Anda di halaman 1dari 32

Eksplorasi Etnomatematika Pada Pembuatan Anyaman Tikar Pandan Di Kundur

Kecamatan Tanjung Batu

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etnomatematika Maritim dan PMRI

Dosen pengampu:

Febrian, S.Pd.,M.Sc.

Disusun oleh :

Siti Nursiah(180384202062)

Siti Mursalina (180384202002)

Nurmanisah(180384202035)

Nur Faujah(180384202011)

Wanda Ayu Anggasari(180384202005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
KOTA TANJUNGPINANG
2021

i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Esensi Budaya Serta Kebudayaan................................................................................1
B. Esensi Melakukan Eksplorasi Budaya dan Kebudayaan..............................................2
C. Etnomatematika sebagai sebuah konsep matematika dalam pratek kehidupan..........3
D. Kaitan Etnomatematika dengan Budaya dan Kebudayaan...........................................3
E. Etnomatematika sebagai kajian etnografi ....................................................................4
F. Tujuan memahami etnomatematika masyarakat maritim berbudaya melayu kepulauan
riau................................................................................................................................4
G. Tujuan Memahami Etnomatematika............................................................................4
H. Manfaat Memahami Etnomatematika Masyarakat Maritim Berbudaya Melayu
Kepulauan Riau............................................................................................................5
I. Rumusan Masalah .......................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................6
A. Budaya dan Kebudayaan..............................................................................................6
B. Kaitan Matematika dan Budaya...................................................................................6
C. Etnomatematika............................................................................................................7
BAB III TEKNIK EKSPLORASI .......................................................................................8
A. Subjek Penelitian..........................................................................................................8
B. Periode Amatan............................................................................................................8
C. Teknik...........................................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................10
A. Hasil Eksploasi...........................................................................................................11
BAB V KESIMPILAN.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Esensi Budaya Serta Kebudayaan
Kita mengenal adanya “budaya”dalam kehidupan sehari-hari. Istilah
tersebut sendiri berasal dari kata sansekerta “buddhatah” sebagai bentuk jamak dari
budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka, kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
bersngkutan dengan budi dan akal. Sedangkan dalam bahasa Inggrisnya
adalah culture yang berasal dari kata latin colore artinya “mengolah, mengerjakan” atau
“sebagai segala daya dan usaha manusia mengubah alam.” Berdasarkan  pengertian ini
dapat ditarik suatu definisi  umum yang luas bahwa kebudayan adalah seluruh cara
hidup suatu masyarakat, tidak hanya mengenai cara hidup yang dianggap lebih tinggi
atau diinginkan. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.Komunikasi antar
budaya adalah komunikasi antar orang-orang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik,
atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi) (Deddy Mulyana,.Human Communication
Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)

Menurut Dedy Mulyana dengan mengutip pendapat Koentjaraningrat


menunjukkan ada tiga wujud kebudayaan. Pertama, Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan
dan sebagainya. Fungsi kebudayaan ideal ini adalah sebagai tata kelakuan yang
mengatur, mengendalikan, dan memberikan arah kepada kelakuan dan perbuatan
manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan yang pertama ini berada didalam
kepala-kepala atau alam pikiran dari masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan
ini hidup. Sifatnya abstrak, tak dapat dilihat, diraba atau difoto.

Kedua, Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola


dari manusia dalam masyarakatnya. Sering disebut pula sistem sosial. Dalam sistem
sosial tersebut terdapat aktivitas-akjtivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan,
serta bergaul satu dengan yang lain, yang dari waktu ke waktu selalu mengikuti pola-
pola tertentu yang berdasarkan pada adat istiadat yang berlaku. Misalnya tingkah laku
berbicara. Dari saat ke saat, manusia dari suatu kebudayaan berbicara satu sama lain
mengikuti pola-pola yang ditentukan oleh adat istiadatnya. Seseorang bawahan dari

2
budaya timur lebih banyak menunduk jika berbicara dengan atasannya. Sedangkan
dalam masyarakat barat, hal itu akan tampak sebagai dua orang yang sedang
berpandang-pandangan. Wujud kebudayaan kedua ini konkret, terjadi disekeliling kita
setiap hari, dapat diobservasi dan difoto, misalnya cara duduk, berdiri, jalan, member
hormat, dan aktifitas berpola lainnya.

Ketiga, Wujud kebudayaan segai benda-benda hasil karya manusia atau


kebudayaan fisik. Sifatnya paling konkret, tidak hanya dapat dirasakan, diraba, dan
dipindah-pindahkan serta difoto. Kebudayaan fisik merupakan semua hasil karya
manusia mulai yang paling sederhana sampai yang terumit, mulai dalam bentuk tongkat
katyu sampai komputer, dari tusuk gigi hngga peluru kendali, dari gubuk hingga gedung
mewah.

Kebudayaan berkembang menjadi sistem ilmu pengetahuan, yang secara


terusmenerus digunakan dan dikembangkan untuk dapat memahami dan
menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan fenomena yang ada dalam
lingkungannya. Interaksi sosial antar individu dalam masyarakat secara alamiah
mewujudkan nilai dan norma dalam tingkah laku yang harus saling dapat dipahami dan
dikonvensikan agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup anggota masyarakat
sebagai makhluk sosial dapat tetap dipertahankan. Pemahaman ini dimungkinkan oleh
adanya kesanggupan manusia untuk membaca dan memahami serta menginterpretasi
secara tepat berbagai gejala, peristiwa, dan fenomena yang ada dalam lingkungan
kehidupan mereka. Kesanggupan ini dimungkinkan oleh adanya kebudayaan yang
berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai kerangka pegangan
untuk pemahaman.

