Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENELITIAN KAPITA SELEKTA KEBANTENAN (KSB)

TEMA “LAUT ULAH DI BALA, GUNUNG ULAH DI BEULAH,


BUDAYA ULAH DI ROBAH”

SISTEM PENGETAHUAN DI KP. SENI YUDHA ASRI. KEC


PAMARAYAN. KAB SERANG-BANTEN

Di susun oleh :

SITI UBUDIAH

NIM. 4322318060030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap alhamdulillah dan puji syukur kehadirat allah


SWT yang telah memberikan dan melimpahkan rahmat serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang bertema “
LAUT ULAH DI BALA, GUNUNG ULAH DI BEULAH, BUDAYA
ULAH DI ROBAH”

Adapun maksud dan tujuan penyusunan dan pembuatan proposal


penelitian ini merupakan salah satu program studi S1 sekolah tinggi
keguruan dan ilmu pendidikan ( STKIP ).

Laporan penelitian ini dirasakan kurang dari sempurna mengikat


keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu penulis sangat
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Penulispun berharap laporamn penelitian ini bermanfaat bagi diri


sendiri khususnya dan pihak yang terkait umumnya.

Rangkasbitung, 04 september 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang


diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, logika, atau
kegiatan-kegiatan yang bersifat coba-coba ( trial and error ).

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem


peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak
dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas
batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur
yang digunakan dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem
kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang
sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan
aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat
curah hujan dengan kemarau.
Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai
mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya
karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai
nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus
mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk
menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut
diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan
pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat
apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka
pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu
mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-
tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya contoh
yang berada di kp. Seni yudha Asri terdapat berbagai permasalahan.
Permasalahan tersebut akan di lihat dari berbagai sudut pandang masing-
masing prodi STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. Diantaranya prodi
pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan bahasa Indonesia,
pendidikan bahasa inggris, pendidikan sejarah, pendidikan guru PAUD,
dan Pendidikan guru Sekolah Dasar.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis memfokuskan

penelitian ini pada sistem pengetahuan yang hidup, tumbuh, dan

berkembang dalam masyarkat banten khususnya di Kp. Seni Yudha Asri

Kecamatan Bandung Baboko Kabupaten Serang Provinsi Banten.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan focus penelitian yang peneliti fokuskan diatas, maka

dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan keluarga?

2. Bagaimana seni yang dikembangkan Kp. Seni Yudha Asri Kecamatan

Pamarayan Kabupaten Serang Provinsi Banten.?

3. Darimana sumber penghasilan dari masyarakat di daerah tersebut?


D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengetahuan yang

hidup, tumbuh, dan berkembang dalam masyarkat banten khususnya di

Kp. Seni Yudha Asri Kecamatan Bandung Baboko Kabupaten Serang

Provinsi Banten.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan sekaligus wawasan tentang

bagaimana kekerabatan yang terjalin antar masyarakat di kp. Sindang

agung desa Hariang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi

Banten.

2. Bagi Pembaca

Penelitian ini memberikan wawasan dan pemahaman tentang sistem

kekerabatan yang terjalin antar masyarakat di kp. Sindang agung desa

Hariang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten serta

dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu


buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

“Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia


terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.” (Ki Hajar
Dewantara – tokoh pendiri Taman Siswa)

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.


Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun


dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah


sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai


kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil


karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan relajar.” (Koentjaraningrat – Bapak Antropologi
Indonesia)

Kesimpulannya dalam buku-buku pengantar antropologi selalu disebutkan


hasil temuan Kroeber & Kluckhon yang mengidentifikasi definisi budaya.
Mereka mencatat sekurang-kurangnya terdapat 169 definisi berbeda.
Selepas dari apapun pengertian budaya, yang harus dipahami
1. Sistem dan organisasi masyarakat

Organisasi Sosial, yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir


secara sosial meliputi sistem kekerabatan, sistem komunitas, sistem
pelapisan sosial, sistem politik.

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur


sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari
masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga


yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Dalam kajian
sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari
yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal,
klan, fatri, dan paroh masyarakat.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk


oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup
bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

2. Sistim pengetahuan

Sistem pengetahuan itu mencakup semua pengetahuan yang dimiliki


anggota-anggota suatu masyarakat tentang alam, tumbuh-tumbuhan,
binatang, ruang dan waktu, serta benda-benda yang terdapat di sekeliling
tempat hidup masyarakat, suku bangsa atau bangsa yang bersangkutan.
Sistem pengetahuan itu timbul akibat kebutuhan-kebutuhan praktis dan
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia di dalam
kehidupannya sehari-hari, serta digunakan oleh manusia untuk keperluan-
keperluan praktis pula, seperti untuk bercocok tanam, berburu, berlayar,
bepergian, dan mengobati berbagai penyakit yang diderita manusia.

