Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETNOMATETIKA

“Eksplorasi Etnomatematika Pada Alat Pancing Ikan”

Dosen Pengampu :

Febrian S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh :

Nur Asikin 180384202001

Nadia Ivara Tasya Hadi 180384202060

Nuriani Br Siahaan 180384202033

Salsabila Villia 180384202041

Anggi Hidayahtulloh 180384202030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etnomatematika
ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberikan materi terkait
etnomatematika dan etnografi serta hasil penelitian mengenai eksplorasi
etnomatematika pada alat pancing ikan. Selain itu, kami harap makalah ini juga dapat
menambah wawasan bagi para pembaca mengenai mata kuliah Etnomatematika dan
PMRI

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat menghargai kritikan konstruktif dan saran dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu serta
informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Tanjungpinang, Oktober 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Budaya dan kebudayaan merupakan hal yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari. Budaya dan kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni buddhayah yang
merupakan jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
degan budi, dan akal manusia (Devianty, 2017). Manusia sebagai anggota masyarakat
senantiasa mengalami perubahan-perubahan, membentuk budaya (Akkase Teng 2017).
Berkembangnya budaya di suatu masyarakat akan membentuk kebudayaan pada
masyarakat tersebut. Kebudayaan sendiri merupakan hasil dari interaksi kehidupan
bersama.

Kebudayaan yang terbentuk dalam lingkungan masyarakat akan berbeda dengan


lingkungan masyarakat lainnya. Perbedaan tersebut terbentuk akibat dari interaksi
manusia disetiap lingkungan masyarakat berbeda. Untuk mengetahui lebih banyak lagi
informasi mengenai budaya dan kebudayaan dalam lingkungan masyarakat maka
dilakukan penelusuran atau eksplorasi. Hasil dari eksplorasi budaya dan kebudayaan,
kita dapat mengetahui hubungan antar budaya dan kebudayaan dengan ilmu
matematika.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan tentang jarak dan


bilang. Matematika juga merupakan ilmu yang menopang praktik dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Penggunaan ilmu matematika sering muncul di kehidupan manusia
secara alami, menunjukan bahwa matematika sudah menjadi jatidiri dalam kehidupan
bermasyarakat. Sejarah matematika diceritakan pada zaman Mesir kuno dimana
manusia mengalami kesulitan dalam mengukur bidang dengan angka, sehingga
masyarakat tersebut mencoba dengan menggunakan bentuk persegi panjang menyerupai
bidang yang akan diukur, terdapat dalam teori-teori geometri Euclid. Selain teori
tentang geometri masih banyak lagi aktivitas tradisonal dan budaya masyarakat pada
zaman dahulu yang terkait dengan ilmu matematika. (Arlieza 2019)

Matematika merupakan ilmu yang banyak sekali berkaitan dengan kehidupan


sehari-hari, hal ini disebut juga dengan literasi matematika. Literasi matematika
merupakan pengetahuan untuk mengetahui dan menerapkan matematika dasar dalam
kehidupan. Literasi juga meliputi kemampuan untuk merumuskan, menerapkan, serta
menafsirkan matematika dalam konteks penalaran matematis dengan menggunakan
konsep prosedur dan fakta serta mampu menjelaskan fenomena, Sehingga tanpa sadari
banyak sekali kegiatan praktik dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan
ilmu matematika (Fajriyah 2018).
Tujuan dari memahami etnomatemaika adalah supaya keterkaitan antara
matematika dan budaya bisa lebih mudah dipahami, sehingga persepsi siswa dan
masyarakat tentang matematika menjadi lebih tepat, sehingga pembelajaran matematika
bisa lebih disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan masyarakat setempat, dan juga
matematika bisa lebih mudah dipahami karena tidak lagi dipersepsikan sebagai sesuatu
yang ‘asing’ oleh siswa dan masyarakat sekitar.
Tujuan dari memahami etnomatematika pada masyarakat berbudaya melayu
Kepulauan Riau adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan
matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang
dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan
modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktik matematika
mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
bermain dan lainnya) (D'Ambrosio, 2001). Etnomatematika masyarakat maritim
berbudaya melayu Kepulauan Riau ini memunculkan kearifan budaya yang
beranekaragam sehingga mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Manfaat dari memahami etnomatematika dalam masyarakat maritim berbudaya
melyu di Kepulauan Riau ialah, Pembelajaran Matematika bisa berbasis kemaritiman
dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu kita dapat mengetahui
macam-macam etnomatematika di masyarakat melayu Kepulauan Riau. Biasanya
matematika memberikan kesan sulit dan abstrak, tetapi dengan nuansa kemaritiman bisa
menggantikan kesan yang sulit dan abstrak tadi menjadi kesan menyenangkan dan nyata
ada dalam setiap aktivitas kehidupan melayu Kepulauan Riau. Menjadi bagian dari
upaya pelestarian budaya secara sistematis melalui etnomatematika.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya dan kebudayaan