B. Esensi Melakukan Eksplorasi Budaya dan Kebudayaan


Secara singkat, pengertian eksplorasi bisa didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
pencarian terhadap suatu hal yang baru. Eksplorasi bisa disebut juga sebagai kata
penjelajahan, penelitian, penyelidikan atau pencarian, yang menjadi kata sinonimnya
atau persamaan katanya. Dalam konteks riset ilmiah, eksplorasi adalah salah satu dari
tiga bentuk tujuan riset, sedangkan tujuan lainnya ialah penggambaran (deskripsi) dan
penjelasan (eksplanasi). Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk
pengertian umum dan awal terhadap suatu fenomena. Ksplorasi yang ilmiah akan
memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan. Eksplorasi tidak hanya

3
dilakukan disuatu daerah, dapat pula di kedalaman laut yang belum pernah dijelajah,
ruang angkasa, bahkan wawasan alam pikiran (exploration of the mind). Pengertian
eksplorasi secara umum adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan
tujuan menemukan sesuatu hal yang besar kemungkinan belum pernah ada dengan
sasaran objek sumber daya alam sehingga pengetahuan menjadi bertambah dan bisa
memenuhi informasi yang dibutuhkan.

Budaya dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak mudah untuk dipelajari,
meski kelihatannya simpel namun jika di kaji lebih dalam memuat berbagai macam
aspek yang tidak mudah bila di pelajari, banyaknya batasan konsep dari berbagai
bahasa, sejarah, dan sumber bacaan (literatur), baik yang berwujud ataupun yang
abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat).
Adapun pendekatan metodenya yang telah banyak terdapat disiplin ilmu lain seperti
sosiologi, psikoanalisis, psikologi yang mengkaji bermacam-macam masalah
kebudayaan, yang tingkat kejelasannya bergantung terhadap konsep dan penekanan
masing-masing unsur konsepnya. Bahkan tak jarang timbul pertentangan pertanyaan
dari segi epistemologis dan ontologis. Dalam buku Man and His Work karya Herkovits
yang membahas mengenai kebudayaan yang berisi:
 Kebudayaan dapat di pelajari.
 Kebudayaan berasal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis,
dan komponen sejarah eksistensi manusia.
 Kebudayaan mempunyai struktur.
 Kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek.
 Kebudayaan bersifat dinamis.
 Kebudayaan mempunyai variabel.
 Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode
ilmiah.
 Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan
totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.

C. Etnomatematika sebagai sebuah konsep matematika dalam pratek


kehidupan
Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya
tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas
4
profesional, dan lain sebagainya (Gerdes, 1994). Dari definisi seperti ini, maka
etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis)
atau suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika didefinisikan
sebagai antropologi budaya (cultural anropology of mathematics) dari matematika dan
pendidikan matematika. Mengapa etnomatematika menjadi disiplin ilmu dan menjadi
perhatian luas akhir-akhir ini. Salah satu alasan yang bisa dikemukakan adalah karena
pengajaran matematika di sekolah memang terlalu bersifat formal. Hiebert & Capenter
(1992) mengingatkan kepada semua pihak bahwa pengajaran matematika di sekolah dan
matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh
sebabitu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan/menjembatani
antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan
matematika sekolah.Etnomatematika sebagai konteks dalam pembelajaran matematika
dapat dikemas dalam bentuk permasalahan yang digunakan untuk menjembatani peserta
didik untuk menemukan konsep matematika. Dalam menyelesaikan masalah tersebut
peserta didik akan menempuh beberapa tahapan seperti memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana yang telah dibuat,
dan memeriksa kembali solusi yang diberikan (Polya,1985). Tahapantahapan tersebut
memiliki relevansi dengan indicator-indikator berpikir kritis yang meliputi interpretasi,
analisis, evaluasi, dan keputusan.
Pembelajaran matematika hanya terfokus pada pembelajaran di dalam kelas.
Sehingga dapat diasumsikan, minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika
sebagaian besar relatif rendah. Hadirnya etnomatematika dalam pembelajaran
matematika memberikan nuansa baru bahwa belajar matematika tidak hanya
terkungkung didalam kelas tetapi dunia luar dengan mengunjungi atau berinteraksi
dengan kebudayaan setempat dapat digunakan sebagai media pembelajaran
matematika.Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai
bagian dari proses pembelajaran.
D. Kaitan Etnomatematika dengan Budaya dan Kebudayaan
Menurut d’ambrosio dalam Rosa,M&Pray.D.C. mendefinisikan
etnomatematika yang tersusun atas tiga suku kata, suku kata pertama yakni “etno” yang
berarti sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, yang
termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol. Suku kata kedua yakni
“mathema” yang berarti menjelaskan, mengetahui, memahami dan melakukan kegiatan

5
(aktivitas matematika) seperti pengkodean, mengukur, mengklarifikasi, menyimpulkan
dan pemodelan. Serta arti suku kata yang ketiga yakni “tics” yang berarti sama dengan
teknik.
Etnomatematika merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk
memperkenalkan konsep matematika yang terdapat di dalam budaya dan kebudayaan
dan mempermudah pemahaman mengenai konsep matematika. Hal ini tentu saja benar,
dikarenakan adanya hubungan atau keterkaitan antara matematika dengan budaya dan
kebudayaan yang kemudian dikenal dengan adanya matematika di dalam budaya atau
disebut dengan etnomatematika.Yang kemudian disempurnakan menjadi
etnomatematika sebagai mode, gaya, dan teknik menjelaskan, memahami dan
menghadapi lingkungan alam dan budaya dalam sistem budaya yang berbeda
(d’ambrosio dalam Astri)