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui


manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut
logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Levy-Bruhl dan H. Wener dalam karanganya, mereka berpendapat bahwa


bangsa – bangsa primitive (masyarakat yang rendah) tiadak dapat
mempunyai pengetahuan tentang dunia moderen dan alam pikiran mereka
seperti anak – anak, serta alam pikiran penderita penyakit jiwa. Hal ini
memiliki pengaruh sangat besar dalam dunia ilmu pengetahuan pada
waktu sebelum perang dunia kedua.

Namun sekarang para ahli antropologi telah yakin bahwa suatu


masyarakat, betapa kecilpun, tidak mungkin dapat hidup tanpa
pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat – sifat dari peralatan
yang dipakainya.

3. Sistim mata pencaharian hidup

Mata pencaharian adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang atau


segolongan besar anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Mata pencaharian suatu masyarakat belum tentu sama dengan
mata pencaharian masyarakat lainnya. Berbagai sistem tersebut adalah
berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap
ikan, dan bercocok tanam menetap dengan irigasi.
Mata pencarian berburu dan meramu merupakan jenis mata pencarian
yang paling tua. Dalam berburu dan meramu masyarakat selalu
memperatikan beberapa hal seperti sumber –sumber air, hak milik atas alat
– alat berburu, kepemimpinan dan kerja sama dalam berburu, teknik dan
cara berburu, dan pembagian hasil berburu.

Beternak secara tradisional sebagai suatu mata pencarian pokok yang


dikerjakan secara besar – besaran. Sepanjang sejarah suku bangsa
peternakan menunjukan sifat – sifat agresif, mereka biasanya mengembara
sepanjang musim semi dan musim panas di suatu wilayah tertentu.

Bercocok tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah dengan


memotong belukar dan menebang pohon – pohon dan dahan – dahan dan
batangnya yang jatuh dibakar setelah kering, kemudian diolah dengan
penangan minimum dan tanpa irigasi, setelah dua atau tiga kali memetik
hasil tanah yang kehilangan kesuburannya ditinggalkan kemudian mereka
membuka lahan baru dengan cara yang sama dan setalah 10 atau 12 tahun
mereka akan kembali kelahan pertama.

Menangkap ikan merupakan mata pencarian yang sangat tua selain


berburu dan meramu, setelah manusia mengenal sistim bercocok tanam
manusia mulai meninggalkan aktifitas menangkap ikan.

Bercocok tanam menetap dengan irigasi pertama – tama timbul


dibeberapa daerah perairan sungai – sungai besar. Pada bercocok tanam
menetap satu keluarga dapat menggunakan satu bidang tanah yang terbatas
secara tepat, karena kesuburan tanah dapat dijaga dengan Irigasi.

Menurut Koentjaraningrat teknologi merupakan satu dari ketujuh unsure


budaya yang universal yaitu system peralatan hidup. Sistem Peralatan
Hidup dan Teknologi, yaitu alat-alat produksi, senjata, peralatan distribusi
dan transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi, pakaian dan
perlengkapannya, makanan dan minuman, peralatan perlindungan atau
istirahat.
B. PERKEMBANGAN SISTEM PENGETAHUAN DESA BANDUNG
BABOKO

Desa Bandung Baboko terletak di kecamatan pamarayan kabupaten Serang


dan . Hal – hal yang dapat membedakan masyarakat ranca sumur dengan
masyarakat lainnya yakni adat isti adat dan kebudayaan yang dihasilkan
oleh masyarakat itu sendiri. Adat – istiadat dan kebudayaan tersebut
mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman.

1. Sistim Pengetahuan
a. Pada zaman dahulu

Pada zaman dahulu masyarakat desa bandung baboko belum mengenal


adanya tahun, bulan, minggu hari dan jam. Walaupun demikiam mereka
telah berkebun dan menangkap ikan dengan perhitungan musim
berdasarkan gejala – gejala alam yang sedikit banyak berulang secara
teratur selama setahun yakni hujan , panas, angin, dan air pasang semua ini
mempengaruhi perladangan dan penangkapan ikan. Mereka membagi
musim ini menjadi :

· Barat luryain : Permulaan dari musim kemarau dengan hujan dan angin
sedikit.

· Kulur anak ni aria dan sul kanak : musim hujan mengganas dengan
dengan lebatnya dan Angin teduh dengan dampak hujan, dan terdampar
sekor cacing kecil.

· Kulur silai ni aria : Angin kencang dari sebelah barat, dan sukun menjadi
matang

· Mnaur barat ma timur raendat sir : angin bertiup kadang dari sebelah timur
dan kadang dari sebelah barat.

· Sul tetetak : Pemisahan antara musim barat dan musim kemarau


· Timur lurlain dan timur tenan : awal musim kemarau dan pohon Torim
berbuah.

