Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
ASAL USUL DEWI SEKARDADU

Guru Pembimbing : Fetty Latifatul F, S.Pd

Penyusun
Nama : HULIANSYAH
Kelas : XII-TBSM

SMK “NAHDLATUL ULAMA 2” KEDUNGPRING


Secretariat: komplek pompes baitur rohman Jl. Pramuka No. 03 Blawirejo
Kec. Kedungpring Tlp. 085852794111 Pos 62272 Lamongan
Email : smknu2kedungpring@yahoo.com
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alkhamdulilahi rabbil ngalamin , dengan mengucap puja dan puji syukur kehadirat ALLAH
SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan MAKALAH ini dengan tepat waktu. Harapan kami bagi para pembaca semoga makalah
ini dapat dimanfaat kan bagi mereka untuk menambah wawasan dalam belajar. Dan tak lupa kami ucap
kan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proosal ini
Kami menyadari sepenuh nya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak sekali
kekurangan dan kekhilafan , oleh karena itu kami mohon maaf agar para pembaca memberikan kritik
dan saran yang sifat nya membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.

Kedungpring, Maret 2021

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. Lokasi Makam Dewi Sekardadu............................................................................................2

B. Sejarah Asal Usul Dewi Sekardadu.......................................................................................2

C. Gambaran Tokoh Dewi Sekardadu........................................................................................4


BAB III PENUTUP...........................................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan pada umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta, rasa
dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam
sekelilingnya. Alam ini disamping memberikan fasilitas yang indah, juga menghadirkan
tantangan yang harus diatasi. Manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat dalam
alam kebendaan. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan
kesadaran dan cita-citanya.Agama selalu menempati posisi yang sangat strategis dalam
sejarah peradaban manusia, bahkan tidak jarang agama menjadi salah satu penggerak
sejarah. Fowler mengartikan religion sebagai kumpulan tradisi kumulatif dimana semua
pengalaman religius dari masa lampau dipadatkan dan diendapkan ke dalam seluruh
sistem bentuk ekspresi tradisional yang bersifat kebudayaan dan lembaga.
Sistem bentuk ekspresi tersebut meliputi seluruh simbol, upacara, peranan dan
cara hidup yang senantiasa harus direfleksikan dan dihidupkan. Dengan demikian religi
atau sistem keagamaan merupakan sarana perwujudan kepercayaan yang bersifat
tradisional dan terikat erat pada faktor-faktor historis, sosial, ekonomi politik dan budaya.
Seringkali kehidupan suatu komunitas atau kelompok masyarakat membentuk
karakter pola kehidupannya sesuai dengan figur tokoh di dalam komunitas tersebut.
Namun terdapat banyak tradisi yang mereka ciptakan sendiri untuk melakukan suatu
penghormatan terhadap tokoh yang mereka anggap mulia.Salah satu contoh yang saya
temukan disini adalah salah seorang tokoh wanita yang merupakan salah satu dari ibu
kandung wali songo (sembilan) yaitu Dewi Sekar Dadu ibunda Sunan Giri
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Sejarah Bangsa Indonesia. Maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Dimanakah Lokasi Makam Dewi Sekardadu?

2. Bagaimana Sejarah Asal Usul Dewi Sekardadu?

3. Bagaimana Gambaran Tokoh Dewi Sekardadu?


C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makala ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus.Tujuan umum adalah untuk memenuhi tugas ujian praktek mata
pelajaran Sejarah Indonesia dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
1. Dimanakah Lokasi Makam Dewi Sekardadu?

2. Bagaimana Sejarah Asal Usul Dewi Sekardadu?

1
3. Bagaimana Gambaran Tokoh Dewi Sekardadu?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lokasi Makam Dewi Sekardadu

Selain sosok para sunan yang berperan dalam penyebaran ajaran Islam, di
Lamongan ada sosok wanita yang punya peran cukup penting. Ialah Dewi Sekardadu, ibu
kandung Sunan Giri, tokoh Walisongo yang bertugas menyebarkan ajaran Islam di
Gresik, Jawa Timur.

Dewi Sekardadu dipersunting Syekh Maulana Ishaq dan melahirkan putra, Raden
Paku (nama kecil Sunan Giri).

Makam Dewi Sekardadu ini memang tidak cukup dikenal karena Sunan Giri
sendiri dimakamkan di Gresik. Kompleks makamnya juga sangat sederhana, luas
bangunannya sekitar 64 meter dengan bangunan joglo bercat putih dan keramik warna
serupa.

Meski tidak setenar anaknya, Dewi Sekardadu punya cerita tersendiri. Nama
aslinya Dewi Atikah, anak dari Raja Minak Sembuyu, Penguasa Blambangan.

Di makam Dewi Sekardadu di Lamongan, pada hari-hari biasa terlihat cukup sepi.
Jika sedang tidak ada pengunjung, yang menonjol hanya bangunan bercat putih dengan
lantai keramik putih. Makam Dewi Sekardadu berada di Desa Gondang, Kecamatan
Sugio, Lamongan.

B. Sejarah Asal Usul Dewi Sekardadu

Salah satu tempat bersejarah di Lamongan adalah makam ibu Dewi Sekardadu
(Mbok Rondo Gondang), beliau adalah ibu kandung dari Sunan Giri (nama aslinya
Muhammad Ainul Yakin). Oh iya guys, memang ada beberapa versi cerita yang
mengisahkan tentang sejarah Dewi Sekardadu sehingga makamnyapun ada juga di
Sidoarjo.

Berawal dari Kerajaan Blambangan di bawah pimpinan Raja Minyak Senguru


yang sedang dilanda sebuah musibah. Putri cantik raja yang bernama Dewi Sekardadu,
mengidap penyakit ganas yang sulit untuk disembuhkan. Meski imbalannya cukup
menggiurkan, yakni jika yang bisa menyembuhkannya itu lelaki akan dinikahkan dengan
putri cantik tersebut, dan apabila perempuan akan dijadikan saudaranya, tetapi tidak ada
seorang tabib pun yang bisa mengobati Dewi Sekardadu.

3
Sekian banyak tabib yang mencoba telah gagal menyembuhkan Putri cantika
tersebut, Hingga akhirnya datang seseorang yang bernama Maulana Ishaq dari Lempo
(Aceh). Sebelum Maulana Ishaq mengobati Dewi Sekardadu, ia memberikan syarat
kepada sang Raja. Ia ingin seluruh Kerajaan Blambangan mengikuti agama yang
dianutnya, yaitu agama Islam. Raja yang ingin anaknya segera sembuh mengiyakan saja
syarat itu. Dewi Sekardadu pun sembuh dan seperti janji raja, Maulana Ishaq menikah
dengan putrinya itu dan kerajaan menganut agama islam.

Sekitar dua tahun berselang, Dewi Sekardadu kini hamil 4 bulan. Saat itu sang raja
ingin mengusir Maulana Ishaq dari kerajaan karena rasa setengah hatinya menjadi muslim
menjadi penyebabnya. Merasa tidak bisa melanjutkan syiar sebebas dulu lagi, Maulana
Ishaq pamit meninggalkan kerajaan untuk melanjutkan syiar agamanya ke arah timur.

Setelah usia kandungan Dewi Sekardadu 19 bulan 9 hari, Iapun melahirkan


seorang anak laki-laki. Saat itu di wilayah Blambangan sedang gempar-gemparnya
pembunuhan bayi laki-laki yang dilakukan oleh kerajaan. Ini merupakan muslihat sang
raja agar tidak ada keturunan dari Maulana Ishaq yang mewarisi tahta kerajaan. Agar
tidak dibunuh, Dewi Sekardadu meminta pembantu kerajaan untuk menghanyutkan
bayinya. Setelah 15 tahun berlalu, Dewi Sekardadu pergi meninggalkan kerajaan untuk
mencari suaminya Maulana Ishaq dan anaknya yang telah dihanyutkan. Selain itu, ia juga
tidak mau dinikahkan dengan anak Mahapati makanya ia pergi dari kerajaan.  Dewi
Sekardadu berangkat ditemani dua orang pembantu dari kerajaan.

Dari sinilah mulai muncul beberapa versi cerita yang mengisahkan perjalanan
Dewi Sekardadu. Salah satunya adalah bayi dari Sekardadu itu dihanyutkan ke laut dan
terdampar di pantai Gresik lalu dipungut dan dirawat oleh warga sekitar. Dewi Sekardadu
yang pergi mencarinya meninggal, dan jasadnya terdampar di pantai Buduran, Sidoarjo,
lalu dimakamkan disana. Inilah cerita yang diyakini banyak orang bahwa makam Dewi
Sekardadu berada di Sidoarjo.

Sedangkan versi cerita dalam buku dongeng yang disimpan oleh juru kunci
makam Dewi Sekardadu di Lamongan, menceritakan rombongan Dewi Sekardadu
berjalan menuju ke Gresik hingga sampai di Desa Dagang dan berhasil bertemu dengan
anaknya yang sudah beranjak dewasa dan kini memiliki nama Joko Samudra yang kelak
akan menjadi Sunan Giri.

Setelah bertemu dengan anaknya di Desa Dagang, rombongan Dewi Sekardadu


melanjutkan perjalanan mencari Maulana Ishaq ke arah barat melewati hutan penuh
gelagah (saat ini bernama Desa Glagah). Kebetulan hutan tersebut dekat dengan tempat
tinggal Mbah Lamong (tokoh yang kelak namanya diabadikan menjadi nama kota
Lamongan) Sehingga tempat tinggal Mbah Lamong diberi nama Desa Deket.
4
Perjalanan Dewi Sekardadu dilanjutkan, kali ini rombongan sampai di hutan
kelapa yang sangat singit. Singit merupakan bahasa jawa, yang artinya keramat (saat ini
bernama Desa Keramat).

Setelah rombongan Dewi Sekardadu keluar dari hutan kelapa, mereka melewati
hutan kembang. Kembang, yang berarti bunga (saat ini bernama Desa Bungah). Beranjak
dari sana, rombongan itu tersesat, mereka hanya berputar-putar di suatu tempat dan tak
bisa menemukan jalan keluar. Sekarang tempat ini bernama Desa Puter, Kembangbahu.
Mereka mencoba peruntungan ke arah barat tapi hanya menemui jalan buntu, mereka
dihadang oleh sebuah gunung besar. Tempat mereka mentok ini sekarang bernama Desa
Mantup. Merasa bingung, rombongan naik ke atas gunung dan beristirahat.

Setelah cukup beristirahat, rombongan ini kembali melanjutkan perjalanannya.


Kali ini mereka berhenti di daerah bekas Kerajaan Jonggolok. Dewi Sekardadu yang
merupakan putri Raja Blambangan dan seorang yang dermawan, dianggap sebagai orang
yang berderajat oleh penduduk sekitar. Daerah ini sekarang bernama Desa Deket Agung,
artinya dekat dengan orang yang berderajat.

Dari sana, Dewi Sekardadu dan rombongannya melanjutkan perjalanannya pergi


ke arah utara sungai besar. Di tempat ini Dewi Sekardadu dijuluki Mbok Rondo Gondang.
Mbok dalam bahasa jawa biasa digunakan untuk sapaan ibu. Rondo artinya janda,
meskipun sebenarnya Dewi Sekardadu memiliki suami, namun karena mereka terpisah,
maka orang sekitar tetap menyebut Dewi Sekardadu rondo. Sedangkan gondang artinya
terusir, mungkin penduduk sekitar mengira bahwa Dewi Sekardadu pergi jauh
meninggalkan Kerajaan Blambangan karena telah diusir. Istilah terakhir ini juga yang
diabadikan sebagai nama desa tempat tinggal Dewi Sekardadu ini, yakni Desa Gondang.

Tak lama tinggal di sana, Dewi Sekardadu pun meninggal dunia. Ia dimakamkan
di Desa Gondang, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan. Sekitar 1 km sebelah timur
Wisata Waduk Gondang, bersebelahan dengan Masjid.

C. Gambaran Tokoh Dewi Sekardadu

Selama ini cerita-cerita seputar Dewi Sekardadu terekam dalam tradisi lisan
sedangkan dalam tradisi tulis jarang ditemukan. Selain Sunyoto (2016), pembahasan
tentang ibu Sunan Giri tersebut bergantung pada sumber-sumber lisan. Selain itu,
pembahasan ihwal wabah dalam hubungannya dengan cerita tersebut juga terbatas
untuk tidak dikatakan tidak ada. Padahal Dewi Sekardadu sangat masyhur dalam naskah
kuno.

5
Dalam situasi kiwari, ihwal wabah menjadi relevan dan penting. Dewi
Sekardadu merupakan memori kolektif yang terekam dalam babad atau kronik
Jawa. Terdapat pelbagai versi cerita yang berbeda dalam menempatkan wabah
dalam alur cerita, yang kemudian berimplikasi logis terhadap relasi kuasa-
pengetahuan, asal-usul, sekaligus makna yang terkandung di dalamnya.

Dalam narasi Jawa posisi Dewi Sekardadu tergolong kontradiktif. Di satu sisi,
cerita tersebut ambigu dan marginal. Namun di sisi lain cerita puteri Blambangan
tersebut tidak bisa diabaikan karena berpotensi menjadi pusat narasi. Sepintas lalu Dewi
Sekardadu tampak selalu menjadi sampiran, baik dalam versi lisan dan tulisan. Posisi
Dewi Sekardadu selalu termarginalkan karena relasinya dengan suami, Maulana Ishak,
dan anaknya, Sunan Giri. Dalam kesejarahan penyebaran Islam di Jawa, Maulana Ishak
(sering disebut Syekh Wali Lanang) merupakan generasi awal penyebar Islam Jawa,
semasa dengan Sunan Ampel. Jika Sunan Ampel menetap di Surabaya, Maulana Ishak
selalu berpindah-pindah. Sedangkan anaknya, Sunan Giri merupakan salah satu
Walisongo yang menjadi raja dan ahli agama di Giri, Gresik. Kedua tokoh tersebut
menjadi sosok sentral dalam narasi Jawa.

Dalam beberapa situs, Dewi Sekardadu mandiri sebagai sebuah bangun


pengisahan. Secara kesejarahan, kehadiran Dewi Sekardadu penting karena sosoknya
merupakan jembatan peralihan dua masa yang dialami Jawa. Sebagai perempuan Jawa,
yang selama ini dipandang subordinat, ia menjadi sentral yang tidak dapat diabaikan. Ia
dianggap sebagai sosok sakral, yang melahirkan Sunan Giri, tokoh religius dan masyhur
dalam konstruksi sejarah dan kultural Jawa. Legenda Dewi Sekardadu terekam dalam
pelbagai khazanah Jawa, mulai Babad Tanah Jawa, Babad Walisana, Serat Centhini,
hingga babad dari tanah Blambangan, yaitu Babad Notodiningratan.

Cerita Dewi Sekardadu memiliki unsur- unsur pembentuk cerita yang hampir
sama antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, terdapat alur baku dalam
penceritaannya, meskipun varian yang membedakan antara satu dengan lainnya. Salah
satunya, masing- masing versi memiliki aksentuasi yang berbeda terkait wabah. Wabah
dalam cerita Dewi Sekardadu berbeda pula sesuai dengan versinya. Versi tersebut
tergantung pada babad/kronik atau khazanah yang memuatnya. Wabah dalam cerita Dewi
Sekardadu memiliki relasi dengan lakuan tokoh dan jalan cerita Dewi Sekardadu.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam sejarah Makam Dewi Sekardadu yang ada di Desa Gondang Lor, Sugio
terdapat masa perkembangan agama islam di Kerajaan Blambangan.

Sejarah Makam Dewi Sekardadu yang ada Di desa Gondang Lor berjalan sejak
sekian abad yang lalu, dengan berbagai cara dan bertahap. Karena sejarah perjuangan
Dewi Sekardadu dalam mencari suami dan anaknya sejak berabad-abad yang lalu itu
panjang sekali, maka perlulah diterapkan tonggak-tonggak tersebut.

Cerita Dewi Sekardadu terdapat dalam beberapa serat, babad atau kronik
Jawa, meskipun posisinya bukan sebagai cerita utama. Cerita Dewi Sekardadu selalu
bertaut dengan cerita tentang Maulana Ishak atau Syekh Wali Lanang dan Sunan Giri.
Selain itu, hampir semua cerita Dewi Sekardadu selalu menyebut wabah yang menimpa
Blambangan. Antara Dewi Sekardadu dan wabah menempati posisi kontradiktif. Pada
satu sisi, ceritanya marginal, disepelekan dan bukan yang utama, tetapi di sisi lain
posisinya amatlah penting. Dewi Sekardadu merupakan sosok yang tak dapat diabaikan
dalam ritus hidup Maulana Ishak dan Sunan Giri.

B. SARAN

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia harus kita pertahankan, sebagai generasi


muda Indonesia selayaknya kita mempertahankan hasil perjuangan ini melalui cara yang
sesuai dengan bidang yang kita geluti.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://megilanlamongan.blogspot.com/2018/11/menelusuri-makam-dewi-sekardadu-di.html
http://lamongantourism.com/makam-dewi-sekardadu/
http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html
http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html

Anda mungkin juga menyukai