E. Etnomatematika sebagai kajian etnografi


Masing-masing budaya dan subbudaya mengembangkan matematika dengan
cara mereka sendiri. Sehingga matematika dipandang sebagai hasil akal budi
(pikiran) manusia dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini menyimpulkan
bahwa matematika merupakan produk budaya yang merupakan hasil abstraksi
pikiran manusia, serta alat pemecahan masalah. Sebagaimana diungkapkan oleh
Sembiring dalam Rachmawati(2010) bahwa matematika adalah konstruksi budaya
manusia(Rachmawati, I., 2013:2). Budaya dan Matematika tumbuh dan berkembang
secara pesat tidak hanya di satu lokasi tertentu, melainkan disegala penjuru tempat
telah mengalami perkembangan yang pesat dalam dunia matematika. Tidak dipungkuri
bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mampu mengalami perubahan
tersebut. Pertumbuhan danperkembangan matematika di Indonesia dapat terlihat
dari segi kehidupan bermasyarakat, baik dari segi hubungan sosial maupun kultural.

F. Tujuan memahami etnomatematika masyarakat maritim berbudaya


melayu kepulauan riau
Etnomatematika berperan dalam mendukung literasi matematika adalah bahwa
etnomatematika memfasilitasi siswa untuk mampu mengkonstruksi konsep matematika
sebagai bagian dari literasi matematika berdasarkanpengetahuan siswa tentang
lingkungan sosial budaya mereka. Selain itu,etnomatematika menyediakan lingkungan
pembelajaran yang menciptakan motivasiyang baik dan lebih menyenangkan sehingga

6
siswa memiliki minat yang besar dalam mengikuti pembelajaran matematika yang
diharapkan dapat mempengaruhi kemampuan matematika mereka, khususnya
kemampuan literasi matematika.
Tujuan dari memahami etnomatematika adalah untuk mengetahui dan menggali
konsep matematika apa serta aktivitas matematis apa saja yang ada di kebudayaan
melayu kepulauan riau dan menambah wawasan untuk mengenal budaya yang ada di
kepulauan riau. Dengan banyaknya keanekaragaman budaya dan keunikan budaya
diharapkan bisa memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan
model pembelajaran PMRI yang menggunakan konsep etnomatematika.

G. Tujuan Memahami Etnomatematika


Sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)

Tujuan Tersebut sejalan dengan gagasan mengenai literasi matematika. Menurut


OECD,2013 Literasi matematika didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh
seorang individu dalam merumuskan, menggunakan, serta menafsirkan matematika
dalam berbagai konteks. Kemampuan tersebut mencakup bernalar secara matematis dan
menggunakan konsep-konsep matematika, prosedur, dan fakta untuk menjelaskan serta
memprediksi suatu fenomena (Prabawati, 2016). Diantara berbagai cara yang
mendukung literasi matematika yakni inovasi pada pembelajaran matematika adalah

7
dengan memasukkan unsur etnomatematika (pembelajaran matematika yang berbasis
budaya) dalam pembelajaran yang termasuk salah satu cara yang dapat menjadikan
pembelajaran matematika lebih bermakna dan kontekstual yang berkaitan erat dengan
komunitas budaya. Lain dari pada itu, pembelajaran matematika berbasis budaya akan
menjadi pilihan kombinasi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan inovatif
karena memungkinkan terjadinya pemaknaan secara kontekstual berdasarkan pada
pengalaman siswa sebagai anggota suatu masyarakat budaya sehingga diharapkan dapat
turut serta mendukung gerakan literasi.

H. Manfaat Memahami Etnomatematika Masyarakat Maritim Berbudaya


Melayu Kepulauan Riau

Di Kepulauan Riau Banyak sekali budaya yang dapat di pelajari sebagai sarana
untuk memahami etnomatematika. Salah satu contohnya yakni mempelajari dan
memahami etnomatematika pada budaya Melayu. Diantara budayanya yakni berupa
gasing, rumah adat di pulau penyengat, bubu (alat tangkap ikan), tanjak, dan masih
banyak contoh budaya lainnya di kepulauan Riau. Manfaat mempelajari dan memahami
konsep Etnomatematika adalah mengembangkan dan memperkenalkan budaya Melayu,
khususnya Etnomatematika dalam Budaya Melayu Kepulauan Riau, selain untuk
menambah wawasan mengenai apa saja budaya dan kebudayaan yang ada di kepulauan
Riau juga dapat memahami dan lebih cepat menemukan adanya konsep-konsep
matematika yang terdapat pada budaya Melayu Kepulauan Riau.
I. Rumusan Masalah

1.Bagaimana proses pembuatan anyaman tikar pandan di daerah Kundur Tanjung batu ?

2. Apa saja unsur Etnomatematika yang terdapat pada pembuatan anyaman tikar pandan?

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya dan Kebudayaan


Dalam kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari
kebudayaan sehingga tidak ada perbedaan berdasarkan definisinya. Namun, berdasarkan
penelusuran dari berbagai literatur  ada beberapa pengertian budaya dan kebudayaan.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit
(agama, politik, adat istiadat, bahasa, seni, dll) dan berkembang pada sebuah kelompok
orang  atau masyarakat. Budaya sering kali dianggap warisan dari generasi ke generasi
dan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis.

Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk


jamak dari buddhi berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian hakikat budaya diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia .

Definisi kebudayaan banyak sekali diajukan oleh para pakar di bidang sosiologi,
antropologi, psikologi , filsafat dan lain-lain. Menurut Koentjaraningrat (1983 : 181)
dalam (Nashihin, 2017) bahwa kebudayaan mempunyai dua pengertian, yaitu dalam
pengertian sempit dan dalam pengertian luas.
a. Dalam pengertian sempit kebudayaan adalah hal-hal yang indah dalam bentuk
seni sebagai hasil ciptaan manusia, seperti seni bangunan, seni rupa, seni suara,
seni-musik, kesastraan dan lain. Jadi kebudayaan dalam pengertian sempit,
terbatas hanya pada kesenian saja.
b. Dalam pengertian luas kebudayaan diartikan sebagai “Keseluruhan sistem yang
meliputi gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.

