. Persembahkanlah nditak mbetcih,
baja minak dan manuk mbettar ” lalu umang itu menghilang begitu saja.

Pengajaran Sastra Nusantara-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia’2017 (Artikel Ilmiah)

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 14


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 20

Putri Nan Tampuk Emas antara percaya dan tidak percaya, namun walaupun begitu putri Nan
Tampuk Emas menceritakan hal tersebut kepada Pakalima Mani. Putra raja begitu gembiranya
memluk putri Nan Tampuk Emas penuh sukacita sembari memopongnya ke ngean ( Semacam
Pelaminan ).

Tidak berapa lama putri Nan Tampuk Emas mende dagingna ( hamil ) dan disambut dengan
penuh kegembiraan oleh seluruh rakyat dan seisi istana. Ketika bayi itu lahir diberi nama
Undung Une dan dipestakan sangat meriah. Kula – Kula dating membawa Kelimbis ( Persendian
dari punggung ayam ) dan Undung Une pun dikelembisi.

Begitu girangnya Nan Tampuk Emas mempunyai keturunan seorang bayi lelaki yang tampan,
sehingga terlena dan lupa pada janjinya hendak mempersembahkan Nditak mbetcih, Baja minak
dan Manuk mbentar serta memandikan Undung Une di Lae Ordi.

Suatu hari Nan Tampuk Emas mengurih–ngurihken ( Mengayun–ayunkan ) Undung Une di


Jerro, bersenandung merdu dengan lagu syahdu menidurkan putranya yang tampan, Tiba – tiba
seseorang berpakaian putih dengan mahkota dikepala berdiri dihadapannya, Nan Tampuk Emas
sangat terkejut, dia langsung ingat pada janjinya lalu Nan Tampuk Emas memohon belas kasihan
dan bersedia menerima hukuman yang diberikan kepadanya, namun umang itu tidak peduli pada
Nan Tampuk Emas, bayi tersebut secepat kilat digendong umang dan menghilang tiba – tiba.
Seisi kampung terkejut akan jeritan Nan Tampuk Emas sementara tangisan Undung Une
terdengar di Lae Ordi.

“ Semua lelaki dewasa seisi kampug, cari bayi itu ( Undung Une ), perintah raja”.

Putri Nan Tampuk Emas tidak mau tinggal di istana, dia mengikuti arak-arakan itu.Suara gaduh
dan sorak-sorai bergema ke seluruh tebing-tebing curam.

Jika orang mencari kehilir, suara tangisan bayi sudah di hulu, sebaliknya jka orang mencari ke
hulu, suara tangisan bayi sudah di hilir. Pencarianpun dilakukan sampai larut malam yang tidak
ada ujungnya.Putri Nan Tampuk Emas tidak mau pulang ke istana jika belum menemukan
bayinya.Syarat yang dulu dikatakan umang kepada putri Nan Tampuk Emas di buat lagi dengan
harapan si umang mengembalikan Undung Une.

“ Undung Une…. !! Undung Une….!!” Ulakken mo dukakku maseh atemu …!! Bila putri Nan
Tampuk Emas memanggil Undung Une di hilir, dijawab tangisan bayi di hulu, begitu juga
sebaliknya.

Pada hari ketujuh menjelang malam nampak umang duduk diatas batu dibalik air terjun
memangku Undung Une dengan tertawa-tawa. Sinar matahari pada sore hari yang menimpa air
terjun memantulkan cahaya kemilau menari – nari mengikuti riak air dan jatuhnya air terjun ,

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 15


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Putri Nan Tampuk Emas langsung bersemangat menyaksikan anaknya tertawa-tawa kecil
bersama si umang.

Pengajaran Sastra Nusantara-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia’2017 (Artikel Ilmiah)

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 21

“ Ini anakmu…. Ambillah…!!! Suara umang bergema dari balik air terjun.

Putri Nan Tampuk Emas memperoleh tenaga gaib dengan tiba-tiba.Tubuhnya yang sudah lemah
terkulai memperoleh energi untuk bangkit dan seakan berlari diatas cadas yang penuh dengan
lumut.Tiba di air yang semakin dalam dia berenang dengan ringan seperti seperti tak
memerlukan tenaga untuk mengayunkan kaki dan tangan.Air yang berputar berbalik arah
mengalir kearah air terjun sehingga menyebabkan dia seperti terhanyut bukan berenang. Nan
Tampuk Emas mendekati pusaran air yang semakin kuat, pada saat itulah umang melemparkan
bayi ( Undung Une ) pusat pusaran air. Nan Tampuk Emas berusaha mengejar dan meraih
anaknya tetapi tangannya tak sampai menggapai.Putri Nan Tampuk Emas dan putranya Undung
Une lenyap ditelan pusaran air. Seluruh penduduk mencari mayat sang putri dan bayinya namun
tidak pernah ditemukan. Setiap pagi orang selalu pergi ketempat itu dengan harapan dapat
menemukan bagian tubuh putri Nan Tampuk Emas dan bayinya.