a. Pengertian Budaya
Budaya memiliki makna sebagai cara hidup masyarakat yang selalu
berkembang serta dimiliki oleh suatu kelompok manusia yang akan terus
diturunkan atau diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya
mencakup berbagai komponen di dalam struktur masyarakat seperti adat istiadat,
bahasa, pakaian, rumah adat, masakan dan lain sebagainya. Budaya memiliki
banyak unsur yang rumit, unik dan khas di dalamnya sehingga membedakan satu
budaya dengan budaya lainnya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan
disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau
mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata
culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia menurut (Muhaimin, 2001)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai;
pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang
biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal
ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan masyarakat yang tampak.
Webster’s New Collegiate Dictionary mendefinisikan, budaya sebagai pola
terintegrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan, dan
artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan meneruskan
pengetahuan kepada generasi penerus.
Menurut (Jeff Carttwright, 2009) budaya adalah penentu yang kuat dari
keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui
bagaimana orang termotivasi untuk merespons pada lingkungan budaya mereka.
Maka, Carttwright mendefinisikan budaya sebagai sebuah kumpulan orang yang
terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat
diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.
Jadi, Budaya adalah suatu pola atau tatanan kehidupan sekelompok masyarakat
yang menjadi rutinitas atau kebiasaan yang berkembang dan diwariskan secara
turun-temurun.

b. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan didefinisikan suatu keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan, dan
juga hasil karya dari manusia untuk memenuhi kehidupan bermasyarakat, hal
tersebut akan dijadikan manusia sebagai milik mereka sendiri dengan
mempelajarinya
Konsep kebudayaan terkait dengan berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan
dengan kelompok-kelompok masyarakat tetentu, seperti adat (custom), atau cara
hidup (way of life) masyarakat. Dikatakan juga kebudayaan merujuk pada
pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan
pengetahuan dan melahirkan tingkah laku sosial menurut (Spradley, 2007).
Kebudayaan merupakan sebagai keseluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan miliknya dengan
belajar menurut (Koentjaraningrat, 2009).
Kebudayaan merupakan keseluruhan hal kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, kemampuan, dan
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan juga
merupakan pola-pola perilaku yang dikemas dalam sistem simbol lalu secara
historis ditularkan kepada orang lain. Di sini sistem ini merupakan warisan konsep
bawaan yang sekaligus diekspresikan melalui simbol yang bermakna sehingga
dapat dikomunikasikan menurut (Liliweri, 2014).
Kebudayaan sebagai pengetahuan dan konsep yang diwujudkan dalam mode
komunikasi secara simbol dan bukan simbol, tentang teknologi dan keterampilan,
adat kebiasaan, nilai, keyakinan, dan sikap suatu masyarakat yang sedang berubah
dari sejarahnya di masa lampau, dan mengalami perubahan dan ditautkan untuk
memberi makna dan mencakup masa kini dan mengantisipasi masalah tentang
keberadaanya di masa yang akan datang menurut (Owens, 2012).
Dari definisi diatas, dapat diperoleh kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.

