PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan seni kreatif dari imanjinasi yang direpresentasikan dari
antar individu dan masyarakat, dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat
pada masanya. Hal ini akan sangat penting bagi penikmat karya sastra yang ingin
masalah makna, nilai, dan hakikat karya sastra itu secara umum (Suharianto,
1982:15).
Juwati (2018:5) mengatakan bahwa Sastra lisan merupakan bagian dari suatu
diwariskan secara turun-temurun secara lisan sebagai milik bersama. Sastra lisan
Setiap daerah biasanya memiliki sastra lisan yang terus dijaga. Sastra lisan ini
1
adalah salah satu bagian budaya yang harus dipelihara oleh masyarakat secara
turun-temurun. Hal ini berarti, sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat yang harus dilestarikan. sastra lisan ini adalah dengan cara
menceritakannya secara lisan kepada generasi muda dan kalangan umum, yang
Salah satu karya sastra adalah pantun. Pantun adalah puisi asli Indonesia yang
menyampaikan maksud secara lebih halus dan bahkan tidak secara langsung agar
pendidikan dan hiburan karena pantun berisi petuah dan nasihat, bisa juga untuk
pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat bait yang bersajak bersilih
dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap bait terdiri atas empat perkataan. Dua bait
pertama disebut sampiran, sedangkan dua bait disebut isi pantun (Soetarno
(2008:19)
Menurut Suroto (1986:46) talibun salah satu bentuk puisi lama yang pada
umumnya mempunyai ciri-ciri baris tiap bait lebih dari empat, ada sampiran dan
isi, bersajak akhir abcabc dan seterusnya sesuai jumah baris tiap bait, dan jumlah
suku kata dalam tiap barisnya berkisar delapan sampai dua belas.
Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian tersendiri, terutama dalam kesenian
2
salah satu daerah di Provinsi Sumatera Selatan, dengan ibu kota Sekayu yang
Senjang merupakan salah satu kesenian yang menggunakan media pantun atau
telibun, secara bersahutan antara dua orang atau berpasang-pasangan. Namun juga
ditampilkan secara tunggal. Senjang memiliki tiga unsur yaitu (1) musik
instrumental, (2) lagu vokal dari syair pantun, (3) tarian, namun ketiga unsur
tersebut masing-masing berdiri sendiri. Dari tiga unsur tersebut tidak saling
berhubungan seperti sebuah pertunjukan pada umumnya. Saat vokal dari syair
sebaliknya saat musik instrumental Senjang dimainkan oleh pemusik, vokal dari
Senjang(Sukma, 2015:2).
Senjang merupakan seni sastra lisan yang berkembang pesat di kabupaten Musi
penutup. Pada pembukaan Senjang berisi tentang permohonan izin, pada isi antara
bait pertama dengan bait berikutnya seperti pantun berkait. Selain itu, Senjang
dapat mengandung ungkapan perasaan, seperti kecewa, rasa cinta, sedih, atau
tentang hidup dan kehidupan, Bagian penutup biasanya berisi permohonan maaf.
3
No Nama Kabupaten Kesenian
1 1. Lahat 1. Tadut
2. Pagaralam 2. Rejung
3. Empat Lawang 3. Guritan
4. Muara Enim
2 1. Komering (Ulu dan Ilir) 1. Cang-incang
2. Dang-idang
Penelitian serupa pernah dilakukan pada 2012 oleh Rosmaidar dengan judul
Nilai Moral dalam Wayak: Tradisi Lisan Masyarakat Suku Ranau Sumatera
Selatan Penelitian ini adalah bentuk tindakan nyata dari usaha untuk melestarikan
4
Seperti halnya penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian ini
dari jenis, wujud, dan kesantunan imperatif pada talibun Senjang Musi Banyuasin.
Adapun alasan penulis memilih “Nilai Moral Dalam Sastra Lisan Senjang
mengandung nilai moral yang sangat baik dan dapat dijadikan contoh dalam
B. Rumusan Masalah
berikut;
5
2. Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam satra lisan Senjang Kabupaten
Musi Banyuasin?
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung dalam sastra lisan Musi
Banyuasin.
D. Manfaat Penelitian
untuk mengalih nilai-nilai moral yang terdapat dalam sastra lisan lain di
Banyuasin;
3. Penelitian
6
4. Program Studi Pendidikan Bahasa
1) Hasil penelitian ini akan diadakan dan bermanfaat dan dapat menambahkan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sastra Lisan
a. Pengertian Sastra Lisan
Kata sastra dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Sanskerta, akar kata
sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk
atau instruksi, akhirnya tra biasanya menunjukkan aat, sarana. Maka dari itu,
sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran.
Di samping kata sastra, kerap juga kata susastra kita beberapa tulisan, yang berarti
bahasa yang indah- awalan su pada kata susatra mengacu pada arti indah (Rohman
dan kebudayaan yang disebarkan secara turun-temurunkan secara lisan atau dari
mulut ke mulut (Hutomo dalam kutipan Refiek 1991:54). Sastra lisan sendiri
Finnegan (dalam Tuloli, 1991:1) berpandapat sastra lisan adalah salah satu
gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum
terpelajar. Ragamnya pun sangat banyak dan tiap-tiap ragam mempunyai variasi
yang sangat banyak pula. Isinya mungkin mengenai berbagai paristiwa yang
8
kehidupan masyarakat merupakan pertumbuhan dari gerak dinamis pewarisnya
Adapun dari tiga pendapat diatas dapat disimpulkan sastra lisan adalah
yang disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut kemulut) jadi segala
Juwati (2018:12) Ciri umum dari sastra lisan yang tersebar di dalam
1. Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional.
penciptanya.
3. Lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik.
pemiliknya, hal inilah yang menjadikan sastra lisan diminati dan dipertahankan
kutipan Juwati 2018:14) mengatakan bahwa sastra lisan berfungsi sebagai (1) alat
kendali sosial, (untuk hiburan), (2) untuk memulai sesuatu permainan, dan (3)
Secara garis besar fungsi sastra lisan dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:
9
1. Didaktif, kebudayaan karya sasttra lisan mengandung nilai-nilai luhur yang
kehidupan bermasyarakat.
2. Sebagai pelipur lara, sastra lisan sebagai alat pendidik masyarakat juga
3. Sebagai bentuk protes sosial yang berisikan penolakan masyarakat atas aturan-
aturan yang mengikat mereka. Sehingga karya sastra yang mereka hasilkan
sosial.
4. Sastra lisan sebagai sindiran, seringkali kita temui dalam bentuk pentun, lagu
5. Salah satu jenis sastra lisan yaitu pantun. Pantun merupakan sastra lisan yang
panutan, ajaran, bahkan sindiran terhadap seseorang terkait dengan apa yang
dilakukannya.
B. Pantun
a. Pengertian Pantun
Waridah (2014:34) Pantun adalah jenis puisi lama milik budaya asli Indonesia.
Kata “pantun” berasal dari akar kata “tun” dalam bahasa Kawi (Jawa Kuno),
10
demikian, dapat disimpulkan bahwa arti kata pantun pada umumnya adalah sama
dengan aturan atau susunan. Pengertian pantun tersebut sejalan dengan pernyataan
yang disampaikan oleh seorang pengkali Budaya Melayu bernama (R.O. Winsted)
mempunyai rima dan irama, tetapi merupakan rangkaian kata yang indah untuk
penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung ide yang kreatif dan kritis
b. Ciri-ciri Pantun
Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh
diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk
puisi lama lainnya. Waridah (2014:34) Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
Contoh:
11
C. Talibun
a. Pengertian Talibun
sastra yang menyerupai pantun yang terdiri dari lebih dari empat baris yang
kesemuanya berjumlah genap, antara enam, delapan, sepuluh, dua belas, dan
seterusnya.
Seperti halnya pantun, tiap-tiap bait pada talibun terdiri atas sampiran dan isi.
Sampiran dalam talibun vergantung pada jumlah barisnya. Talibun yang dimiliki
baris enam buah, maka sampirannya adalah tiga baris pertama, sedangkan isinya
terdapat pada baris keempat, kelima dan keenam. Ini berlaku pada talibun yang
jumlah barisnya terdiri atas delapan, sepuluh, dan sebagainya. Untuk menentukan
sampiran dan isinya, jumlah barisnya dibagi dua. Kalau jumlahnya delapan,
berarti empat baris pertama sampiran dan empat baris berikutnya isi (Djamaris,
(1990:78:79).
b. Ciri-ciri Talibun
5. Tiap-tiap lariknya terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.
12
Contoh :
a) Talibun 6 baris
Agar engkau menjadi manusia yang tau adat dan budi pekerti
b) Talibun 8 baris
Niscaya balasan berat yang engkau terima dari Yang Maha Kuasa
c) Talibun 10 baris
13
Berharap malam nanti dapat menikmati daging menjangan yang guruh nan
kenyal
D. Senjang
a. Pengertian Senjang
Haris (2004:457) Senjang adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang,
Musi Banyuasin yang berisikan pesan moral, pendidikan, nasihat, adat isitiadat,
serta ajaran-ajaran agama pada masyarakat. Selain itu, daya tarik atau kekuatan
Senjang terletak pada pantun yang dinyanyikan. Pantun atau talibun tersebut
kepada audiens. Isi dari Senjang itu sendiri dapat berupa kritikan, sanjungan,
pemerintah (pemimpin) tentang pembangunan daerah atau kritik dan saran yang
14
membangun bidang mental spiritual pribadi atau kelompok masyarakat, bisa juga
empat baris, dan terkadang hingga sepuluh baris. Bait pertama adalah sampiran
dan bait kedua adalah isi. Isi dalam keseluruhan teks Senjang biasanya terdiri dari
merupakan isi senjang yang akan disampaikan, dan bagian ketiga merupakan
Senjang adalah salah bantuk media seni budaya yang menghubungkan antara
orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan
penyampian strategi ungkapan rasa gembira. Disebut senjang karena antara lagu
dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau
musik berbunyi orang yang bersenjang diam sehingga keduanya tidak pernah
bertemu.
masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin bermula di salah satu kecamatan yang ada
Jaya. Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa dan
terus ke Kecamatan Sekayu. Karena itu irama Senjang dari tiap-tiap Kecamatan
15
Contoh Senjang dari Nurlela
No Senjang Artinya
Kalu ade kate yang salah Kalau ada kata yang salah
Mintek maap ngen mintak suke Mintak maaf dengan minta rela
Kita nak mekot acara laen Kita mau ikut acara lain
b. Bentuk Senjang
Bila ditinjau dari bentuknya, Senjang tidak lain dari bentuk puisi yang
berbentuk pantun. Oleh sebab itu. Jumlah liriknya dalam satu bait selalu lebih dari
empat baris. Satu keistimewaan dari kesenian Senjang ini adalah penyajiannya
dinyanyikan dan diiringi dengan musik. Akan tetapi, ketika Penutur Senjang
16
melantunkan Senjang musik berhentu. Penutur Senjang biasanya menyanyi sambil
menari. Ia dapay membawakan Senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula
Penutur Senjang tampil berdua. Walaupun irama Senjang ini pada umumnya
menoton, tetapi juga mengajak audies terlibat sekaligus terhibur (Kesenian Musi
Banyuasin, 2011:1).
dahulu, musik pengiring Senjang adalah musik tanjidor. Tanjidor sudah nyaris
langka digunakan, tetapi penggantinya adalah musik melayu atau orgen tunggal.
spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang
dihadapinya. Akan tetapi, sekarang kepandaian Senjang serupa itu sudah sangat
Ikatan Senjang juga memiliki pola tersendiri. Sebuah Senjang biasanya terdiri
dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua
merupakan isi Senjang yang akan disampaikan. Bagian ketiga merupakan bagian
penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari Penutur Senjang.
c. Fungsi Senjang
Bila dilihat dari penampilan dan isi yang terdapat di dalam sebuah Senjang,
1. Untuk menghibur yang dapat dirasakan ketika Senjang itu akan ditampilkan.
Ini dikarenakan penampilan Senjang selalu diiringi oleh musik yang dinamis.
17
Musik dan penutur Senjang tampil secara bergantian. Sebelum bagian pembuka
ada musik. Antara bagian isi dan bagian penutup pun diselingi oleh musik.
Pada bagian akhir musik akan muncul lagi. Walaupun irama musiknya yang
kepada anak-anak, tetapi juga ditujukan kepada para remaja bahkan orang tua.
Oleh sebab itu Senjang sering dituturkan pada pesta keluarga seperti pesta
perkawinan, khitanan dan lain-lain. Pada kesempatan ini semua keluarga baik
demikian,semua usia tadi dapat mengikuti penutur Senjang itu. Pesan moral
yang dituturkan oleh Penutur Senjang dengan bernyayi sambil menari itu
3. Sebagai alat kontrol sosial dan politik. Fungsi ini terutama sekali terlihat ketika
Senjang dituturkan pada acara yang dihadiri pejabat, baik acara pemerintahan
selalu didahului dengan permohonan izin dan maaf dan diakhiri pula dengan
permohonan pamit dan maaf, serta diiringi dengan musik dan tari yang
dilakukan pesenjang, kontrol dan kritik yang disampaikan oleh pesenjang itu
Pariwisata, 2007:6—10)
18
d. Sejarah Senjang
Senjang lahir dari hasil dari kebiasaan masyarakat yang hidup didaerah Talang
mencolok mulai dari cara berbicara, adat istiadat dan juga tata cara hidup mereka
sehari-hari. Dari daerah talang senjang baru menyebar ke daerah Sekayu dan
disebutkan di dalam ini adalah daerah sungai Keruh, daerah inilah senjang
pertama kali lahir dikarnakan dilihat dari topografi daerahnya daerah sungai
Keruh merupakan daerah yang berbukit sehingga daerah sungai Keruh merupakan
daerah yang kering dan tidak adanya rawa-rawa dan juga daerah talang
merupakan daerah yang tidak di pengaruhi oleh pasang surut air sungai sehingga
daerah ini mempunyai karakteristik tanah kering dan berkerikil. Sedangkan daerah
Sekayu, Babat Toman dan sekitarnya merupakan daerah renah karena dearah ini
menyebabkan adanya kontak dagang dengan dunia luar. Ketika masyarakat asli
renah memiliki tanah yang subur mereka tidak lagi menerima budaya dari luar
yang lebih kuat sehingga senjang pun berkembang menjadi sarana berkomunikasi
antara masyarakat renah dan talang. Awalnya petama kali senjang masuk
19
lewat sistem seperti pantun sehingga masyarakat renahpun ikut bersenjang
Perlunya senjang ini sebagai salah satu wadah untuk mewarisi tradisi lisan
masyarakat Musi Banyuasin supaya dimasa depan tradisi ini terus hadir di tengah-
tengah masyarakat yang modern dan anak anak muda Musi Banyuasin
melestarikan budaya daerah yang kaya akan dengan tradisi lisan sehingga tetap
E. Moral
a. Pengertian Moral
sebagainya; akhlak budi pekerti, sulila. Moral dalam karya sastra biasanya
tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada
pembaca.
dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan
20
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu
konsep yang telah dirumuskan oleh sebuh masyarakat bagi menentukan baik atau
buruk.
moral, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang dipesankan.