“ Mike ko we.. ??? ( Mau kemana kamu ) “ jika ada orang bertanya kepada orang yang mencari
bagian tubuh putri Nan Tampuk Emas dan Undung Une, mereka menjawab “ Mi Lae Une “
jawaban singkat bahwa dia menuju sungai untuk mencari Undung Une. Demikianlah sampai
sekarang air terjun tersebut dinamakan LAE UNE..

B. Nilai Pendidikan Yang Terdapat Pada Cerita Lae Une

a) nilai pendidikan agama

dari kutipan cerita Lae Une pada alinea ke 3 “Bertahun – tahun putra raja belum juga
berketurunan, cinta lao ( keinginan yang tak terkabul ketika ibu mengandung ) dari kedua
mempelai sudah diselidiki dan dipenuhi walau mengada – ada. Semua orang pintar dan
ahli nujum, dukun sudah dipanggil namun belum juga membuahkan hasil. Putra raja dan
Putri Nan Tampuk Emas sudah pasrah tidak berketurunan ( Tompet)”

dapat disimpulkan bahwa mereka tidak mempercayai kuasa tuhan sehingga mereka
mengandalkan dukun agar memiliki anak. Kita sebagai makhluk beragama, seharusnya
kita tidak boleh percaya akan kekuatan gaib.

b) nilai pendidikan budaya

dari kutipan cerita lae une “Konon kabarnya Pakalima Manik menikah dengan Nan
Tampuk Emas yang cantik jelita dengan pesta meriah dan besar – besaran. Belum ada
pesta semeriah itu di Suak Simsim.Selama tujuh hari tujuh malam diadakan pesta dengan

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 16


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

oning – oningen sangat meriah.Tujuh kerbau badar disembelih untuk keperluan pesta.
Kula – kula menerima dengan sangat puas dan bangga tokor berru ( mas kawin) dari
putra raja yang kaya raya dan murah hati”

dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi yang dilakukan orang pak-pak pada zaman
dahulu adalah seperti cerita tersebut. Nilai budaya bersifat abstrak sehingga masih
tertanam dalam pemikiran masyarakat yang masih dijunjung tinggi dari dulu hingga
sekarang.Sehingga kita harus melestarikan adat tersebut.

c) nilai pendidikan sosial

dari kutipan cerita lae une “Kasa mbeccut abemu berru ?? seseorang berpakaian putih
dengan mahkota dikepala bertanya kepadanya, Nan Tampuk Emas ketakutan dia pernah
dengar cerita umang ( orang halus ) suka mencelakai manusia.

“ Jangan takut wahai berru, aku tahu kesusahanmu karena belum punya anak engkau
cemas putra raja akan menikah lagi “

“ Dia baik pung dan berjanji setia sampai mati”

“ Ia betul,,,!! Tapi rakyat butuh putra mahkota calon raja merek kelak ”

“ Raja bisa dari marga manik lain keturunan raja “

“ Itu tidak perlu terjadi, sebentar lagi engkau akan mempunyai keturunan, putra mahkota
yang cakap, gagah, perkasa dan bijaksana ”

Dapat disimpulkan bahwa kita harus bersikap baik dan menjawab dengan sopan
pertanyaan orang lain yang baru kita kenal.

d) nilai pendidikan moral

dari kutipan “Begitu girangnya Nan Tampuk Emas mempunyai keturunan seorang bayi
lelaki yang tampan, sehingga terlena dan lupa pada janjinya hendak mempersembahkan
Nditak mbetcih, Baja minak dan Manuk mbentar serta memandikan Undung Une di Lae
Ordi.Suatu hari Nan Tampuk Emas mengurih–ngurihken ( Mengayun–ayunkan ) Undung
Une di Jerro, bersenandung merdu dengan lagu syahdu menidurkan putranya yang
tampan, Tiba – tiba seseorang berpakaian putih dengan mahkota dikepala berdiri
dihadapannya, Nan Tampuk Emas sangat terkejut, dia langsung ingat pada janjinya lalu
Nan Tampuk Emas memohon belas kasihan dan bersedia menerima hukuman yang
diberikan kepadanya, namun umang itu tidak peduli pada Nan Tampuk Emas, bayi
tersebut secepat kilat digendong umang dan menghilang tiba – tiba. Seisi kampung
terkejut akan jeritan Nan Tampuk Emas sementara tangisan Undung Une terdengar di
Lae Ordi. “

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 17


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

dapat ditarik kesimpulan bahwa kita harus menepati janji kita kepada orang lain, setiap
orang yang mengingkari janjinya pasti akan mendapat balasan yang buruk entah itu dari
diri sendiri maupun dari orang lain yang diingkari.

e) nilai pendidikan historis

pada alinea terakhir terdapat kutipan “ Mike ko we.. ??? ( Mau kemana kamu ) “ jika ada
orang bertanya kepada orang yang mencari bagian tubuh putri Nan Tampuk Emas dan
Undung Une, mereka menjawab “ Mi Lae Une “ jawaban singkat bahwa dia menuju
sungai untuk mencari Undung Une. Demikianlah sampai sekarang air terjun tersebut
dinamakan LAE UNE”

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dari cerita lae une tersebut kita dapat melihat
nilai pendidikan historis yang berguna dan dapat kita ceritakan kepada orang lain,
sehingga orang tahu dan mengerti apa makna dan arti dari cerita lae une tersebut.

