Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Salsabila

Nim : 11911023152

Kelas : TIPA 5 B

Tugas : Resume Webinar Mengekspresikan IPA Dalam Budaya Bangsa Indonesia

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si

Islam dan Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari
bahasa Latin yaitu cultura.

Tokoh – Tokoh Antropologi Budaya

 E.B Taylor yang juga merupakan seorang antropolog Inggris mendefinisikan budaya
mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat yang
didapatkan oleh manusia.
 Menurut William, budaya merupakan suatu perangkat aturan serta norma yang telah
dimiliki bersama leh para anggota masyarakat sebagai kearifan local.
 Soelaeman Somardi dan Soemarjan, kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan
cipta masyarakat.
 Koentjaraningrat telah mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem gagasan rasa,
sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupannya
yang bermasyarakat.

Ethnoscience berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang berarti ‘bangsa‘ dan
scientia dari bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Etnosains berarti pengetahuan yang dimiliki
oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa/ kelompok sosial tertentu dan sebagai bentuk kearifan
lokal serta terkandung konsep sains [Aikenhead, G, 2002]. Lima fokus bidang kajian riset
etnosains : (1) pengetahuan asli masyarakat (indegenous science), rekontruksi dan eksplanasinya,
(2) adat istiadat, hukum, aturan, norma/ nilai, (3) budaya terkait keberagaman seni, (4) kearifan
lokal flora, fauna, fenomena alam yang unik, dan (5) folkkor lainnya, dll [Battistie, 2006,
Sudarmin, 2021]

Mengapa Pendidikan IPA harus mengekspresikan Kebudayaan dan berakar Etnosains

Pendidikan adalah suatu usaha dalam mengenali potensi diri manusia bertujuan
membagikan, mengembangkan, mewarikskan, dan membangun peradaban dan budaya bangsa
yang luhur. Pendidikan berfungsi untuk menghargai dan melestarikan nilai nilai budaya yang
positif, Pendekatan ilmiah pada IPA untuk mengekpresikan budaya Indonesia adalah etnosains.
Pendekatan pembelajaran IPA berbasis etnosains, menjadi salah satu usaha dalam pembelajaran
IPA untuk menguasai konsep sains dalam konteks budaya dan merekontruksinya menjadi sains
ilmiah.

Memahami Etnosains dan Etnopedagogik

Etnosains itu sendiri, hakekatnya mengembangkan pembelajaran sains yang menggabungkan


konten budaya dari masyarakat ke dalam bagian kegiatan pembelajaran sains. Etnopedagogi:
Etnopedagogi merupakan cerminan muatan local pada pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat, sehingga dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran IPA Oleh karena itu, etnopedagogi dapat berperan dalam pendidikan berbasis nilai
budaya dalam konteks teaching as cultural activity.

Mengekspresikan Etnosains dalam pembelajaran sains;

Berarti Pendidikan IPA di sekolah pada setting budaya masyarakat sekitar (Maddock,
1981; Cobern dan Aikenhead, 1998). Pendidikan IPA dalam perspektif anthropologi, pengajaran
sains, yaitu pembelajaran sains sebagai transmisi budaya (cultural transmission) dan penguasaan
budaya (cultural acquisition). Henrietta L. (1998) etnosains adalah cabang pengkajian budaya
yang berusaha memahami bagaimana masyarakat lokal memahami budaya lokal mereka. Cobern
(2002) riset dan pembelajaran sains berbasis etnosains adalah bahan kajian fenomena budaya
yang terkait dengan etno dan atau folk pada masyarakat.