Khususnya dalam Senjang, sering terdapat banyak pesan moral yang berbeda.
Nilai moral yang menjadi bahasan dalam penelitian ini mencakup ketiga
macam hubungan manusia seperti yang dikemukakan oleh Milan Rianto dalam
Hubungan manusia dengan Tuhan merupakan nilai moral yang paling hakiki
bagi setiap manusia. Setiap manusia berhak untuk menganut dan mempercayai
dapat diganggu gugat oleh individu lain selain diri pribadi orang itu sendiri.
Dalam kitab Suci Alquran, Tuhan mengajarkan “mintalah pada-Ku, maka aku
akan kabulkan. Ingatlah pada-Ku maka aku akan ingat padamu”. Jadi, berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah ibadah sehingga dikatakan bahwa orang
yang tidak pernah berdoa keapad Tuhan adalah orang sombong. Pleh karena itu,
jangan malas berdoa segala yang kita lakukan tidak ada jaminan akan terlaksana
21
dengan baik. Karena itu, kita memohon kepada Tuhan agar kita diberi kekuatan
Imam kepada Allah merupakan dasar dari segala ketakwaan. Asalkan imam
yang dimaksudkan adalah bersih dan syirik, tahayul dan bid’ah. Selama imam
kepada Allah itu masing bercampur dengan hal-hal tersebut, maka berjumlah
Imam dan perbuatan baik itu dapat dipisahkan. Jika seorang sudah dilandasi
imam dalam hatinya, maka ada takut kepada Allah. Orang dianggap beriman
apabila hatinya bergetar jika menyebut nama Allah atau mendengar nama Allah.
Setiap yang dilakukan orang beriman selalu dilandasi dengan harapan baik. Imam
kepada Allah dapat terpelihara dengan kuat menghujan jiwa jika seorang
c. Bersyukur
Allah SWT sebagai Tuhan yang Mahasa Berkuasa diseluruh alam semesta tanda
kita berterima kasih kepada-Nya yang telah memberikan rizki dan nikmatnya
d. Sabar
mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap
22
berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu
dahsyat.
keridahan Allah serta mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala apa
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dari
orang lain. Hubungan manusia dengan manusia yang lain tidak selalu selaras
a. Saling Menyayangi
Dalam hal ini islam mengajarkan agar kita saling menghormati dan saling
menyayangi yang lebih muda dan sesama saudara. Orang tua merupakan sosok
yang paling berjasa dalam kehidupan kita, mereka meruapakan orang-orang yang
b. Tolong Menolong
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendiri. Meski segalanya telah
dimiliki, harta benda yang berlimpah sehingga setiap apa yang diinginkan maka
dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi, jika sendirian tanpa orang lain yang
23
c. Memaafkan
bukan suatu kesalahan, namun memaanfkan lebih terpuji. Orang mau meminta
maaf dan mengakui kesalahan orang lain merupakan orang yang berjiwa besar.
Manusia tidak hanya memiliki konflik dengan manusia lain tetapi juga
sendiri meliputi.
a. Rasa Takut
Rasa takut adalah merupakan defence mechanism, atau mekanik bela diri.
Maksudnya ialah bahwa rasa takut timbul pada diri seseorang disebabkan adanya
kecenderungan untuk membela diri sendiri dari bahaya atau hanya perasaan yang
berlaku secara umum dan harus dihormati dan dijalankan sebagai masyarakat
yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur warga masyarakat tersebut. Dengan
pengendaian diri, tidak hanya pahala yang akan dapat diraih. Pengendalian diri ini
larangan Allah.
24
c. Rajin Bekerja dan Belajar
Dengan bekerja keras seseorang atau setiap manusia akan mendapatkan yang
diinginkan meskin dalam melakukan bersusah payah. Tidak hanya bekerja keras
yang diutamakan, tetapi juga harus diimabangi dengan rasa ikhlas. Karena dengan
tajin bekerja yang diimbangi dengan rasa ikhlas maka akan terlihat mudah.
ketidakmauan dalam belajar sama saja menolak anugerah Tuhan yang sangat khas
kepada manusia. Orang yang rajin belajar mengakui dirinya belum sempurna dan
cukup pintar dan bijak sehingga memaksa dirinya belajar dan belajar.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
yaitu metode yang digunakan untuk pendapatkan data yang mendalam, suatu data
1. Tempat Penelitian
Sumetara Selatan.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2019
26
Tabel Jadwal Pelaksanaan
Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
1 Pengajuan
judul penelitian
2 Pengumpulan data
3 Bimbingan penulisan
proposal
4 Ujian proposal
5 Menganalisis data
6 Penulisan laporan
bimbingan
7 Seminar hasil
C. Sumber Data
Kabupaten Musi Banyuasin dalam buku Bumi Serasan Sekate dan Penduduknya
27
Sumber data kajian ini dituturkan oleh narasumber Ema Handayani, S.E. yang
lama mendalami kesenian Senjang sejak di bangkuk SMA sampai sekarang. Ema
Handayani adalah sebagai pesenjang Musi Banyuasin. Sumber data yang dipilih
dianalisis untuk mengetahui nilai moral apa saja yang terdapat di dalam Senjang.