B. Kaitan Matematika dan Budaya


Menurut Bishop (1994b) dalam (Tandililing, 2013), matematika merupakan
suatu bentuk budaya. Matematika menjadi bentuk dari suatu budaya, yang mana budaya
itu memang telah ada pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Etnomatematika
menurut para ilmuwan yaitu perkembangan matematika yang akan selalu dipengaruhi

9
oleh budaya serta nilai-nilai yang ada dan berkembang serta tumbuh pada masyarakat.
Budaya didefinisikan sebagai seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang
diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku (Marvins, 1999) dalam
(Wahyuni et al., 2013).
Etnomatematika yaitu adanya matematika didalam suatu budaya. Matematika
dan budaya itu saling mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut sejarahnya yang
menunjukkan matematika itu muncul sebagai suatu hasil dari budaya yang terjadi
karena adanya kegiatan sosial manusia.(Puspadewi, n.d.) Contohnya muncul aktivitas
menghitung pada tarian joget dangkong. Pada tarian joget Dangkong itu menggunakan
hitung rentak 1 x 8, 2 x 8, 3 x 8 dan 4 x 8. Dan di tarian joget Dangkong itu juga akan
membentuk pola lantai yang ada kaitannya dengan matematika seperti melingkar,
vertikal, dan sejajar. Nah, disini bisa kita lihat bahwa disuatu budaya itu pasti akan
muncul unsur matematikanya sedikit ataupun banyak seperti pada tarian joget
Dangkong.

C. Etnomatematika
Etnomatematika diperkenalkan oleh matematikawan asal Brasil pada tahun 1977
dia adalah D'Ambrosio. Secara bahasa, etnomatematika dibentuk dalam 3 kata yaitu
kata pertama “ethno” yang mencakup pada konteks budaya, contohnya bahasa, kode
perilaku, symbol, jargon dan mitos. Kata yang kedua yaitu “mathema” yang mencakup
pada matematika yaitu menjelaskan, memahami, menyimpulkan, mengetahui dan
melakukan kegiatan mengukur, pemodelan, mengklapengkodean. Dan kata terakhir
yaitu “tics” yang mencakup pada teknik. Etnomatematika adalah adanya unsur
matematika pada suatu budaya. Tujuan adanya Etnomatematika adalah agar kita tahu
bahwa di dalam suatu budaya itu pasti ada unsur matematikanya banyak atau sedikitnya.
Hal yang berkaitan dengan Etnomatematika dan terkait dalam matematika yang ada
dalam budaya itu seperti aktivitas berhitung, bermain, mengukur, merancang bangunan
serta mengelompokkan.(Fajar, dkk : Etnomatematematika Pembuatan Kerajinan
Tangan … _____, 2018)

10
BAB III
TEKNIK EKSPLORASI
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang pengrajin anyaman yaitu Muhayana (61
tahun). Objek pada penelitian ini adalah kerajinan anyaman tikar pandan di Kundur,
kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.
B. Periode Amatan
No Kegiatan Pertemuan Kuliah
4 5 6 7 8 9
1 Koordinasi, pembimbingan dalam perencanaan           
Penelitian
2 Penyusunan instrumen, validasi instrumen oleh            
Dose pengampu, dan persiapan turun lapangan
3 Melakukan penelitian (observasi, wawancara,            
Dokumentasi)
4 Penyusunan laporan dan video kegiatan            

5 Penyerahan laporan dan video kegiatan            

C. Teknik
1. Pendekata penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian deskriptif eksploratif.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Persiapan membuat instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan
observasi
2. Memvalidasi instrument penelitian
3. Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi
4. Menentukan jadwal penelitian
5. Melakukan observasi terhadap objek penelitian
6. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian
7. Menganalisis dan menyimpulkan hasil
8. Menyusun laporan penelitian

2. Teknik pengumulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengamatan langsung yaitu observasi dan teknik komunikasi langsung
yaitu wawancara. Selanjutnya hasil dari observasi dan wawancara

11
dideskripsikan. Untuk mendapatkan keabsahan dari data observasi dan
wawancara dilakukan dengan metode triangulasi.
3. Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan tahapan:
1. Analisis Domain
Pada tahap ini, peniliti melakukan observasi dan wawancara dengan
pengrajin anyaman tikar pandan pada salah satu masyarat tanjun batu. Analisis
domain adalah langkah awal untuk memperoleh informasi mengenai objek
penelitian. Analisis domain dilaksanakan setelah peneliti menyiapkan
wawancara dan melakukan observasi lokasi.
2. Analisis Taksonomi
Pada tahap ini, peneliti melihat dan menentukan ide atau Teknik yang
digunakan oleh pengrajin anyaman tikar pandan. Analisis taksonomi adalah
langkah yang menguraikan domain-domain secara lebih rinci.
3. Analisis Komponensial
Pada tahap ini peneliti menemukan beberapa konsep matematis dari
pembuatan ayaman tikar pandan dan bentuk dan ukuran tikar pandan yaitu
bangun datar .Analisis komponensial dilakukan untuk mengoordinasikan data
menjadi komponen-komponen yang lebih spesifik.
4. Analisis Tema Budaya
Pada analisis tema budaya, peneliti menghubungkan anyaman tikar
pandan dengan tema budaya dan etnomatematika.

