Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBERAGAMAN BUDAYA ISLAM DI BORNEO

Dosen Pengampu : Faisal Abdullah, M. Si.

Disusun Oleh:

ARIF JULIANTO (23.011.2007)


ISMAIL FERDIANSAH (23.011.2006)

JURUSAN SYARI’AH
PRODI HUKUM KELUARGA (AHWAL AS-AYAKHSHIYA)
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)
SYARIF ABDURRAHMAN
PONTIANAK
2024
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas selesainya tugas
makalah ini yang berjudul “KEBERAGAMAN KEBUDAYAAN BORNEO” Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan sebagai Mahasiswa program mata kuliah
ISLAM & DAN BUDAYA BORNEO Diharapkan dengan makalah ini,kita dapat mengerti serta
dapat memahami hal-hal tentang Keberagaman kebudayaan terkhususnya di Borneo atau juga
bisa disebut dengan Kalimantan, terkhususnya di Kalimantan Barat.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Faisal Abdullah, M. Si. dalam
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi Indonesia yang memiliki keberagaman budaya
dan turut serta dalam menambahkan kekayaan Indonesia. Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa
kebudayaan Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus dipelihara, di bina, dan
dikembangkan guna memperkuatkan penghayatan dan pengalaman.
Kalimantan Barat yang berada di pulau Kalimantan dengan ibu kota provinsi kota Pontianak.
Daerah Kalimantan Barat dijuluki sebagai daerah “Seribu sungai” julukan ini selaras dengan
kondisi geografis yang mempunyai banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat atau sering
dilayari.
Kalimantan Barat berbatasan dengan darat dengan negara Sarawak Malaysia. Walaupun
sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat
mempunyai puluhan pulau-pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar di selat
karimata dan laut natuna yang berbatasan dengan wilayah provinsi kepulauan Riau. Oleh karena itu
pelestarian kebudayaan di Kalimantan Barat perlu dilakukan agar tidak hilang oleh kemajuan
zaman.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan
2. Apa saja keragaman Budaya dan agama yang terdapat di Kalimantan Barat
3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah

1. Untuk lebih mengetahui lagi apa yang dimaksud dari sebuah kebudayaan
2. Untuk mengetahui Apa saja Keragaman Kebudayaan yang terdapat di daerah Kalimantan
Barat Tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Kebudayaan

Kebudayaan merupakan salah satu buah pikiran baik berupa benda ataupun suatu tindakan
yang senantiasa perlu dilestarikan guna menjaga sejarah yang telah ada. Menurut Widjaja dalam
Ranjabar (2006:56) pelestarian sebagai kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, terarah
dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap
dan abadi, bersifat dinamis, luwes dan selektif. menurut Koentjaraningrat (1985 : 180)
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Namun secara harfiah
kata kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta buddhayah adalah bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal. Menurut Koentjaraningrat (1994, p, 9). Mempertegas pendapatnya,
Koentjaraningrat (1990, p. 181) mengemukakan kata budaya sebagai perkembangan dari
majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari
kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa itu.

Adapun pengertian kebudayaan secara terminologi adalah Cultuur (Bahasa Belanda) Culture
(Bahasa Inggris), Colere (Bahasa Latin), yang berarti mengelolah, mengerjakan, ,menyuburkan
dan mengembangkan. Dari segi artikulasi, culture berkembang sebagai daya dan aktivitas
manusia untuk mengelola dan mengubah, dalam artian memanfaatkan potensi alam. Di sisi lain,
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakan nya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
Definisi tersebut menegaskan bahwa dalam kebudayaan mensyaratkan terjadinya proses belajar
untuk mampu memunculkan ide atau gagasan karya yang selanjutnya menjadi kebiasaan.
Pembiasaan yang dilakukan melalui proses belajar itu berlangsung secara terus menerus dari
satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan Koentjaraningrat mengemukakan
pendapatnya bahwa terdapat beberapa unsur unsur kebudayaan. Kluckhohn dalam bukunya yang
berjudul Universal Categories Of Culture menurut Koentjaraningrat istilah Universal
menunjukan bahwa unsur unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut adalah :

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan Sarana Bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.

3. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur
oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan
di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.

6. Sistem Religi
Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan
mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang
dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara
untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.

7. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas seni suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. penulis etnografi awal tentang unsur seni pada manusia lebih mengarah
pada Teknik-teknik dan proses pembuatan seni tersebut.

Adapun menurut Soemardjan dan Soemardi mereka mengusulkan definisi kebudayaan


sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut kedua
tokoh ini menjelaskan bahwa karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam
disekitarnya, agar kekuatan serta keabadian pada keperluan masyarakat.

Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti
luas. Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang
merupakan ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya
cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup
bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu pengetahuan baik
yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Semua karya rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang
menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh
masyarakat.
Berkaitan dengan esensi budaya, Menurut Toto Tasmara (2002, p. 161) mengemukakan
bahwa kandungan utama yang menjadi esensi budaya adalah sebagai berikut :

1. Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai dan lingkungannya, yang melahirkan
makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku.
2. Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku (termasuk bahasa), hasil karsa dan karya, termasuk
segala instrumennya, sistem kerja, dan teknologi (away thinking, feeling and believing)
3. Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi,
(menerima atau menolak) norma-norma yang ada dalam cara dirinya berinteraksi sosial atau
menempatkan dirinya di tengah-tengah lingkungan tertentu.
4. Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan saling ketergantungan
(interdependensi) baik sosial maupun lingkungan non sosial.

Berdasarkan pendapatan diatas dapat dikemukakan bahwa budaya merupakan hasil


pengalaman hidup yang berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai dan lingkungannya
yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah
laku.

Adapun pendapat Menurut Harsojo (1988, p. 93) dimana Harsojo sampai pada
kesimpulan bahwa kebudayaan meliputi seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang
teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.dan berdasarkan definisi itu, menurut Harsojo (1988, p. 94) ia
mengemukakan pokokpokok kebudayaan sebagai berikut :

1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beranekaragam


2. Kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial dengan pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen biologis, psikologis, dan sosiologis dari
eksistensi,manusia.
4. Kebudayaan itu berstruktur
5. Kebudayaan itu terbagi dalam beberapa aspek
6. Kebudayaan itu dinamis dan
7. Nilai dalam kebudayaan itu relatife
2. Teori Agama

Selain itu Indonesia juga mengakui keberagaman agama, masing-masing adalah agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu. Keenam agama ini sering disebut agama
resmi., karena perhatian besar negara terhadap agama agama tersebut. Walaupun demikian
sebenarnya terdapat agama-agama kepercayaan lain yang dianut oleh masyarakat bangsa
Indonesia, terutama oleh kelompok-kelompok minoritas masyarakat lokal atau masyarakat adat
tertentu. Salah satu faktor utama konflik keagamaan adalah adanya paradigma keberagaman
masyarakat yang masih eksklusif. Pemahaman keberagaman ini membentuk pribadi yang
antipati terhadap pemeluk agama lainnya pribadi yang tertutup dan menutup ruang dialog
dengan pemeluk agama lainnya. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya sajalah
yang paling benar sedangkan agama dan aliran keagamaan lainnya adalah salah dan bahkan
dianggap sesat. Menurut Clifford Geertz, agama merupakan unsur perekat menimbulkan
keharmonisan sekaligus unsur pembelah yang dapat menimbulkan disintegrasi. Dalam
pandangan fungsional, agama adalah sesuatu yang mempersatukan inspirasi paling luhur,
memberikan pedoman moral, serta memberikan ketenangan individu dan kedamaian bagi
masyarakat. Namun pada saat yang sama, kadang kadang agama dijadikan sebagai kedok untuk
mencapai ambisi yang diinginkan. Akibatnya masyarakat mempunyai pemikiran sempit, dan
mudah terbakar dengan segala macam isu-isu yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Kondisi demikian harus segera diatasi secepatnya.

Kebudayaan mempengaruhi segenap kehidupan sosial sehingga sering dipandang sebagai


semua cara hidup atau way of the life yang harus dipelajari dan diharapkan dan yang sama-sama
harus ditaati oleh para anggota masyarakat tertentu atau para anggota dari suatu kelompok
tertentu.menurut Taneko (1984, p.61) melalui budaya, setiap kelompok budaya menghasilkan
jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup. Budaya memudahkan
kehidupan dengan memberikan solusi-solusi yang telah disiapkan untuk memecahkan masalah-
masalah dengan menetapkan pola-pola hubungan, dan cara-cara memelihara kohesi dan
konsensus kelompok. Sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial,
kebudayaan digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi.
Dengan demikian pada hakikatnya kebudayaan adalah suatu mekanisme adaptif terhadap
lingkungan.
3. Keberagaman Kebudayaan di Kalimantan Barat

Negara Indonesia sangat kaya dengan berbagai macam suku dan kebudayaan, khususnya
provinsi Kalimantan Barat. Kalimantan Barat mempunyai banyak keragaman budaya seperti
kesenian, kebudayaan dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa keragaman Kebudayaan yang
berasal dari Kalimantan Barat.

1. Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di
Kalimantan Barat. Sedangkan untuk Bahasa penghubungnya memakai bahasa Melayu
Pontianak, Melayu Sambas dan juga bahasa Senganan, sesuai dengan wilayah
penyebarannya dan Kalimantan Barat dalam bentuk bahasa daerah antara lain adalah Bahasa
Dayak, Ot Danum, Kayan, dan lain-lain.

2. Agama

Mayoritas masyarakat Kalimantan barat menganut agama islam, wilayah wilayah


mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku
Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya,
Kapuas Hulu dan kota Pontianak. Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas
penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di kabupaten Bengkayang,
Landak, Sanggau, Sintang, dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan
menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat
etnis Tionghoa seperti kota Singkawang dan Pontianak juga penganut Buddha dalam jumlah
yang cukup besar.

3. Rumah Adat

Salah satu kebudayaan Kalimantan Barat yang akan langsung terlihat ketika berkunjung
ke wilayah ini adalah rumah adatnya .Kalimantan Barat Mempunyai Rumah adat yang
bernama rumah Betang.dimana bentuk dari rumah adat Kalimantan Barat ini disebut dengan
istana Kesultanan Pontianak. Bentuk dan ukurannya besar rumah betang ini berbeda-beda.
Terdapat rumah betang yang panjangnya bisa mencapai 150 meter dan lebar hingga 30
meter. Pada umumnya rumah betang di bangun dalam bentuk panggung, yang memiliki
ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan betang ini, bertujuan
untuk menghindari serangan binatang buas, dan sebagai tindakan antisipasi ketika terjadi
banjir akibat meluapnya sungai. Material utama rumah adat Kalimantan barat adalah kayu.
Rumah adat ini didiami satu keluarga inti dan beberapa keluarga lainnya .selain sebagai
tempat tinggal beberapa keluarga, rumah Panjang juga digunakan untuk kegiatan
bermasyarakat. Termasuk sebagai tempat pertemuan-pertemuan masyarakat, upacara adat
dan ritual-ritual adat suku dayak.

4. Pakaian Adat

Selain dari tempat tinggalnya kita juga dapat melihat kebudayaan Kalimantan Barat dari
Pakaian yang dikenakan oleh masyarakatnya.meskipun untuk saat ini pakaian adat sudah
tidak banyak digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan hanya dipergunakan dalam acara -
acara tertentu saja. Pakaian adat Kalimantan barat untuk laki-laki disebut King Baba. Dalam
bahasa Dayak, King berarti laki-laki pakaian ini terbuat bahan kulit kayu tanaman ampura
atau kayu kaboa yang diproses sampai menjadi lunak seperti kain. .sebagai pelengkap
hiasan, biasanya laki-laki suku Dayak di Kalimantan Barat juga menyelipkan sehelai bulu
burung enggang. burung khas Borneo yang kini mulai langka. Dan untuk pakaian adat
perempuan adalah King Bibinge namun dengan perlengkapan antara lain penutup dada,
stagen, kain bawahan, serta berbagai pernak-pernik lain seperti kalung, manik-manik, dan
hiasan bulu burung enggang di kepalanya.beberapa perhiasan lain yang dikenakan
diantaranya jarat tangan (gelang tangan) adalah gelang yang dibuat dari pintalan akar
tanaman tenggang untuk dikenakan di tangan sebagai penolak bala .kalung dari bahan-bahan
seperti akar kayu atau kulit (tulang) hewan sebagai penangkal gangguan dari roh-roh halus,
terutama sering digunakan pada bayi.

5. Tari Tradisional

Kalimantan Barat mempunyai beberapa tari Tradisional diantaranya Tari Monong, tari
Kinyah Uut Danum dan Tari Pingan. Tari Monong adalah tari penyembuhan dan memiliki
fungsi sebagai penolak atau penyembuh serta penangkal penyakit agar dapat sembuh
kembali. Penari ini seperti dukun dan jampi-jampinya Tarian ini hadir ketika penari sedang
dalam keadaan tidak sadar. Sedangkan tari Kinyah Uut Danum merupakan tarian perang
yang menunjukan kelincahan dan juga kewaspadaan dalam menghadapi musuh dan Tari
Pingan merupakan tarian tunggal pada masyarakat Dayak Mualang kabupaten Sekadau di
masa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas
rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan.sebagai wujud kesenian daerah, tari
menjadi sebuah pertunjukan apik yang juga sarat akan makna. Dan layaknya daerah lain,
Kalimantan Barat juga memiliki tarian lebih dari satu yang masing-masing memiliki makna
dan tujuan tersendiri.seperti beberapa contoh tarian yang sudah disebutkan diatas.

