Anda di halaman 1dari 18

BUKU PANDUAN

PERTUNJUKAN
KESENIAN

Kentrung Solokuro
---------Kesenian Daerah
Lamongan, Indonesia
1

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmairrohim, segala puji bagi
Allah

SWT

kesempatan

yang

telah

kepada

menyelesaikan

memberikan

peneliti

penelitian

untuk

terkait

dapat

kesenian

tradisional (Kentrung) di Desa Solokuro,


Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.
Tidak

lupa

terimakasih

peneliti
kepada

bersangkutan

atas

ucapkan

berbagai
segala

banyak

pihak

dukungan

yang
dan

bantuan yang senantiasa telah memberikan


banyak

sumbangsih

penelitian

ini.

penelitian

ini

dalam

Dengan
maka

keberhasilan

terselesaikannya

setidaknya

mampu

dijadikan sebagai bahan acuan dalam berbagai


studi ataupun penelitian selanjutnya.

PENDAHULUAN
Kesenian

tradisional

merupakan

kesenian yang dimiliki secara khusus oleh


masing-masing daerah dengan karakteristik
yang berbeda-beda. Seperti halnya kesenian
daerah yang terdapat di Desa Solokuro,
Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.
Jenis kesenian yang terdapat di Desa Solokuro
adalah

kesenian

Kentrung.

Kentrung

merupakan jenis kesenian tradisional yang


mudah dijumpai di berbagai wilayah di Jawa
Timur. Hampir sebagian besar wilayah Jawa
Timur memiliki kesenian tradisional ini, akan
tetapi masing-masing wilayah memiliki jenis
Kentung yang berbeda. Begitu juga dengan
Kentrung yang ada di Desa Solokuro. Kentrung

Solokuro memiliki ciri khas tersendiri yang


mampu membedakan dan mengiidentifikasikan
Kentrung Solokuro dengan kentrung-kentrung
lainnya.
Adapun pertunjukkan jenis kesenian
Kentrung ini adalah disampaikan melalui
media masyarakat tradisional pada umumnya,
yaitu secara lisan dan diwariskan secara turun
temurun serta disebarkan melalui tutur kata
dari mulut ke mulut. Kesenian Kentrung ini
diwujudkan

sebagai

masyarakat

melalui

sarana

komunikasi

simbol-simbol

yang

berisikan kritik, nasehat, dan pesan moral


dalam segala segi kehidupan yang dikemas
halus dengan bahasa daerah (Jawa). Kesenian
Kentrung tidak hanya sebatas sebuah hiburan
rakyat, melainkan juga sebagai salah satu

media dakwah dan penyampain ajaran-ajaran


kehidupan masyarakat pada umumnya.
Kentrung Solokuro dengan didalangi
oleh Bapak H. Khusaeri, selaku pemilik
sekaligus pelaku kesenian, telah lama berdiri
dan terus dikembangkan hingga saat ini.
Namun, yang menjadi perhatian tersendiri
adalah bahwa hingga saat ini belum ada calon
pewaris kesenian yang memiliki kompetensi
untuk dapat menggantikan Bapak H. Khusaeri.
Hal ini tidak lain disebabkan karena untuk
menjadi

seorang

dalang

Kentrung

diprioritaskan memiliki keterampilan dan juga


penguasaan agama yang mumpuni. Oleh
karena

menjadi

Kentrung

seorang

Solokuro

tidak

penerus
mudah,

dalang
maka

tentunnya diperlukan sebuah penjelasan yang

lebih mendalam terkait kesenian Kentrung


Solokuro dan segala hal yang berkaitan dengan
Kentrung itu sendiri.
Dengan

demikian,

dalam

rangka

menjaga dan melestarikan kearifal lokal daerah


Lamongan, terkhusus Desa Solokuro, maka
adanya buku panduan ini setidaknya mampu
memberikan gambaran mengenai kesenian
Kentrung

Solokuro

dijadikan

sebagai

dan

agaknya

pedoman

dapat

pembelajaran

selanjutnya kepada semua lapisan masyarakat


pada umumnya.