1) Kerangka Penelitian

Penyiapan instrument

Validasi Instrument

Pengumpulan data
Observasi
Wawancara

Analisis data
Menarik
Kesimpulan

Menyusun Laporan 12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Eksploasi
Berdasarkan hasil anaisis yang peneliti sampaikan pada bab III, tentang analisis
domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya maka
peneliti membuat hasil penelitian sesuai dengan tahap analisis tersebut.
Hasil penelitian eksplorasi etnomatematika pada pembuatan anyaman tikar
pandan di kundur tanjung batu.
1. Analisis domain
 Hasil wawancara, dari hasil wawancara diperoleh informasi dari narasumber yaitu
ibu Muhayana, proses pembuatan anyaman tikar pandan untuk melihat konsep-
konsep matematis didalamnya dari alat yang diguanakan yaitu jangat(jangka) dan
pelurut (sudip). Sementara tikar pandan berukuran 2 m x 1 m. Untuk ukuran sedang.
Ini adalah bentuk alat pembuatan anyaman dan tikar pandan ukuran sedang. Dari
hasil wawncara dengan ibu Munahaya

Gambar 1 gambar 2
Gambar 1 adalah jangat atau jangka dan pelurut atau sudip. Jangat
merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan anyaman tikar pandan..
Jangat berbentuk menyerupai persegi panjang namun tidak terlalu rapi. Pada
ujung jangat terdapat 3 mata pisau. Jangat berfungsi untuk membelah daun
pandan menjadi beberapa bagian yang sama ukurannya. Sementara pelurut
adalah alat yang dgunakn dalam pembuatan anyaman tikar pandan yang

13
berbentuk gabungan antara persegi panjang, seitiga dan trapesium. Pelurut
berfungsi untuk menyisip daun supaya daun lembut dan tidak bergulung.
Gambar 2 adalah tikar pandan yang berukuran 2 m x 1 m. Daun pandan
yang digunakan untuk membuat anyaman tikar diukur menggunakan satuan
depa. Dimana untuk satu depa ialah panjang dari ujung jari tengah tangan kanan
ke ujung jari tengah tangan kiri. Tikar pandan merupakan salah satu warisan
budaya. Tikar pandan juga merupakan salah satu mata pecairan warga kundur.
Bahan baku anyaman tikar pandan adalah daun pandaan besar yang berduri
dengan ukuran panjang mencapai hingga 2 meter. Kemudian daun pandan
tersebut dibelah-belah menjadi beberapa bagian mengikuti alur panjangnya,
sebelumnya durinya di buang terlebih dahulu. Daun pandan ini direbus terlebih
dahulu di dalam air panas supaya menjadi lembut dan mematikan hama. Setelah
itu di angkat dan dijemur pada panas matahari.
Berikut ini adalah bentuk daun pandang yang di ambil oleh narasumber

 Hasil observasi
Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021 di Rumah Ibu Muhayana.
Observasi dilakukan dengan mengikuti pedoman observasi yang telah dibuat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, Narasumber menjelaskan cara-cara
pembuatan anyaman tikar pandan.
Langkah-langkah pembuatan tikar diantaranya sebagai berikut:
- Ambil daun yang paling bawah dari pohonnya. Karena daun yang dibawah
ialah daun yang lebih tua dan lebih panjang.
- Buang tulang daun dan belah-belah daun menjadi 4 bagian.
- Daun dijemur atau bias dimasak jika ingin daunnya berwarna.
- Setelah dijemur dan layak untuk dianyam, maka daun tersebut bisa
digunakan.
14
- Proses penganyaman memakan waktu 4-7 hari.
2. Analisis taksonomi
Dalam pembuatan anyaman tikar pandan, pengrajin melakukan beberapa
kegiatan seperti mengitung daun pandan yang di butuhkan dalam pembuatan satu
buah tikar. Membelah daun menjadi beberapa bagian. Mengukur ukuran panjang
dan lebar tikar pandan. Mendesain bentuk tikar pandan. Menganyam tikar pandan
hingga selesai. Tanpa disadari dalam kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan
tikar pandan terdapat aspek praktik matematika seperti menghitung, mengukur, dan
mendesain. Aspek aspek pembuatan anyaman tikar oleh pengrajin di tanjung batu
terdapat potensi praktik matematika yang ada didalamnya. Praktik matematika
dalam kegiatan pembuatan anyaman tikar pandan akan diuraikan dibawah ini.
1. Menghitung
Dalam pembuatan tikar pandan, ibu munahaya membutuhkan bahan
baku seperti daun pandan. Daun pandan yang dibutuhkan untuk membuat
sebuah tikar berjumlah ±100 helai.
2. Mengukur
Daun pandan yang digunakan dalam pembuatan anyaman tikar pandan
berukuran ± 2 depa. Tikar pandan yang dibuat ukuran sedang panjangnya 2
m x 1 m. Pengrajin membuat tikar pandan sesuai dengan ukuran panjang
daun pandan, sehingga tikar pandan yang dibuat tidak melebihi ukuran daun.
Pada pengukuran ini pengrajin menggunakan alat ukur dengan satuan depa,
sehingga peneliti menyimpulkan untuk mengubahnya kedalam satuan meter.
3. Mendesain
Pengrajin anyaman tikar pandan menganyam tikar hingga membentuk
persegi panjang. Proses ini lakukan selama 4-7 hari. Setelah peneliti
melakukan onbservasi, sebenarnya bentuk anyaman dari daun pandan bisa
dibuat berbagai macam anyaman lainnya seperti tudung saji, kerajinan
tangan seperti tas