6. Alat Musik Tradisional

Bukan hanya dalam bentuk tarian, namun kesenian suatu daerah dapat ditampilkan dalam
bentuk lagu daerah. Untuk Kalimantan Barat sendiri memiliki Cik-cik Periuk sebagai lagu
daerahnya. Kalimantan Barat mempunyai banyak alat musik khas daerah tersebut. Beberapa
diantaranya seperti Sapek-sapek,gong-gong, dan Kolantung. Sapek-sapek adalah alat musik
petik tradisional dari Kapuas hulu dari masyarakat Dayak Kayaan Mendalam. Gong-gong
dan kolintang adalah alat musik pukul yang terbuat dari kuningan. Gong-gong dan kolintang
merupakan alat musik yang multifungsi. Bias sebagai mas kawin,sebagai dudukan symbol
semangat dalam pernikahan, ataupun sebagai bahan pembayaran hukum adat.

7. Kerajinan Tangan

Masyarakat Kalimantan Barat sangat ahli dalam membuat kerajinan yang khas dari
daerahnya. Bahkan beberapa masyarakat di Kalimantan bermata pencaharian sebagai
pembuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang biasa di buat oleh warga yaitu tikar lampit
yang terbuat dari rotan. Dan juga kerajinan tangan berupa anyaman yang terbuat dari bambu
yang menghasilkan tas ataupun keranjang.

8. Senjata Tradisional

Pada zaman dahulu kala, pertempuran dan peperangan menjadi sebuah hal yang hampir
dijumpai setiap harinya oleh sebab itu tak heran jika masyarakat memiliki ilmu bela diri
yang hebat serta senjata untuk pembekalan perang. Kebudayan Kalimantan Barat ini salah
satu nya dalam bentuk senjata tradisional. Senjata tradisional yang berasal dari Kalimantan
barat dinamakan Mandau. Mandau adalah sejenis parang yang dihiasi rambut manusia
sebagai lambing keberanian pemiliknya dan perisainya dan yang mempunyai keunikan yang
terdapat di ukiran dan kekhasannya. Hulunya atau gagangnya terbuat dari tanduk rusa yang
diukir warna merah dan hitam, sedangkan besi untuk pedangnya dibuat dari besi yang
ditambang sendiri. Besi yang ditambang ada dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal
keras dan juga tetapi mudah patah. Dan jua Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan
tidak juga berkarat. selain itu masyarakat Kalimantan Barat juga sering menggunakan
perisai, sumpitan dan tombak sebagai senjata tradisional mereka.

9. Tradisi Tradisional

Tradisi Tradisional Kalimantan Barat adalah Robo-robo. Tari robo-robo ini diadakan
pada rabu terakhir bulan safar atau Hijriah sebagai simbol keberkahan. Menurut cerita tarian
ini adalah peringatan atau napak tilas kedatangan pangeran Mas Surya Negara. Pangeran
Mas Surya Negara berasal dari Kerajaan Matan atau Martapura ke kerajaan Mempawah
Pontianak. Tarian Robo-robo juga digunakan untuk mengenang hari wafatnya Opu Daeng
Manambon.

10. Suku

Menyuke, Kayung, Sebaruk, Seberuang, Sekadau, Sum, Sungkung, Suruk, Taba, Taman
dan Telaga. Yang menjadi penyebab mengapa Indonesia memiliki beragam kebudayaan,
termasuk kebudayaan Kalimantan Barat adalah banyaknya suku bangsa yang menetap di
wilayah Indonesia. Di wilayah Kalimantan Barat sendiri beberapa suku yang masih menetap
antara lain adalah suku Dayak (Ngaju, Apo Kayan, Murut, Kalimantan, Ot Danum, dan lain-
lain) bahkan suku Dayak pun membentuk suatu marga yang memiliki identitas khas. Jadi
kesimpulanya adat istiadat daerah etnis Kalimantan Barat memiliki nila- nilai kearifan lokal
seperti nilai kebersamaan,nilai ketaatan,dan peninggalan sejarah (rumah adat) dari
Kalimantan Barat mengandung nilai-nilai kearifan lokal yaitu sebagai pusat seni budaya dan
inspirasi yang membentuk yang membentuk kepribadian yang khas sekaligus mewujudkan
nilai tinggi bagi kebudayaan Kalimantan Barat.
4. Solusi Dalam Mempertahankan Hubungan Etnisitas dan Hubungan

Agama di Indonesia. Menurut Suprayitno (2019, p.234) Indonesia adalah negara yang didirikan
berdasarkan keanekaragaman . berbagai karakteristik budaya,etnis, agama, dan ras Bersama
berperan sebagai pilar bangsa ini. Kunci negara adalah ditentukan oleh keterpaduan unsur-unsur
di antara pilar. Sedangkan antar etnis hubungan antar suku tidak selalu berjalan dengan baik.
Etnisitas adalah sekelompok orang yang berbagi sejarah,leluhur,asal-usul,dan bahasa yang
tercermin dalam simbol-simbol yang berbeda seperti agama, pakaian dan tradisi.