a) Studi Pustaka
b) Dokumentasi
Data yang berupa tuturan Senjang dianalisis dengan langkah pertama sebagai
berikut:
28
(2) hubungan manusia dengan manusia,
29
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Bujang
Duduk dik, duduk Duduk adik, duduk Duduk adik, duduk
(seperti adik yang
dipanggil sama kakak
untuk duduk
disamping kakak)
Sangkan katak Itulah kenapa katak Sangkan katak
ditangkap ulo ditangkap ular ditangkap ular (kata
kiasan)
Katak tido dibawah bilik katak tidur dibawah Katak tidur dibawah
pondok pondok (kata kiasan)
Sangkan kakak ngajak karena kakak ngajak Kakak ingin pertemu
basindo bertemu
Karena kakak cinto di karena kakak cinta di Karena kakak cinta
adik adik sama adik
Gadis
Ulo tido dibawah bilik Ular tidur dibawah Sang adik mengatakan
pada kakak bahwa
Katak dilembar batu Katak dilembar batu Katak dilembar batu
(kata kiasan)
Ape dipandang kepada Apa yang bisa dilihat dari Apa yang dilihat dari
adik adik adik
Adik miskin lagi piatu Adik miskin tidak ibu Adik orang miskin
tidak mempunyai
seorang ibu (karena
ibunya sudah
meninggal dunia)
Bujang
Seduduk buah seduduk Seduduk buah seduduk Seduduk buah seduduk
Buah gelinggang masak Buah gelinggang masak Dipetik buah
dipetik dipetik gelinggang yang mata
30
Kakak duduk matek Kakak duduk mata matang
berayau melihat kemana-mana Kakak duduk yang
berkhayal
Tempatku linjang tempat ku suka kepada Karena kakak suka
kepada adik adik kepada adik
Gadis
Seduduk berdaun duri seduduk berdaun duri Seduduk berdaun duri
(ada daun yang
berduri)
Batang kemayau tumbuh buah yang ada di hutang Ada buah hutang
dikarang tumbuh di batu Pohon tumbuh di batu, pohon
kemayau tumbuh kemayau tumbuh di
dikarang karang (tumbuh di
batu)
Kakak duduk piaro diri Kakak duduk merawat Kakak duduk menjaga
diri diri
Adik berdo’a siang dan Adik berdoa siang dan Adik berdoa siang dan
malam malam malam untuk kakak
Bujang
Sudah lame kitek di-ume Sudah lama kita di rumahSudah lama kita di
rumah (kakak atau
adik)
Nebang buluh jadike Memotong bambu Memotong bambu
bilah menjadi bilah (yang belah menjadi bilah (yang
kecil-kecil) dibelah menjadi kecil-
kecil)
Sudah lame kitek bakule Sudah lama kita pacaran Sudah lama menjalin
hubungan
Pacak dak pacak hendak Bisa tidak bisa pasti jadi Apapun yang terjadi
jadi tulah tulah pada hubungan
mereka, meraka tetap
mempertahankannya
Gadis
Nebang buluh jadike Potong bambu menjadi Bambu yang di potong
bilah bambu kecil kecil-kecil
Bilah dibuat daun pintu Bambu kecil dibuat daun Bambu yang disusun
pintu menjadi pintu
Kalau kakak ndak jadi Kalau kakak mau jadi Kalau itu sudah
tulah keputusan kakak
Beritahu orang tuaku Beritahu orang tuaku Beritahulah kepada
orang tuaku
31
Bujang Mau mandi takut sama Dibayangi rasa takut
Hendak mandi takut lintah
dilintah
Naik punggur dilarat Naik pongkol kayu di Usaha yang sia-sia
api bakar api
Tidak jadi takut Tidak jadi takut Rasa takut karena
disumpah disumpah sebab
Hendak urung terlanjur Dibatalkan sudah Dibatalkan sudah
janji terlanjur berjanji terlanjur janji
Gadis
Dari tebing turun Dari pinggir sungai turun Rakit adalah tempat
berakit naik rakit orang mandi yang
terbuang dari kayu
Perahu penganyo bilah Naik perahu berdayung naik perahu berdayung
bilah bilah (bambu yang di
potong kecil-kecil
Yang keseding hanya Yang berpikir hanya Kecil kemungkinan
sedikit sedikit
Tebu bakembang tak Tebu berkembang tidak Pohon tebu
jadi buah jadi buah berkembang tetapi
tidak menjadi buah
Bujang
Kalu kakak membeli Kalau kakak membeli Kalau kakak membeli
badik badik badik (kata kiasan)
Badik ade di Tanjung Badik ada di Tanjung Badik ada di Tanjung
Batu Batu Batu (Nama Desa)
Kalu kakak melamar Kalau kakak melamar Kakak siap untuk
adik adik melamar adik
Ape bae yang adik mau Apa saja yang adik mau Apa yang adik mintak
akan kakak terpenuhi
Gadis
Ding kediding tali Tali kediding tali kiding Tali yang terbuat dari
kiding kulit kayu
Tali tengkinan dibelah Tali kerangjang dibelah Tali keranjang dibuat
due dua dari kayu lalu dibagi
menjadi dua
Utang berjuta tak Hutang jutaan rupiah Hutang jutaan rupiah
kuseding tidak dihiraukan tidak di pikirkan
Asal kakak dak bini due Asal kakak tidak beristri Asal kakak jangan
dua beristri dua
32
Tabel 4.2 Teks Senjang Yusman Haris Adat Perkawinan Kabupaten Musi
Banyuasin
Senjang Bahasa Indonesia Makna dan
penjelasan
Biasanya penari Senjang itu
pada awalnya mereka
berkata:
Coba-coba ambur ke Coba-coba melempar Coba melempar
mumbang kelapa muda kelapa muda