15
3. Analisis komponensial
Etnomatematika Konsep matematika Materi yang
terkait
Alat dan bahan yang digunakan : Alat jangat dan
pelurut yang di
gunakan pada
pembuatan
anyaman tikar
padan
berkaitan
dengan materi
bangun datar.
jika di buat
dalam bentuk
bangun datar
alat tersebut
Jangat dan pelurut berbentuk
persegi
panjang dan
segi tiga, serta
bangun datar
segi 6.
Hasil anyaman tikar Pandan Bentuk pola
pada anyaman
tikar pandan
adalah
persegi.Ukuran
sisi tersebut sama
di karenakan
lebar daun
pandan yang
akan dianyam
di ukur
sepanjang 1
ruas jari atau
+- 2 cm atau
mempunyai
luas +- 4 cm2.
Hal ini
berkaitan
dengan materi
bangun datar.
Proses penganyaman Membuat/
menganyam
tikar dimulai
dari tengah.
Daun disusun
16
dengan sudut
90°, satu di
atas dan satu di
bawah.

4. Analisis tema budaya


Manusia dalam dinamika kehidupannya selalu mengalami perubahan. Perubahan
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat itu sendiri atau dapat dilihat oleh orang
luar yang mengamatinya. Perubahan clalam kehidupan masyarakat clari zaman ke
zaman adalah sesuatu yang wajar dan normal karena masyarakat ingin memperoleh
kehidupan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Kerajinan anyaman pandan adalah salah satu budaya masyarakat yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam usaha kerajinan anyaman
pandan juga terdapat nilai-nilai budaya bangsa dan dalam perjalanannya mengalami
perkembangan sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat pendukungnya.
Pengungkapan nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah karya seperti kerajinan
anyaman pandan dapat memberikan gambaran tentang latar belakang sosial budaya
masyarakat pendukungnya. Pengertian nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia; 1993).
Jadi nilai adalah suatu ukuran, patokan, tanggapan dan keyakinan yang dianut oleh
sekelompok orang dalam suatu masyarakat tertentu mengenai apa yang benar,
pantas, luhur dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan atau diperhatikan.
Berbicara tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kerajinan anyaman pandan,
tentunya tidak akan terlepas dari anyaman itu sendiri, orang-orang yang terlibat
dalam proses pembuatannya dan nilai-nilai yang terkandung dalam motif anyaman
tersebut

17
1. Nilai ekonomi
Anyaman tikar pandan bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
maka dari itu tikar pandan ini dijual dan menghasilkan uang. Pada penelitian
ini, narasumber menjual tikar pandannya seharga Rp. 50.000- 100.000-,
Pekerjaan menganyam yang dilakukan sebagai pekerjaan sampingan dan
menghasilkan barang-barang anyaman baik dalam jumlah yang sedikit atau
banyak yang layak jual tentunya mempunyai nilai ekonomi. Hasil-hasil anyaman
ini dijual kepada warga kundur di tanjung baru. Anyaman tikar pandan ini
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bila ditekuni secara professional.
2. Nilai kegunaan
Manfaat yang bisa digunakan dalam pembuatan anyaman ini adalah
pemanfaatan waktu, pemanfaatan sumber daya alam, pemanfaatan lahan, dan
pemanfaatan hasil anyaman tikar pandan itu sendiri.
Saat melakukan observasi, peneliti melihat ibu munahaya dapat memanfaatkan
waktu luangnya dengan menganyam tikar pandan, meskipun ibu munahaya
adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki banyak pekerjaan rumah yang
harus beliau selesaikan. Ibu munahaya menambil sendiri daun pandan dilahan
yang mereka miliki. Kemudian mengolahnya menjadi daun pandan yang siap
dianyam. Pekerjaan ini beliau lakukan di sela-sela pekerjaan rutinnya. proses
penganyaman ini sebagai pemanfaatan waku luang.
Sementara manfaat tikar pandan itu sendiri adalah untuk menjadi alas lantai
pada saat ada acara kenduri atau selamatan yang dilakukan warga di kundur.
3. Keberadaan anyaman tikar pandan pada masa kini
Generasi muda pada masa kini tidak berminat/tertarik terhaclap kerajina
anyaman pandan ini. Tetapi hal tersebut bukanlah berarti pewarisan pengetahuan
tentang menganyam daun pandan terputus. Generasi muda khususnya
perempuan di di tanjung batu kundur. apabila telah berumah tangga dan tidak
punya pekerjaan selain Kerajinan anyaman pandan di kundur pekerjaan rumah
tangga, maka mereka akan mengisi waktu luang mereka dengan menganyam.

18
BAB V
KESIMPULAN
Di daerah kundur banyak terdapat pandan berduri yang merupakan bahan baku
untuk membuat bentuk anyaman pandan. Pandan berduri ini adalah tumbuhan liar yang
hidup dengan sendirinya tanpa ditanam. Ibu munahaya memanfaatkan daun pandan ini
untuk membuat anyaman tikar pandan. Anyaman tikar pandan ini merupakan pekerjaan
sampingan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Manfaat yang diperoleh
bukan saja untuk mengisi waktu luang dan menambah penghasilan/ perekonomian
keluarga tetapi yang lebih penting lagi adalah mereka telah ikut melestarikan
keberadaan kebudayaan yang telah mereka warisi dari zaman nenek moyang mereka.
Pada proses pembuatan anyaman tikar pandan yang dilakukan oleh pengrajin terdapat
beberapa aktivitas matematis seperti menghitung, mengukur, mendesain, dan
menganyam. Selain aktivitas matematis, pada proses pembuatan anyaman tikar pandan
juga terdapat konsep matematikanya yaitu bangun datar persegi panjang, segitiga dan
luas daerah bangun datar persegi panjang.