B. Matematika dan perspektif masyarakat mengenai matematika


Secara bahasa (lughowi), kata ”Matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu
”Mathema” atau mungkin juga ”Mathematikos” yang artinya hal-hal yang dipelajari.
Matematika suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir.
Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari
pola dari struktur, perubahan dan ruang. Maka secara informal dapat juga di sebut
sebagai ilmu bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah
penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan
logika simbolik dan notasi. Adapun pandangan lain bahwa matematika adalah ilmu
dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain (Hariwijaya, 2009).
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu
logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari
matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.Matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengajaran matematika harus
bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan
pengamatan(induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif (Suherman,
1992).
Dari penjelasan diatas, Matematika adalah suatu pola yang tumbuh dan kembang
dalam kehidupan yang tercipta dari proses berfikir yang akan menciptakan pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Selain itu matematika
memberikan bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan
kekuasaan.
Dalam perspektif masyarakat, Kebanyakan orang berfikir bahwa matematika
adalah sebuah mata pelajaran yang penting tetapi hanya sebagian yang memahami
apa sebenarnya matematika itu. Untuk kebanyakan orang, mengatakan bahwa
matematika adalah kumpulan aturan yang harus dimengerti, perhitungan-perhitungan
aritmetika, persamaan aljabar yang abstrak dan bukti-bukti geometris dan lain
sebagainya. Pandangan ini sangat berbeda dengan pandangan terhadap matematika
yang memberti arti objek-objek matematika seperti data, bentuk perubahan atau pola.
Matematika tanpa disadari sudah sangat melekat dalam masyarakat dan budaya
masyarakat, namum perlu kajian yang mendalam dalam memahami konsep yang
tersedia. Pembangunan rumah dan gedung memerlukan penerapan konsep
matematika yang tepat dan teliti. Salah satunya pengukuran sudut, garis, dan jarak
yang tepat. Pengukuran sudut yang tepat sangat penting bagi keamanan bangunan.
Karena ternyata pengukuran sudut memengaruhi kekokohan struktur bangunan.
Matematika juga dianggap sebagai salah satu pembelajaran yang sukar untuk
dipelajari sehingga dinilai kurang bisa memberikan nuansa yang menarik (tidak
menyenangkan) dan cenderung menakutkan (Dahlan 2019)

C. Kaitan matematika dan budaya


Matematika dan budaya merupakan satu kesatuan yang erat dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya latar belakang budaya yang berbeda
disetiap kehidupan masyarakat dari apa yang dilihat dan dirasakan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan matematika.
Sering sekali beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
Matematika dikatakan sulit karena Konsep-konsep matematika yang diajarkan,
dirasakan jauh dari kehidupan siswa sehari-hari (Ikhwanudin 2018).
Maka perlu adanya pemahaman pada setiap masyarakat bahwa matematika
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah untuk diterima.
D. Etnomatematika
Etnomatematika diciptakan oleh D’Ambrosio (1989) untuk menggambarkan
praktek metematika pada kelompok budaya yang dapat diidentifikasi dan dianggap
sebagai studi tentang ide-ide matematika yang ditemukan disetiap kebudayaan.
Menurut (Yusuf, 2010) Etnomatematika adalah matematika yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan tertentu.
Etnomatematika didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu
kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Di mana
aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang, menentukan
lokasi, bermain, menjelaskan, dan sebagainya (Rakhmawati M, 2016).
Sardjiyo Paulina Pannen mengatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya
merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan
aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki,
diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan dalam penilaian
hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian. 2 Pembelajaran
berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya,
belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Ada empat hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran berbasis budaya, yaitu substansi dan kompetensi
bidang ilmu/bidang studi, kebermaknaan dan proses pembelajaran, penilaian hasil
belajar, serta peran budaya. Pembelajaran berbasis budaya lebih menekankan
tercapainya pemahaman yang terpadu (integrated understanding) dari pada sekedar
pemahaman mendalam (inert understanding).
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah
(bahasa Arab); berasal dari perkataan latin “Colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau dari sudut bahasa
Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta “Budhayah” yakni bentuk jamak
dari budhi yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Kebudayaan menurut Edward B.Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat. 4 Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan
perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta
perkembangan kepandaian manusia. Perubahan itu bisa bersumber dari ketiga hal
berikut:
1. Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan yang baru.
2. Difusi, ialah pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-
elemen budaya yang baru ke dalam budaya yang lama.
3. Reinterpretasi, ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi
elemem-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan
zaman.

Bruner mengemukakan empat jenis pandangan pedagogik, yaitu: pandangan


internalis, pandangan eksternalis, pandangan intersubjektif, dan pandangan objektif.
Pendidikan nasional di dalam era reformasi dewasa ini perlu ditemukan kembali
(reinvention) artinya menempatkan kembali pendidikan nasional di dalam konteks
kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian konsep mengenai manusia
Indonesia seutuhnya merupakan manusia Indonesia yang berpendidikan dan
sekaligus berbudaya.

Dari seluruh pendapat yang ada di atas dapat didefinisikan bahwa


etnomatematika merupakan suatu cara yang digunakan untuk mempelajari
matematika dengan melibatkan suatu kegiatan atau budaya daerah sekitar sehingga
memudahkan seseorang untuk memahaminya.