Entahke lecak entahke Mungkin jatuh ke becek Mungkin jatuh kena
dedak atau ke jerami becek atau jerami
Coba-coba kitek besenjang Coba-coba kita Coba-coba mereka
Entah ke pacak entah idak bersenjang akan bersenjang
Entah ke urung sape tau Ada kemungkinan bisa Tidak tau bisa atau
atau tidak bisa tidak
Ada kemungkinan siapa Ada kemungkinan
tahu bisa bersenjang siapa
tau
Ada Senjang yang menyidir
orang tua yang jatuh cinta,
sebagai berikut:
Masang seruwo umpan Memasang perangkap Memasang
dedak ikan umpan serbuk kulit perangkap ikan
Kamaliang penganyo leban padi Dengan
Amon perahu berjalan terus Germecik air berdayung menggunakan
Awak perahu berjalan terus batang kayu umpan serbuk kulit
Awak tue linjang di budak Kalau perahu berjalan padi
Dak tahu kepalak melepuk terus Germecik air
uban Badan perahu berjalan berdayung di batang
Lah merebak bau kapur terus kayu
barus Orang tua suka sama Kalau perahu dan
anak-anak badan perahu
Ternyata kepala sudah berjalan terus
penuh dengan rambut Orang tua yang suka
putih sama anak-anak
Sudah semerbak bau Lupa sama umur
kapur barus yang sudah berusia
dan penuh dengan
rambut putih
Serta semerbaik bau
kapur barus
33
Ada pula Senjang yang
menyindir Pak Camat yang
hadir dalam pesta tersebut,
berbunyi:
Sangkan kami mengambil Karena kami mengambil Karena kami
petai pete mengambil pete di
Tengah jalan memongot Tengah jalan mengambil tengah jalan untuk
gamat getah gambir mengambil getah
Datang kume merumput Sampai dikebun gambir
padi merumput padi Sampai dikebun
Sangkan kami datang ke Karena kami datang merumput padi
balai kebalai Kami datang ke
Nerime rombongan bapak Menerima rombong Balai
Camat bapak Camat Untuk menerima
Serta rombongan dari gajah Serta rombongan dari rombongan Bapak
mati desa gajah mati Camat
Serta rombongan
dari Desa Gajah mati
(Nama Desa)
34
tidak tidak
Apakah tidak jadi siapa
tahu
Dusun supat menara setap Dusun supat menara Dusun supat (Nama
Melalui teluk keluar teluk setap Desa) menara setap
Beli berengkes ikan melewati anak sungai Melewati anak
sengiring keluar anak sungai sungai yang keluar
Ngambik ulam cung mude Beli berengkes ikan anak sungai
sengiring
Mengambil lalap terong
muda
Iluk nian kades supat Baik betul kades supat Baik betul Kades
Duduk bejejer pucuk kursi Duduk sejajar diatas Supat (Nama Desa)
Duduk iluk bejalan iluk kursi Duduk bejajar diatas
Dengan kumis sedap Duduk baik bejalan baik kursi
dipandang Dengan kumis sedap Dengan kumis yang
Sayang belum babine due dipandang enak di pandang
Sayang belum beristri Sayang belum
dua beristri dua
35
tidak jadi
Ada pula Senjang yang
menunjukkan harapan
kepada bapak bupati yang
hadir dalam pesta tersebut:
Anak-anak menandur
mumbang
Tahu direti mumbang ikak Anak-anak menanam Anak menanam
Ngambik banono kumah kelapa muda kelapa muda
sekolah Mengetahui arti kelapa Anak-anak memetik
Muare panjang membeli muda buah srikaya di
lanap Memetik srikaya rumah sekolah
Anak-anak kami basenjang dirumah sekolah Muara punjung
Tahu direti senjang idak Muara punjung membeli (Nama Desa)
Entah ke beno entah kesalah sirih membeli sirih
Kalu tasinggung minte maaf Anak-anak kami Anak kami
bersenjang bersenjang tidak tau
Mengetahui arti tidak arti besenjang
besenjang apakah benar atau
Apakah benar apakah salah kalau
salah tersinggung minta
Kalau tersinggung minta maaf
maaf
36
SEKATE Mohon bantuan tunjuk Semua rakyat begitu
Minta dibangun same rate bukti gembira
Kota Sekayu kota RANDIK Lambang kita Meraka yakin
Katanye rapi aman dan SERASAN SEKATE kepada Bapak
indah Mohon dibangun sama Bupati
Lambang Muba Serasan rata Tolong dilihatkan
Sekate Kota Sekayu kota Lambang
Sanga Desa kotanya dian RANDIK SERASAN
Ade Jerambah menuju Lahat Katanya rapi aman dan SEKATE
Untuk membawa hasil padi indah Untuk dibanun sama
Lambang Muba Serasan rata
Sekate Kota Sekayu kota
Sanga Desa kotanya Randik
duren Kota Randik rapi,
Ada Jembatan menuju aman dan indah
Lahat Mempunyai lambang
Untuk membawa hasil Muba Serasan
padi Sekate
Sanga Desa adalah
salah satu Desa yang
ada di Musi
Banyuasin
Di Musi Banyuasin
ada jembatan yang
menuju ke Lahat
Untuk membawa
hasil padi
37
b. Hasil Dokumentasi
38
c. Jenis dan Wujud Nilai Moral dalam Senjang Kabupaten Musi Banyuasin
Jenis moral itu sendiri dapat mencakup masalah yang boleh dikatakan, bersifat
tidak terbatas. Dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan manusia
itu sendiri dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan Tuhan,
Nurgiyantoro, 2015:441).
Hubungan manusia dengan Tuhan merupakan nilai moral yang paling hakikat
bagi setiap manusia. Setiap manusia berhak untuk menganut dan mempercayai
praktis akan selalu bertuju pada sang pencipta. Hubungan manusia dengan Tuhan
baik atau buruk kelakuan manusia akan berpengaruh pada kekuatan iman
dengan Tuhan yaitu berdoa kepada Tuhan dan iman kepada Allah.
dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Hubungan manusia dengan manusia
39
dalam hubungan manusia dengan manusia terkadang menimbulkan berbagai
Manusia tidak hanya memiliki konflik dengan manusia lain tetapi juga
memiliki konflik dengan dirinya sendiri. Nilai moral yang hubungan dengan
B. Pembahasan
a. Jenis dan Wujud Nilai Moral Dalam Senjang Kabupaten Musi Banyuasin
Menurut Nurgiyantoro (2015:429) moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
Budi pekerti, susila. Moral yang terdapat dalam karya sastra biasanya
Berdasarkan hal di atas, maka nilai-nilai moral yang terdapat dalam Senjang
40
a) Hubungan Manusia dengan Tuhan
hubungan manusia dengan tuhan yaitu: (1) berdoa kepada Tuhan, (2) iman kepada
Tuhan,
Nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang
terdapat dalam Senjang yang berupa berdoa kepada Tuhan untuk menyapaikan
doa kepada Allah. pada kutipan Senjang dalam buku Yusman Haris berikut ini.
dalam hubungan manusia dengan Tuhan menunjukan bahwa Adik berserah diri
kepada tuhan tentang siapakah jodohnya nanti, karena dia percaya kepada Tuhan
iman kepada Allah adalah Jika seorang sudah dilandasi iman dalam hatinya,
maka ada rasa takut kepada Allah. Data yang ditemukan dalam Senjang ini
41
tentang Iman kepada Allah. Seperti pada Senjang Ema dan Irsan dalam jurnal
penjelasan
Anci petang tekap etek Saat sore menangkap itik Seore menangkap itik
Etek tekap enjok beras Itik di tangkap dikasih Itik ditangkap dikasih
Enjok beras dalam reban beras beras di dalam sangkar
Rebannya reban bawah Dikasih beras dalam Ada pesan buat kakak
umah sangkar benar-banar kalau
Tetap ate kopek koyong Sangkarnya berada di bertugas
Beno-beno mon etugas bawah rumah Kuatkan hati kita untuk
Kuatkan ati tebalke iman Titip kata kakak-kakak tidak menggunakan
Mabok narkoba jangan Benar-benar kalau bertugas narkoba dan minum-
didamba Kuatkan hati tebalkan iman minuman
Mangken edop pacak Mabuk narkoba jangan Supaya hidup kita
sejahtra didamba tenang.
Supaya hidup bisa
sejahtera
Kutipan di atas merupakan penyampaian nilai moral iman kepada Allah.
Kutipan ini menjelaskan dimana pun kita bertugas maka kita harus menjaga
keimanan kita. Apa yang tahun berikan kepada umatnya itu adalah jalan terbaik
untuk kita, Karena sesungguhnya kebahagiaan orang tua ada di dunia dan di
akhirat.
42
b) Hubungan Manusia dengan Manusia
Berdasarkan hasil analisis data nilai moral dalam hubungan manusia dengan
manusia yaitu: (1) saling menyayangi, (2) tolong menolong, (3) memaafkan
1) Saling Menyayangi
Manusia diberi Tuhan rasa untuk saling menyayangi terhadap sesama manusia
penjelasan
Koyongku Joni al hebat Kakakku Joni sangat hebat Kakak joni sangat
nia Merojok anak ngangkat hebat
Merojok anak ngangkat sedekah Merojok (membuat
sedeka Mengumpulkan semua saudara acara)
Ngumpulke segalek dan keluarga Mengumpulkan
sanak keluarga Mengundang penceramah dari semua keluarga
Ngundang penceramah Palembang Mengundang
dari Lurah hadir beserta rombongan Penceramah, lurah
Palembang Pejabat camat tidak dan pejabat tidak
Lurah hadir serta ketinggalan lupa
rombongan Saudara semua yang pakai baju Saudara dikasih
Pejabat camat dak seragam baju seragam
ketinggalan Yang senjang bakal Besenjang dapat
Sanak royot baju mendapatkan nyawir sawiran
seragam (mendapatkan
Yang senjang bakal uang)
dapat saweran
Berdasarkan kutipan tersebut “koyong joni” sangat menyayangi anak-anaknya
ini adalah bukti kasih sayang orang tua dan tanggung jawab terhadap anak.