19
PANDUAN WAWANCARA

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PEMBUATAN ANYAMAN TIKAR PANDAN DI


KUNDUR TANJUNG BATU

Anggota kelompok :

 Nurmanisah
 Nur faujah
 Siti nursiah
 Siti mursalina
 Wanda ayu a.

1. Profil informan

Nama : ibu Munahaya

Usia : 60 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Pelaksanaan Wawancara

Lokasi wawancara : tanjung batu

Hari/tanggal wawancara :

PERTANYAAN WAWANCARA

a. pertanyaan umum mengenai anyaman tikar pandan

1. kapan pertama kali ibu memulai membuat anyaman tikar ini ?

2. apakah banyak yang membuat anyaman daun pandan di daerah ini ?


3. mengapa ibu membuat tikar pandan ? apakah ada alasan khusus ?
4. apakah ibu membuat sendiri atau membutuhkan karyawan lain ?
5. berapa buah tikar pandan yang bisa di buat dalam seminggu ?

b. Mendeskripsikan penggunaan anyaman tikar pandan

6. Apakah fungsi dari anyaman tikar pandan?


7. apa kelebihan dari tikar daun pandan?

c. Cara pembuatan anyaman tikar pandan

20
8. Apa saja alat dan bahan yang di gunakan untuk pembuatan anyaman
tikar pandan ?
9. Bagaimana ibu memilih bahan untuk pembuatan anyaman tikar ini ?
10. Berapa panjang daun pandan yang di butuhkan setiap helai ?
11. Berapa banyak bahan yang di butuhkan untuk membuat 1 anyaman tikar
pandan?
12. Bisakah ibu menjelaskan tahap pembuatan anyaman tikar pandan ?
13. mengapa harus dari daun pandan untuk membuat anyaman tikar daun
pandan
?
14. Adakah trik khusus yang digunakan untuk membuat anyaman tikar daun
pandan?
15. apakah dalam membuat anyaman tersebut ibu menggunakan motif atau
hanya menggunakan 1 warna saja ?

21
KISI – KISI LEMBAR OBSERVASI

Nomor
No Variabel Subvariabel Indikator Partisipan Instrumen Jumlah pertanyaan
pertanyaan
1. Anyaman tikar Informasi a. awal narasumber Pengrajin 1-5 5
pandan mengenai membuat anyaman anyaman tikar
anyaman tikar pandan
Pandan
2. Pembuatan Pemilihan bahan a.bentuk bahan Pengrajin 8 1
anyaman tikar b.jenis bahan anyaman tikar
Pandan pandan
Mengukur bahan a.Alat ukur yang Pengrajin 10,11 2
digunakan anyaman tikar
b.bagaimana cara pandan
mengukur
c.berapa banyak bahan
yang di butuhkan

Teknik Membuat a. Desain Pengrajin 12,13,14,15 4


b. Proses/prosedur anyaman tikar
c. teknis khusus pandan
d. trik
3. Kegunaan Kegunaan dan a. fungsi anyaman tikar Pengrajin 6,7 2
anyaman fungsi pandan anyaman tikar
pandan pandan

22
LEMBAR OBSERVASI

No Variabel Subvariabel Indikator Poin amatan Hasil amatan


1 Pembuatan Pemilihan bahan a.bentuk bahan 1. Apa saja alat dan Jangat dan pelurut
anyaman tikar b.jenis bahan bahan yang di gunakan Ibu munahaya memilih daun pandan
pandan untuk pembuatan yang berukuran sekitar 1-2 meter
anyaman tikar pandan ?
2. Bagaimana ibu
memilih bahan untuk
pembuatan anyaman
tikar ini

Mengukur bahan a.Alat ukur yang 1. Berapa panjang daun Alat ukur yang digunakan adalah depa
digunakan pandan yang di butuhkan Depa adalah ukuran dari rentang tangan
b.bagaimana cara setiap helai ? ujung jari tengah sampai ke ujung jari
mengukur 2. bagai mana ibu tengah lainnya
c.berapa banyak bahan mengukur panjang mya Sekitar 100 helai daun
yang di butuhkan ?
3. Berapa banyak bahan
yang di butuhkan untuk
membuat 1 anyaman
tikar pandan?

Teknik Membuat a. Desain 1. Bisakah ibu


Ibu munahaya menjelaskan tahapan
b. Proses/prosedur menjelaskan tahap
pembuatan tikar pandan dnegan baik
c. teknis khusus pembuatan anyaman
Teknik meganyam dilakukan oleh orang-
d. trik tikar pandan ? orang yang bisa saja, karna teknik
pertama anyaman harus dilakukan
2. Adakah trik khusus dengan benar.
yang digunakan untuk
membuat anyaman tikar
daun pandan?

23
3. apakah dalam Di sini ibu munahaya membuat anyaman
membuat anyaman tiar pandan yang polos saja
tersebut ibu
menggunakan motif atau
hanya menggunakan 1
warna saja ?

2. Kegunaan Kegunaan dan a. fungsi anyaman tikar 1. Apakah fungsi dari Alas lantai pada saat ada acara-acara
anyaman fungsi pandan anyaman tikar pandan? selamatan atau kenduri.
pandan

24
PERTANYAAN WAWANCARA

A : kapan pertama kali ibu memulai membuat anyaman tikar ini ?