Lima manfaat dengan pengajaran IPA berbasis Etnosains


1) Kearifan lokal dari masyarakat (Nilai, Norma, adat istiadat, tata krama) sebagai budaya
dan kearifan lokal dapat dikonservasi.
2) Memberikan ruang dunia pendidikan [sekolah, guru, dan peserta didik] untuk
mereputasikan keunikan budaya masyarakat lokal.
3) Menanamkan literasi budaya dan nilai luhur bangsa, literasi sain dan kimia,
etnopedagogik, literasi etnosains dan ekologinya.
4) Memberikan pengetahuan sains lebih baik dan bermkana (Ausubel), serta membekali ket
berpikir, ket. Generik, Ket proses, serta keterampilan berpkir abad 21 pada peserta didik.
5) Memberikan kontribusi pada pendidikan dan kebudayaan, artinya etnosains akan
berkontribusi pada pendidikan untuk menciptakan dan mengembangkan budaya, serta
melestarikan nilai jati diri bangsa yang luhur [Nilai Pancasila, pendidikan parentialis].

Karakteristik Pengajaran berbasis budaya [CRT] (Yulia Rahmawati et al, 2019)

1) Mengakui adanya warisan budaya dari berbagai kelompok etnik yang berbeda, baik
sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap siswa, pendekatan untuk belajar, serta
konten untuk diajarkan sesuai kurikulum formal.
2) Membangun hubungan yang bermakna antara pengalaman budaya siswa yang dijumpai
di rumah dengan pengajaran akademik di sekolah.
3) Menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang terhubung dengan berbagai gaya
belajar yang berbeda-beda setiap siswa
4) Mengajarkan siswa untuk mengetahui dan mencintai warisan budaya mereka sendiri serta
menghargai budaya orang lain.
5) Menggabungkan informasi multikultural, sumber daya, serta keterampilan yang rutin
untuk diajarkan di sekolah.

Seorang guru IPA diharapkan..

1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya, untuk


mengakomodasi konsep sins atau keyakinan yang dimiliki siswa untuk menjelaskan sains
tradisional.
2) menyajikan kepada siswa contoh keunikan atau keajaiban dari suatu “budaya lokal” yang
sebenarnya terkandung konsep sains ilmiah.
3) mendorong siswa untuk aktif bertanya dan berpikir kritis dan kreatif, serta komunikatif.
4) mendorong siswa untuk membuat serangkaian skema-skema atau tuturan kalimat yang
mendeskripsikan konsep ilmiah yang dikembangkan selama proses pembelajaran berbasis
budaya [etnosains]
5) Kembangkan model dan pendekatan pembelajaran kolaboratif, kontekstual, pembelajaran
berbasis proyek, serta pembelajaran berbasis masalah.

Kajian Etnosains Melayu Sebagai Sumber Belajar IPA

Aldeva Ilhami

Riau salah satu provinsi terbesar di sumatera dengan ciri khas kultur melayu. Secara
historis, masyarakat melayu riau terdiri dari suku asli proto melayu (suku akit,bonai, laut) ;
masyarakat adat/ kedatuan (rantau oso duo pulua, masyarakat tigo boleh & limo koto Kampar);
masyarakat kerajaaan (kandis, keritang, indragiri, kunto Darussalam,dlll) (LAM, 2019). Kearifan
lokal melayu riau terdiri dari hutan larangan adat rumbio Kampar, pacu jalur di Kuansing,
Manumbai, Manongkah Kerang di Indragiri Hilir, lubuak larangan, dll.

Lubuak Larangan merupakan kawasan perairan berupa sungai sebagai daerah terl arang
untuk diambil ikan dan biota lainnya sesuai batasan dan waktu yang ditetapkan. Kawasan ikan
larangan termasuk salah satu kearifan lokal sumber daya perairan yang terdapat di beberapa
wilayah di sumatera seperti Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Adanya potensi pemanfaatan kearifan lokal melayu sebagai sumber belajar IPA. Urgensi
Penanaman nilai-nilai budaya yang diaktualisasikan dalam pembelajaran IPA berbasis
etnopedagogi. Pembelajaran IPA berbasis etnopedagogi sesuai dengan tuntutan pembelajaran
abad 21

Anda mungkin juga menyukai