E. Etnografi
Etnografi merupakan metode penelitian yang berguna untuk menemukan
pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam budaya atau komunitas tertentu
Menurut (Gall dan Joyce, 2021). Penelitian etnografi adalah studi mengenai pola
budaya dan perspektif partisipan dalam latar alamiah Menurut (Mills dan Airasian,
2021).
Etnografi sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu, dengan
mengadakan penelitian lapangan, artinya dalam mendefinisikan kebudayaan seorang
etnografer juga menganalisis Menurut (Rita C).
Menurut pendapat (Spradley, 1999) etnografi adalah kegiatan menguraikan dan
menjelaskan suatu kebudayaan. Menurut pendapat (Spindler, 1999) etnografi adalah
kegiatan antropologi di lapangan. Isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi
mengenai kebudayaan suatu suku bangsa Menurut (Koentjaraningrat, 1985).
Pada umumnya etnografi adalah penelitian untuk memahami cara orang
berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena dalam kehidupan sehari-hari.

F. Jaring Ikan
BAB III
Teknik Eksplorasi Etnomatemtika Alat Pancing Tangkul Ikan Kecamatan
Moro
A. Subjek identitas
Nama: Khairul
Pekerjaan : Nelayan
Usia : 42 Tahun

Hasil wawancara
a. Pertanyaan umum mengenai alat pancing ikan di Kecamatan Moro
1. Ada apa saja jenis alat pancing ikan yang biasa digunakan masyarakat
Moro?
Ada bubu, tangkul, dan jala
2. Kapan digunakan alat pancing ikan setiap jenisnya?
Bubu digunakna saat angin barat
Jala digunakna saat air surut
Tangkul digunakan saat angin barat seperti bubu
3. Perbedaan alat pancing ikan di masyarakat Moro?
Perbedaan terletak pada bentuk alatnya
4. Mengapa masyarakat menangkap ikan menggunakan alat pancing ikan
tangkul?
Sebagai alternatif mencari sumber makanan
5. Dimana alat pancing ikan tangkul di letakkan?
Di dasar laut bagian ujung pelantar dekat dengan tober
6. Bagaimana penghasilan masyarakat saat menggunakan alat pancing ikan
tangkul?
Hasil tidak menentu, dan hasil biasanya digunakan untuk konsumsi sendiri.

b. Cara pembuatan alat pancing ikan tangkul


1. Apa saja alat dan bahan dalam pembuatan alat tangkap ikan tangkul?
Besi 12 (besi beton), tali kama, tali raben, jaring jala.
2. Berapa banyak (bahan) yang digunakan dalam pembuatan alat tangkap ikan
tangkul?
4 alat dan bahan
3. Apa jenis besi yang digunakan dalam alat tangkap ikan tangkul? Mengapa?
Besi beton (besi 12) karena mudah untuk dibentuk
4. Apa jenis jaring yang digunakan dalam alat tangkap ikan tangkul? Mengapa?
Jaring jala, karena biasa digunakan dan mudah untuk menanmpung ikan
5. Apa jenis tali yang digunakan untuk menahan alat tangkap ikan tangkul?
Tali raben, karena tidak mudah putus. Tali kama, karena tidak gampang
putus dan mudah untuk mengikat.
6. Apakah tali yang digunakan untuk mengikat bagian tangkul berbeda dengan
tali yang digunakan untuk menahan alat tangkap ikan tangkul?
Berbeda, nelayan menggunakan tali kama yang lebih tipis dan mudah untuk
mengikat juga kuat.
7. Alat ukur apa yang bapak gunakan dalam pembuatan alat tangkap ikan
tangkul?
Ukuran baku, menggunakan cm.
Ukuran non baku menggunakan ukuran mata jaring.
8. Berapakah ukuran batang besi yang digunakan?
1,2 meter
9. Berapakah ukuran jaring yang digunakan?

10. Berapakah panjang tali yang digunakan untuk menahan alat tangkap ikan
tangkul?

Ukuran tali kama 1,8 meter


11. Apakah alat tangkap ikan tangkul memiliki kriteria ukuran yang berbeda?
12. Bagaimanakah gambaran bentuk alat tangkap ikan tangkul?
13. Mengapa memilih bentuk (…) dalam pembuatan alat tangkap ikan tangkul?
14. Bagaimanakah tahapan pembuatan alat tangkap ikan tangkul?
15. Bagaimanakah teknik mengikat setiap bagian tangkul?
16. Apakah dalam pembuatan alat tangkap ikan tangkul menggunakan teknik
khusus?