Etnisitas adalah isu yang terus menerus dinegasikan dan dinegosiasikan oleh askripsi eksternal,
dan pengidentifikasian diri secara internal dalam setiap kelompok masyarakat. Perbedaan
mengenai konsep etnisitas, tampak dari konstruksi epistemologi pokok Fredrik Barth, dalam
mendefinisikan dan merelatifkan konsep mengenai masyarakat,yang di yakini sebagai sebuah
fenomena alamiah dari kebudayaan manusia ( Haba, 2010).

Jadi salah satu faktor penting untuk mengakomodasikan perbedaan perbedaan etnis adalah
Keberadaan ruang publik dimana perbedaan perbedaan antar etnis mendapatkan pengikisan
dalam proses pembauran. Dalam satu ruang publik tertentu, berbagai etnis belajar berkomunikasi
dengan cara tertentu agar lebih dapat diterima. Pada sisi lain setiap etnis pun mesti belajar untuk
menerima perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh kelompok lain.

Selanjutnya adalah konflik agama dimana kondisi demikian harus segera diatasi secepatnya.
Konflik agama pada awalnya hanya suatu masalah kecil. Namun, karena tidak ada penanganan
yang serius, akhirnya tumbuh menjadi permasalahan yang sangat besar. Banyak pengalaman dan
peristiwa yang dapat dijadikan hikmah. Oleh karena itu, usaha mengembangkan toleransi antar
umat beragama dan membiarkan orang lain melakukan kegiatan keagamaan merupakan suatu
keharusan yang perlu dilakukan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ribuan pulau yang terbentang dari sabang sampai Merauke. Dengan ragam
bahasa,kesenian,adat istiadat, pengetahuan, sistem religi, kemasyarakatan dan unsur-unsur
kedaerahan lainnya membuat masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang
beraneka ragam. Keanekaragam budaya Indonesia berpotensi kekuatan yang ditandai dengan
keunikan dan kekhasan dari budaya lokal itu sendiri. Namun dibalik keberagaman tersebut
pasti ada kelemahannya seperti dalam perbedaan budaya dimana terjadinya kekurangan
pahaman dan komunikasi antar budaya yang terbatas akan menjadi pemicu konflik dengan
latar belakang keragaman etnis,agama,maupun ras. Sehingga diperlukan komunikasi dan
interaksi yang dapat membuat suku-suku bangsa Indonesia saling bekerjasama dan memiliki
pengertian yang benar terhadap unsur-unsur budaya yang berbeda.

B. Saran

Dibutuhkan toleransi dalam berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda budaya,


mengenal dan mempelajari budaya lokal suku bangsa lain di Indonesia disamping budaya
lokal sendiri agar terhindar dari sikap yang dapat menimbulkan konflik akibat adanya
perbedaan. Memajukan budaya dan memperkenalkan kepada dunia tentang budaya yang
beragam sebagai peluang memunculkan solidaritas persatuan dan kesatuan diantara suku-
suku bangsa Indonesia, dan sebagai potensi kekuatan dalam membangun kemandirian
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Suprayitno, S., Putri, F.P.P., Triyani, T. (2019). Strategy on the National Unity and Polititcs Agency
(KESBANGPOL) in Maintaining Ethnicity and Religious Relations Based on Huma Betang Philosophy in
Central Kalimantan. Budapest Internasional Research And Critics Institute-Journal (Birci-Journal). 2.29-
238. DOI: https://doi.org/10.33258/birci.v2i4.629

Mayda, Santy (2014) Kearifan Lokal dalam Budaya Daerah Kalimantan Barat (ETNIS MELAYU DAN
DAYAK) DOI: http://dx.doi.org/10.32528/ipteks.v2i1.564

Jurnal Madaniyah, Ridwan Volume 2 Edisi IX Agustus (2015) Probleman Keragaman Kebudayaan dan
Alternatif Pemecahan

Hildigardis M.I Nahak (2019) Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jsn DOI://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76

Koentjaraningrat (1987) Sejarah Teori Antropologi I Jakarta : UI press 48.

Www.kalbarprov.go id

https://perpustakaan.id

https://www.amazingborneo.id

Anda mungkin juga menyukai