43
Bentuk nilai kasih sayang orang tua kepada anak yang digambarkan oleh kasih
2) Tolong Menolong
maupun mengingatkan satu sama lain antar manusia. Hal tersebut tolong
penjelasan
Kami betanye pade Bupati Kami bertanya kepada Mereka bertanya sama
Katenye MUBA BRUNAI Bupati Bupati
kedue Katanya MUBA BRUNAI
Katanya MUBA
Mintek dibantu kami yang ke dua
BRUNAI adalah kedua
miskin Minta ditolong kami yang
Kami sibuk petang dan miskin Meraka mintak dibantu
pagi Kami sibuk sore dan pagi
Karena meraka sibuk di
Banyak waktu kami dak Banyak waktu kami tidak
sore dan pagi
sholat sholat
Karena mencari sesuap Karena mencari sesuap Banyak waktu tidak
nasi nasi melakukan kewajiban
sholat
untuk saling tolong menolong terhadap sesama dan lingkungan sekitar sangatlah
3) Memaafkan
44
Nilai moral yang terkandung antara manusia dengan manusia terdapat dalam
45
c) Hubungan Manusia dengan Dirinya
Berdasarkan hasil analisis data nilai moral yang terkandung dalam hubungan
1) Rasa Takut
Rasa takut suatu tanggapan terhadap ancaman yang datang, hal ini terlihat
penjelasan
Sudeh lame kitek di-ume Sudah lama kita di rumah Sudah lama meraka di
Nebang buluh jadike bilah rumah
Memotong bambu menjadi
Sudah lame kitek bakule
bilah (yang belah kecil- Memotong bambu
Pacak dak pacak hendak
kecil) menjadi bilah (yang
jadi tulah
dibelah menjadi kecil-
Sudah lama kita pacaram
kecil)
Bisa tidak bisa mau jadi
Sudah lama mereka
pacaran
yang mengandungan baik buruknya suatu hal terhadap perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari karena si pria ini takut dengan hubungannya, sudah
46
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Musi Banyuasin. Senjang adalah salah satu kesenian daerah di Kota Sekayu yang
pembukaan, isi dan penutup. Pada bagian pembukaan biasanya permohonan izin,
pada bagian isi antaranya pada bait pertama dengan bait berikut seperti pantun
moral dalam syair Senjang yang meliputi (1) nilai moral dalam hubungan manusia
dengan Tuhan memiliki beberapa hal (a) berdoa kepada Tuhan, (b) iman kepada
Allah, (c) bersyukur dan sabar, (2) nilai moral dalam hubungan dengan manusia
ada (a) saling menyayangi, (b) tolong menolong, (c) memaafkan, sedangkan (3)
nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya ada (a) rasa takut.
B. Saran
akan dikemukakan mengenai beberapa saran yang terkait dengan penelitian ini.
1. Penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan teori sastra, serta
47
memperoleh suatu pengetahuan yang lebih mendalam tentang nilai-nilai moral
dalam sastra.
pada objek yang lebih luas lagi. Oleh sebab itu, perlu keterlibatan secara
48
DAFTAR PUSTAKA
Djamaris, Edwar. 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta; Balai
Pustaka.(https://dokumen.tips/documents/skripsi-kesantunan-imperatif-
pada-talibun-senjang-musi-banyuasin-nurlela.html (diunduh 13 Agustus
2019)
Haris, Yusman. 2004. Bumi Serasan Sekate Dan Pendudukan. Musi Banyuasin.
Kisworo, Marsudi W & Iwan Sofana. 2017. Menulis Karya Ilmia Penelitian,
Penulisan, Presentasi dan Publikasi Ilmiah. Bandung; Informatika.
Masruchin, Ulin Nuha, 2017. Buku Pintar Majas Pantun dan Puisi. Yogyakarta;
Huta Publisher
Rohman, Syaifur & Emzir. 2017. Teori dan Pengajaran Sastra. Depok; PT Raja
Grafindo Persada
49
Sari, Ida Dian., Tatik, Mudjiati ., dkk. 2014. Benteng Tradisi Kesehatan Bumi
Serasan Sekate. Jakarta; BALITBANGKES (Anggota IKAPI)
Suroto. 1986. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA.
Bandung; Pustaka Jaya (https://dokumen.tips/documents/skripsi-
kesantunan-imperatif-pada-talibun-senjang-musi-banyuasin-nurlela.html
(diunduh 13 Agustus 2019)
Tuloli, Nani. 1991. Tanggomo Salah Satu Ragam Sastra Lisan Gorontalo. Jakarta:
Intermasa http://repository.upi.edu/9568/5/t_bind_049537_chapter5.pdf
(diunduh 11 Mei 2019)
Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta; Bumi Aksara
50