c. Mendeskripsikan cara pemakaian alat tangkap ikan tangkul


1. Bagaimanakah pemakaian alat tangkap ikan tangkul?
2. Dimanakah tempat terbaik untuk meletakan alat tangkap ikan tangkul?
3. Sedalam apakah peletakan alat tangkap ikan tangkul?
4. Kapan kah waktu yang tepat untuk memasang alat tangkap ikan tangkul?
5. Berapa lama alat tangkap ikan tangkul diletakkan di dalam laut?
6. Jenis umpan apa yang digunakan dalam alat tangkap ikan tangkul?
7. Bagaimana meletakan umpan di alat tangkap ikan tangkul?
8. Apa keuntungan dari penggunaan alat pancing ikan tangkul dengan alat
pancing ikan yang lainnya?
9. Apa kelemahan dari penggunaan alat pancing ikan tangkul?

DAFTAR PUSTAKA

Arlieza, Ranti. 2019. “AKTIVITAS ETNOMATEMATIKA TERHADAP


KEHIDUPAN MASYARAKAT BUDAYA LAMPUNG DI KECAMATAN
BATU BRAK KABUPATEN LAMPUNG BARAT.” Skripsi (2):1–13.

Akkase Teng, Muhammad bahar. 2017. “Filsafat Kebudayaan Dan Sastra (Dalam
Perspektif Sejarah).” 69 | JURNAL ILMU BUDAYA 5(1).

Darmawan, Kiki Zakiah. 2008. “Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe Dan Metode.”
Mediator: Jurnal Komunikasi 9(1):181–88.

Devianty, Rina. 2017. “Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan.” Jurnal Tarbiyah 24.
Fajriyah, Euis. 2018. “Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika Dalam
Mendukung Literasi.” PRISMA: Prosiding Seminar Nasional Matematika 1:114–
19.

Febrianti, Praptika Dwi. 2019. “Etnografi Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.”

Sarwoedi, Desi Okta Marinka, Peni Febriani, and I. Nyoman Wirne. 2018. “Efektifitas
Etnomatematika Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika
Siswa.” Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia 03(02):171–76.

View, Mountain. 2017. “Introducing Standard Unit of Volume Measurement With


Ethnomathematics For.” 3(2):1928–41.

Wahyudin. 2018. “Etnomatematika Dan Pendidikan Matematika Multikultural.”


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Etnomatnesia 1–19.

Muhaimin, Islam dalam Bingkai Buduaya Lokal; Potret dari Cirebon (Jakarta : Logos,
2001), hal. 153

Software Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia


(Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005), hal. 149.

Terrence,ED.dan Allan, A.K,Corporate cultures: the rites and rituals of corporate life,
(Singapore : Perseus Books. 2000). hal. 4

Cartwright,J. Cultural Transformation: Nine Factors For Continuous Business


Improvement (Singapore : Financial Times/Prentice 2009), hal. 11

Spradley,J.P., 2007, The Ethnographic Interview, terjemahan Indonesia: Metode


Etnografi oleh : Misbah Zulfa Elisabeth, Tiara Wacana, Yogyakarta

Liliweri, A., 2014, Pengantar Studi Kebudayaan, Nusa Media, Bandung

Owens, K., 2012, Policy and Practices: Indigenous Voices in Education, Journal of
Mathematics & Culture, ICEM 4 Focus Issue, pp.51-75.

Hariwijaya, Meningkatkan Kecerdasan Matematika, (Yogyakarta: Tugupubliser, 2009),


hal. 29
Erman Suherman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1992), hal. 120

Dahlan, Akmal Hi. 2019. “Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (Pmri) Untuk Meningkatkan Ketertarikan Belajar Matematika.”
JUPITEK: Jurnal Pendidikan Matematika 1(1):8–14.

Ikhwanudin, Trisno. 2018. “PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS


KEARIFAN LOKAL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA.”
UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika.

Sarwoedi, Marinka, D. O., Febriani, P., & Wirne, I. N.(2018). Efektifitas Etnomatika
dalam Meningkatkan Kemampuan.Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 173.

Gall, Joyce, Mills, Airasian, & C, R. (2021). 7 Teori Etnografi Menurut Para Ahli,
Sering Muncul dalam Pelajaran Sosiologi, Salah Satunya Koentjaraningrat.
Bandung, Jawa Barat : Lilis Indasari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2020, Agustus 28). ETNOMATIKA, p. 14.

Hatta, U. P. (n.d.). Pengertian Etnografi. p. 1.

Anda mungkin juga menyukai