C. Pembahasan

1. Nilai Pendidikan Agama

Seperti yang telah dipaparkan pada teori, Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam
karya sastra sebagaian menyangkut moral, etika, dan kewajiban.Hal ini menunjukkan
adanya sifat edukatif.Dasar dari pendidikan agama adalah hakikat makhluk yang
beragama.Tujuan pendidikan keagamaan adalah membentuk manusia yang beragama
atau pribadi yang religius.

Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga negara terbukti dari adanya
peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama itu diberikan kepada anak-
anak sejak pendidikan di taman kanak-kanak sampai pendidikan tinggi.

Nilai pendidikan Agama pada Cerita air terjun lae une contohnya raja yang tidak
mempercayai kuasa tuhan sehingga raja mengandalkan dukun agar memiliki anak. Kita
sebagai makhluk beragama, seharusnya kita tidak boleh percaya akan kekuatan gaib.

2. Nilai Pendidikan Budaya

Nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang dapat kita anggap baik dan berharga oleh
suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh
kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya dapat membatasi dan
memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya.

Dari cerita lae une tersebut dapat dilihat bahwa sistem nilai pendidikan budaya
merupakan nilai yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan
melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-
benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 18


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Nilai budaya bersifat abstrak tersebut seperti pesta adat dalam menikah hingga tujuh hari
tujuh malam, sehingga masih tertanam dalam pemikiran masyarakat pakpak yang masih
dijunjung tinggi dari dulu hingga sekarang.Sehingga kita harus melestarikan adat
tersebut.Dari fungsi yang diemban oleh cerita tersebut, maka lahirlah sebuah
kecenderungan dalam masyarakat untuk menjadikannya sebuah ciri kekhasan yang
menjadi salah satu identitas kelompok dalam hidup

masyarakat di mana cerita tersebut berkembang, karena lahirnya cerita rakyat sejalan
dengan pewarisan kebudayaan lalu dapat diwariskan kepada generasi penerus .

3.Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain
dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka
menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai
sosial.

Jadi nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam cerita air terjun lae une yang telah
disimpulkan kita lihat sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Seperti nan
tanpuk emas yang mau menanggapi lelaki tua tersebut dengan sopan ketika berbicara.

4. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang disaratkan lewat
cerita.moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang
buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia
agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang
harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan
manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu,
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.

Dari cerita lae une yang telah disimpulkan dapat kita lihat mengenai nilai pendidikan
moral dipaparkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan
tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi
perilaku. Seperti putri nan tanpuk emas yang tidak menepati janji kepada umang,
sehingga umang mengambil anaknya.

5. Nilai Pendidikan Historis

Nilai pendidikan Historis adalah Sejarah dalam artian lain yang digunakan untuk
mengetahui masa lampau berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih yang
berguna bagi manusia dalam memperkaya pengetahuan agar kehidupan sekarag dan yang
akan datang menjadi lebih cerah.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 19


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

Dari cerita rakyat lae une tersebut yang telah disimpulkan dapat kita lihat bahwa orang-
orang yang telah mengetahui cerita lae une tersebut menceritakan lagi kepada orang lain
sehingga orang lain mengerti dan paham bagaimana sebenarnya asal usul air terjun lae
une tersebut.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 20


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nilai pendidikan merupakan segala hal yang berguna yang diberikan oleh seseorang
secara sadar dan tanggung jawab dalam usaha memberikan perubahan terhadap sikap dan
tingkah laku yang lebih baik.

Adapun nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada cerita air terjun lae une adalah adalah
nilai pendidikan agama, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan ekonomi, nilai pendidikan
moral, nilai pendidikan budaya dan nilai pendidikan historis.

B. SARAN

Makalah Mini riset yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi buku
referensi, penulisan apalagi kata-kata yang tidak terurai dengan baik.Kami mengharap kritikan
dan masukan dari pembaca untuk perbaikan makalah ini kedepan-nya.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 21


Sanggar Pengajaran bahasa dan sastra indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Adisaputra, dkk. 2018. Pengajaran sastra nusantara. Padang Bulan Medan

Digilib.unimed.ac.id//airterjunlaeune

Junaedi, Moha. 1994. Apresiasi Sastra Indonesia.Ujung Pandang CV. Putra Maspul Ujung
Pandang

Mahayana, Maman. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta, Rajawali Pers.

Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa Dan Seni Page 22

Anda mungkin juga menyukai