· Ler lurlyain dan ler metyefu : permulaam musim panas dan angin
timur masih kencang dan badan musim panas merupakan massa yang
cerah dan teduh dan biasa dibuka suatu ladang baru.

Beradsarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat


Lorulun telah memiliki pengetahuan mengenai Musim dan waktu – waktu
berladang dan menangkap ikan dengan tepat agar dapat memiliki hasil
yang baik, selain pengetahuan tentang musim masyarakat primitife juga
memiliki pengetahuan tentang cara penyembuhan penyakit dengan cara
yang alamia dan jenis obatnya dapat berupa daun yang hanya direbus
untuk dimandi atau diminum, dari akar pohon yang dimamah dan
kemudian disembur kedaerah yang sakit. Salah satu contoh adalah
penyembuhan sakit perut ; orang sakit diberikan rebusan dari sehelai daun
atau memamah sebua akar, selain pengetahuan tentang musim dan
pengobatan penyakit masyarakatpun telah memiliki pengetahuan untuk
membuat benda – benda untuk menunjang aktifitas perladangan, berburuh
dan menangkap ikan. Pada zaman itu masyarakat belum mengenal suatu
sistim pendidikan yang formal.
a. Pada zaman sekarang

Berkembang sampai saat ini di desah bandung baboko sendiri


Memiliki empat(4)sekolah yaitu satu TK, dua SD, satu SMP dan satu
SMA hal ini dapat membuktikan bahwa sistim pengetahuan di desa
bandung baboko selalu mengalami perkembangan. Jenjang pendidikan
masyarakat Lorulun tidak hanya terbatas pada SMA, banyak diantara
masyarakat Lorulun yang perpendidikan srata satu(S1) dan srata dua(S2).

Meskipun telah dikenal sistim bulan dan tahun serta adanya PUSKESMAS
dan obat – obatan, masyarakat tetap mempergunakan sistim perhitungan
musim sebagai perhitungan dalam berkebun dan menangkap ikan serta
masyarakatpun selalu menggunakan ramuan – raumuan tradisional untuk
menyembukan penyakit yang diderita seseorang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Kp. Sindang Agung desa Hariang Kecamatan Sobang

Waktu : Tanggal 11-14 Juli 2019

B. Latar Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan berlokasi di Kp. Seni Yudha Asri

Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang Provinsi Banten pada bawal

bulan september s/d 03 september 2020, merupakan salah satu kampung

yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan mutu sistem

pengetahuan di desa tersebut.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian ini digunakan dalam pendekatan penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah (Moleong, 2007:6). Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah

deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini


dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Sistem Pengetahuan

di kp. Seni yudha asri secara mendalam dan komprehensif. Selain itu,

dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan

permasalahan yang dihadapi.

D. Data dan Sumber Data

Data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah tuturan dari masyarakat

kampung seni yudha asri yang di rekam dari hasil observasi, selain data

tuturan ada juga data tertulis.

Data yang diperlukan bersumber dari masyarakat yang berada di

lingkungan kp. Seni yudha asri . alasan melakukan penelitian disana

adalah masyarakat di sana merupakan masyarakat yang melestraikan

keseniannya secara turun temurun.

E. Subjek Penelitian

Penelitian ini bersubjek pada sistem pengetahuan yang ada di kampung

seni yudha asri.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendukung keperluan penganalisisan data penelitian ini, peneliti

memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari masyarakata

kp.seni yudha asri. Teknik pengumpulan data yang di lakukan disesuaikan

dengan jenis data yang di ambil sebagai berikut:

1. Studi dokumentasi

Studi dokumen adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, traskip,buku kabar,majalah,prasasti, notulen


rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data-data yang berkaitan dengan masyarakat setempat

yang akan diteliti mulai dari sejarah dan kesenian yang berada di

daerah tersebut.

2. Metode wawancara

Metode pada wawancara sebagai metode atau teknik mengumpulan

data penelitian adalah proses untuk mendapatkan informasi yang di

gunakan untuk tujuan penelitian dan dilakukan dengan cara bertanya

jawab kepada masyarakat setempat untuk mengetahui sistem

pengetahuan di kp. Seni yudha asri.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pengetahuan tentang kp. Seni yudha asri melalui sistem pengetahuan