Surabaya. 04 Juni 2015


Tim Peneliti

DAFTAR ISI
Kata

Pengantar.......................................................
2
Pendahuluan ...........................................................
3
Daftar Isi .....................................................................7
A. Sejarah Dan Perkembangan ..............................
8
B. Persiapan Pementasan .....................................
10
Teknik dasar Pementasan.................................... 10
1.
2.
3.

Cerita
10
Alat
untuk
11
Atribut
12

yang
pementasan
yang

4.

disampaikan
Kentrung
dikenakan

Olah
Suara
13
C. Proses Pementasan Kentrung ..........................
14

A. SEJARAH
DAN
PERKEMBANGAN
KENTRUNG
SOLOKURO
Kentrung Solokuro didirikan oleh
bapak Khusaeri pada tahun 1991, dengan
nama asli Kentrung Sunan Drajat.
Kesenian ini Berawal dari tradisi lisan
sejak masa dakwah Sunan Drajat.
Awalnya dinamakan mocopatan, atau
tradisi membaca tembang mocopat yang
pada masa Sunan Drajat sangat digemari
masyarakat. Selanjutnya tradisi tersebut
diwariskan kepada Mbah Marko, tokoh
masyarakat dari Desa Payaman, dan

kemudian istilah mocopatan berubah


nama menjadi Kentrung. Seiring dengan
perkembangan
zaman,
keberadaan
kesenian Kentrung semakin lama semakin
kurang diminati, akibatnya adalah
kesenian ini sempat mengalami mati suri.
Setelah bertahun-tahun hilang, Kentrung
kembali muncul atas inisiatif Bapak H.
Khusaeri. Berawal dari petuah yang berisi
perintah membaca salah satu tembung
macapat (dalam hal ini adalah pangkur),
dan kemudian dikembangkan oleh Bapak
Khusaeri dengan menyesuaikan kondisi
yang ada hingga saat ini. Meskipun pada
awal berdirinya kesenian ini diberi nama
Kentrung Sunan Drajat, akan tetapi
masyarakat lebih mengenalnya dan akrab
dengan sebutan Kentrung Solokuro. Tidak
lain hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengidentifikasian bahwa
Kentrung yang dimaksud adalah Kentrung
yang terdapat di Desa Solokuro.

10

B.
PERSIAPAN
PEMENTASAN
KENTRUNG
SOLOKURO
Teknik dasar Pementasan
Seperti halnya yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa kesenian ini hanya
dimainkan oleh satu orang (dalang), yang
duduk diatas panggung kemudian
menyampaikan cerita-cerita ataupun
syair-syair tertentu. Maka sebelum
memasuki ranah pementasan, terdapat
beberapa hal yang perlu dipersiapkan,
diantaranya adalah cerita yang akan
disampaikan, alat yang akan digunakan,
dan atribut yang dikenakan.
1. Cerita yang disampaikan
Cerita yang disampaikan dalam
kesenian ini adalah bukan sembarang
cerita.
Sebelum
melaksanakan
pertunjukan, seorang dalang harus

11

mempersiapkan segala perlengkapannya


dengan matang. Cerita yang disampaikan
biasanya adalah cerita-cerita yang
berkenaan dengan kehidupan manusia,
cerita rakyat, perjuangan walisongo,
tokoh-tokoh islam, babad tanah jawa dan
legenda daerah. Tema-tema tersebut
dipilih oleh dalang berdasarkan konteks
masyarakat yang menjadi sasarannya. Jika
kentrung ditampilkan dalam acara
kedaerahan,
maka
cerita
yang
disampaikan bertemakan legenda-legenda
daerah. Ketika kentrung ditampilkan
dalam acara hajatan, seperti Waimatul
Ursy, maka cerita yang disampaikan
berisikan pembahasan mengenai
kiat
membangun rumah tangga yang bahagia,
adab suami istri, adab menantu dan
mertua, dan begitu pun seterusnya.
2. Alat untuk pementasan Kentrung
Setelah menyiapkan cerita yang
akan disampaikan, maka selanjutnya
adalah menyiapkan alat yang akan

12

digunakan untuk pementasan. Seperti di


awal disebutkan bahwa kesenian ini
adalah kesenian yang dimainkan dengan
iringan musik rebana, yang ditabuh oleh
dalang sendiri atau dengan bantuan orang
lain. Maka sebelum pementasan dimulai,
seorang dalang harus mempersiapkan
alat-alat yang akan dipergunakannya.
Adapun alat-alat tersebut adalah dua buah
rebana.
3. Atribut yang dikenakan
Dalam pementasannya, atribut
yang dikenakan seorang dalang ketika
memainkan kesenenian ini adalah
disesuaikan berdasarkan acara yang
sedang berlangsung. Seperti halnya
pakaian berwarna merah dipakai pada saat
acara Haul, sedangkan warna putih
dipakai pada saat acara khitanan,
pernikahan dan hari jadi Kota serta pada
acara-acara Kedaerahan lainnya. Karena
dalam setiap pemakaiannya memiliki
maksud dan tujuan tersendiri, yang mana

13

menyesuaikan dengan kondisi


kesenian Kentrung itu dimainkan.

saat

4. Olah Suara
Sebelum
mementaskan
kesenian ini sang dalang terlebih dahulu
mempersiapkan kondisi suaranya melalui
latihan pernapasan. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapat kualitas suara yang
bagus, karena tanpa kualitas suara yang
bagus maka dapat mempengaruhi proses
penyampaian cerita. Sudah menjadi
sebuah kelayakan tersendiri bahwa
sebelum pementasan dimulai, sang dalang
terlebih dahulu mempersiapkannya.

14

C. Proses
Pementasan
Kentrung
Solokuro
Setelah segala persiapan telah
dipenuhi, Kentrung Solokuro siap
dipentaskan. Hal selanjutnya yang akan
dilakukan dalang dalam pertunjukan ini
tidak jauh berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh para kiyai atau ustadz saat
ceramah (dakwah) di depan masyarakat.
Yaitu pertama memberi salam, menyapa
warga, mengawali dengan cerita yang
akrab dengan warga, dan mengajak
berdoa untuk kepentingan dan kebaikian
masyarakat.
Posisi
dalang
saat
menampilkan adalah duduk bersila dan
memegang dua buah rebana yang ditabuh
dengan irama yang sesuai dengan
pergerakan lidah.
Dalang
Untuk
Kentrung,

menjadi seorang dalang


diperlukan
keterampilan

15

bercerita yang baik. Pertama kali yang


harus dilakukan adalah melatih lidah
untuk bercerita kepada orang lain. Selain
itu,
juga
diperlukan
kemampuan
ngelawak sebagai media penghibur
masyarakat. Untuk melatih itu semua,
dapat juga menggunakan cerita-cerita
wayang, cerita-cerita daerah dan lain
sebagainya yang kemudian disisipkan
lelucon-lelucon yang berkaitan dengan
masyarakat dan cerita tersebut. Setelah
menyiapkan hal-hal diatas sang dalang
menyampaikan cerita-cerita yang sudah
dipersipakan
sebelumnya,
dalam
penyampaianya sang dalang harus
menggunakan bahasa yang jelas, mudah
dimengerti dan menarik perhatian
penontonnya. Sang dalang tidak hanya
menyampaikan cerita yang bersifat
monoton
dan
membuat
bosan
penikmatnya, melainkan sesekali harus
memberikan lelucon pada para penonton
agar tidak jenuh. Maka sebelum

16

pementasan, sang dalang juga perlu


mempersiapkan hal-hal yang bersifat
humor agar para penonton yang
menyaksikannya tidak jenuh. Di samping
itu, pengetahuan dan penguasaan dalam
hal agama dan kebangsaan, juga menjadi
prioritas dalam diri seorang dalang. Hal
tersebut diutamakan karena dalam setiap
ajaran yang disampaikannya memiliki
keterkaitan diantara keduanya.

17

18

Anda mungkin juga menyukai