B : sekitar 30 tahun yg lalu
A : apakah banyak yang membuat anyaman daun pandan di daerah ini ?
B : ada beberapa ibu-ibu lain yang membuat
A : mengapa ibu membuat tikar pandan ? apakah ada alasan khusus ?
B : tidak ada alasan khusus, membuat tikar pandan memang sudah turun temurun tradisi nenek moyang
A : apakah ibu membuat sendiri atau membutuhkan karyawan lain ?
B : sendiri
A: berapa buah tikar pandan yang bisa di buat dalam seminggu ?
B : satu buah, tergantung
A : Apakah fungsi dari anyaman tikar pandan?
B : sebagai alas lantai saat acara kenduri atau selametan
A : apa kelebihan dari tikar daun pandan?
B : tikarnya dingin dan nyaman
A : Apa saja alat dan bahan yang di gunakan untuk pembuatan anyaman tikar pandan ?
B : pisau, jangat daun pandan, pisau, pelurut
A: Bagaimana ibu memilih bahan untuk pembuatan anyaman tikar ini ?

25
B : daunnya tidak terlalu tua dan muda
A : Berapa panjang daun pandan yang di butuhkan setiap helai ?
B:2m
A : Berapa banyak bahan yang di butuhkan untuk membuat 1 anyaman tikar pandan?
B : lebih kurang 200 helai
A : Bisakah ibu menjelaskan tahap pembuatan anyaman tikar pandan ?
B ; ambil daun pandan kemudian ukur hingga sama rata, buang punggungnya, kemudia di salai, setelah itu di lurutkan biardaunnya lembut. Kemudian
rendam dan jemur baru terakhir di anyam
A : mengapa harus dari daun pandan untuk membuat anyaman tikar daun pandan?
B : Karena daun pandan adalah daun yang panjang hingga memungkinkan digunakan untuk membuat tikar
A : Adakah trik khusus yang digunakan untuk membuat anyaman tikar daun pandan?
B : daun tersebut di lipat hingga bertemu dari ujung keujung.
A : apakah dalam membuat anyaman tersebut ibu menggunakan motif atau hanya menggunakan 1 warna saja ?
B : satu warna saja

26
Daftar Pustaka
Fajar, dkk: Etnomatematematika Pembuatan Kerajinan Tangan … _____. (2018). 9(3), 12.

Nashihin, H. (2017). Pengertian Budaya. Konstruksi Budaya Sekolah Sebagai Wadah Internalisasi Nilai Karakter, 19.

Prabawati, M. N. (2016). ETNOMATEMATIKA MASYARAKAT PENGRAJIN ANYAMAN RAJAPOLAH KABUPATEN TASIKMALAYA. 5(1), 7.

Puspadewi, K. R. (n.d.). Etnomatematika di Balik Kerajinan Anyaman Bali. . . ISSN, 4(2), 10.

Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal sebagai Upaya untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, P-25, 193–202.

Wahyuni, A., Aji, A., Tias, W., & Sani, B. (2013). Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa: Penguatan Peran Matematika Dan

Pendidikan Matematika Untuk Indonesia Yang Lebih Baik, 1, 111–118.

27
28
KISI – KISI LEMBAR OBSERVASI

Nomor
No Variabel Subvariabel Indikator Partisipan Instrumen Jumlah pertanyaan
pertanyaan
1. Anyaman tikar Informasi a. awal narasumber Pengrajin 1-5 5
pandan mengenai membuat anyaman anyaman tikar
anyaman tikar pandan
Pandan
2. Pembuatan Pemilihan bahan a.bentuk bahan Pengrajin 8 1
anyaman tikar b.jenis bahan anyaman tikar
Pandan pandan
Mengukur bahan a.Alat ukur yang Pengrajin 10,11 2
digunakan anyaman tikar
b.bagaimana cara pandan
mengukur
c.berapa banyak bahan
yang di butuhkan

Teknik Membuat e. Desain Pengrajin 12,13,14,15 4


f. Proses/prosedur anyaman tikar
g. teknis khusus pandan
h. trik
3. Kegunaan Kegunaan dan a. fungsi anyaman tikar Pengrajin 6,7 2
anyaman fungsi pandan anyaman tikar
pandan pandan

29
LEMBAR OBSERVASI

No Variabel Subvariabel Indikator Poin amatan Hasil amatan


1 Pembuatan Pemilihan bahan a.bentuk bahan 1. Apa saja alat dan Jangat dan pelurut
anyaman tikar b.jenis bahan bahan yang di gunakan Ibu munahaya memilih daun pandan
pandan untuk pembuatan yang berukuran sekitar 1-2 meter
anyaman tikar pandan ?
2. Bagaimana ibu
memilih bahan untuk
pembuatan anyaman
tikar ini

Mengukur bahan a.Alat ukur yang 4. Berapa panjang daun Alat ukur yang digunakan adalah depa
digunakan pandan yang di butuhkan Depa adalah ukuran dari rentang tangan
b.bagaimana cara setiap helai ? ujung jari tengah sampai ke ujung jari
mengukur 5. bagai mana ibu tengah lainnya
c.berapa banyak bahan mengukur panjang mya Sekitar 100 helai daun
yang di butuhkan ?
6. Berapa banyak bahan
yang di butuhkan untuk
membuat 1 anyaman
tikar pandan?

Teknik Membuat e. Desain 1. Bisakah ibu


Ibu munahaya menjelaskan tahapan
f. Proses/prosedur menjelaskan tahap
pembuatan tikar pandan dnegan baik
g. teknis khusus pembuatan anyaman
Teknik meganyam dilakukan oleh orang-
h. trik tikar pandan ? orang yang bisa saja, karna teknik
pertama anyaman harus dilakukan
2. Adakah trik khusus dengan benar.
yang digunakan untuk
membuat anyaman tikar
daun pandan?

30
3. apakah dalam Di sini
membuat anyaman tiar pa
tersebut ibu
menggunakan motif atau
hanya menggunakan 1
warna saja ?

2. Kegunaan Kegunaan dan a. fungsi anyaman tikar 1. Apakah fungsi dari Alas la
anyaman fungsi pandan anyaman tikar pandan? selama
pandan

Anda mungkin juga menyukai