Kampung seni yudha asri, itulah sebutan yang lebih populer saat ini. Di
tempat ini kita bisa menjumpai berbagai macam seni dan budaya, adat istiadat,
Kerajinan tangan, Makanan Khas, Taman, Rumah Tradisional, Saung/Vila,
Gedung Kesenian/Gedung Serba Guna, dan tentunya kesenian tradisional.
Pengunjung pada umumnya sengaja datang ke Kampung Seni Yudha Asri ini
untuk berbagai tujuan, ada yang sengaja bermain/rekreasi, Belajar Seni
Tradisional, Penelitian, Study Tour, Kumpul Bareng atau ada yang bersifat
Kedinasan, misalnya Rapat Dinas, Peresmian, Pengkukuhan, Peliputan dan lain-
lain. Kampung Seni Yudha Asri sejak di resmikan keberadaanya beberapa waktu
lalu, telah banyak hal positif yang telah dilakukan, khususnya menanamkan
kecintaan masyarakat akan Seni Tradisi. Dan sampai saat ini sudah hampir 350
orang belajar seni tradisi, ada yang belajar Rampak Bedug, Bedug Kerok, Kohkol,
Bendrong dan beluk, sesuai dengan kesenangan masing-masing. Hampir dari
kesemuanya terdiri dari Pelajar, ada pelajar SD, SMP, SMA bahkan Perguruan
Tinggi, Organisasi/Sanggar, serta masyarakat umum. Ini merupakan suatu
kebanggaan bagi kita semua, Seni Tradisi dan Budaya Indonesia harus tetap hidup
seiring dengan berkembangnya jaman, dari generasi ke generasi. Jika suatu
bangsa tidak mengenal budaya bangsanya, maka bangsa itu tidak akan pernah ada
sampai kapanpun, karena kebudayaan merupakan identitas, jati diri.
Jupri Noor atau M. Jufri Nur lahir 11 September 1947 di sebuah desa kecil
yang bernama Desa Jambu di Kecamatan Pamarayan, Kab. Serang. Sejak kecil
beliau sangat suka sekali dengan seni tradisional khusunya Seni Beluk, Terbang
Gede, Dzikir Saman dan Rampak Bedug. Bukan hanya beliau, bapak serta
kakeknya pun suka dengan seni tradisional ini.  Pelestarian budaya bak sebuah
tahta yang turun-temurun, dari Buyut(abad 17), kakek(abad 18), ayah(abad 19)
dan anak(sekarang), empat generasi telah terlewati sampai dengan saat ini M.
Hafid Nur(Ketua Kampung Seni Yudha Asri). Berkat keseriusan dan kesabaran
mereka dalam menggali dan melestarikan seni, sampai detik ini kita masih bisa
menikmatinya.
Perjalanan dimulai dari tahun 1970-an ketika Jupri Noor hijrah ke Kampung
Yudha (Kampung Seni Yudha Asri), Desa Mander, Kecamatan
Pamarayan(sekarang Kecamatan Bandung). Pada saat itu beliau mulai
mengajarkan agama Islam, Membaca Alquran, Sholat, Puasa dan perintah-
perintah Allah lainya. Kampung Yudha, Desa Mander pada masa lalu masih
terbentang hutan belantara, warganya masih dalam hitungan jari dan dalam
mengamalkan agama Islam masih tergolong rendah. Setelah beliau(Jupri Noor)
datang, semuanya berubah total, semua diajarkan bagaimana memahami agama
Islam dengan baik dan benar. Sambil belajar agama, beliau memperkenalkan seni
dan budaya yang merupakan peninggalan kakek dan ayahnya.
Tidak lama berselang, Jupri Noor menikah dengan salah satu warga Kampung
Yudha, kemudian beliau mulai membangun Kampung Yudha secara bertahap.
Diawali dengan pembangunan Jalan AMD - Koramil, Jalan Mander - ki dalang,
kemudian untuk memperindah kampung, dibangunlah Taman Yudha serta saung-
saung didalamnya. Selama proses pembangunan Kampung, Seni Beluk, Dzikir
Saman, Terbang Gede dan Rampak Bedug tidak ketinggalan, beliau dengan gigih
mengajarkan masyarakatnya untuk memahami dan menjiwai seni ini. Setelah
dinilai berhsail dalam menggarap seni, barulah mulai diperkenalkan kepada
masyarakat umum misalnya dalam acara pernikahan, khitanan serta mengikuti
ajang perlombaan tingkat kabupaten maupun provinsi. Terakhir seni yang
diciptakan oleh beliau adalah Bedug Kerok.
Setelah beliau wafat, tahta seni dilanjutkan kepada anaknya saat ini M. Hafid Nur.
Pada masa kepemimpinan beliau, perkembangan seni begitu pesat. Semua
dihidupkan kembali, dari mulai Tradisi, Budaya dan Seni Tradisional digarap
dengan baik. Dan puncaknya ketika Kampung Yudha diresmikan menjadi
Kampung Seni Yudha Asri pada bulan Januari 2010. Sampai saat ini hampir
setiap hari, kegiatan seni berjalan, dari mulai pembinaan anak-anak sekolah SD,
SMP dan SMA, Pembinaan Sanggar serta Masyarakat umum, Lomba Seni
Tradisioal tingkat Kabupaten dan Provinsi bahkan Nasional, Pembukaan suatu
acara, Pelepasan Siswa, Peliputan Media, Adat Pernikahan dan lain sebagainya.
 

 
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai