Anda di halaman 1dari 4

PERJUANGAN RA KARTINI

By
Dina fahira Affandi
-
MAY 6, 2019
0
6598

Raden Adjeng Kartini adalah anak perempuan dari seorang patih yang kemudian
diangkat jadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Puteri bupati
tersebut dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita
dan pria di Indonesia

Awal perjuangan Kartini itu dimulai sejak ia berusia 12 tahun. Ia dilarang


melanjutkan studinya setelah sebelumnya bersekolah di Europese Lagere School
(ELS) dimana ia bisa belajar bahasa Belanda.

Nah, larangan buat mengejar cita-citanya bersekolah yang muncul dari keluarganya
serta berita tentang kemajuan wanita-wanita di Eropa inilah yang menyulut hatinya
untuk memperjuangkan hak wanita di Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan.

Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini oleh bangsa Indonesia.
Tanggal tersebut merupakan tanggal lahir R.A. Kartini, pahlawan nasional yang
berjuang untuk emansipasi wanita. Meskipun terlahir dari keluarga bangsawan,
namun R.A. Kartini rela berkorban dan berjuang untuk kaum wanita. Itulah yang
membuat pemerintah Indonesia memberi penghargaan kepada Kartini.

RA Kartini memiliki semboyan Habis Gelap Terbitlah Terang yang berarti setelah ada
kesulitan, pasti ada jalan atau kemudahan. Seperti kesulitan kaum wanita pada zaman
dahulu. Mereka diperlakuan sebelah mata, direnggut hak untuk mengenyam
pendidikan, dipaksa menjalani pernikahan di usia belia, dan hanya diperbolehkan
untuk tinggal di rumah mengurus anak.

Kesulitan dan ketidakadilan tersebut membuat R.A. Kartini berjuang untuk


menyamakan hak antara kaum wanita dengan kaum laki – laki, salah satunya dalam
hal pendidikan. Ia berusaha mengajarkan cara membaca dan menulis bagi kaum
wanita dari usia anak – anak hingga dewasa.
Meskipun banyak yang menentang usahanya, R.A. Kartini tidak pernah patah
semangat. Akhirnya perjuangan bangsawan perempuan itu membuahkan hasil yang
dapat kita rasakan hingga saat ini, yaitu persamaan hak antara kaum wanita dan laki –
laki.
1. Kapitan Pattimura

Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi. Pattimura
pada masa kecilnya bernama Thomas Matulessy.

2. Sejarah perlawanan rakyat Ambon melawan VOC yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura.

Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. pada tahun 1816 Inggris bertekuk lutut
kepda Belanda. Pada tahun 1817 Belanda datang kembali yang mendapat tantangan keras dari raky
Maluku. Dikarenakan kondisi politik, ekonomi, dan hubungan dengan masyarakat yang buruk selama
kurang lebih dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit melawan dengan mengangkat senjata di pimpin
oleh Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura sebaagai pemimpin mengatur strategi perang bersama para
pendukungnya. Sebagai pemimpin Pattimura berhasil bekerjasama dengan raja-raja dan patih dalam
melaksanakan memimpin rakyat, pemerintahan, menyediakan pangan, mengatur pendidikan, dan
membangun benteng-benteng pertahanan. Dalam perjuangan melawan Belanda Pattimura juga berhasil
menggalang persatuan dan kerjasama dengan kerajaan Ternate dan Tidore, kerajaan-kerjaan Bali,
Sulawesi dan Jawa. Perang melawan kolonila Belanda oleh Pattimura dan rakyat Maluku hanya dapat
dihentikan oleh Belanda dengan caara tipu muslihat, politik adu domba, dan bumi hangus. Di wilayah
Saparua, Pattimura dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan kepada Belanda. Pattimura pun
dinobatkan dengan gelar Kapitan Pattimura.

Pada 16 Mei 1817, terjadi pertempuran yang sengit. Rakyat Saparua dipimpin oleh Kapitan Pattimura
berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas,
termasuk Residen Van den Berg. Bantuan pasukan Belanda yang dikirim untuk merebut kembali benteng
Duurstede juga berhasil dihancurkan oleh pasukan Kapitan Pattimura. Selama tiga bulan benteng
Duurstede dikuasai pasukan pimpinan Kapitan Patimura . Namun, Belanda tidak mau menyerahkan
begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan
pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura
akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Kapitan Pattimura bersama beberapa anggota pasukannya ditangkap pasukan Belanda disebuah rumah
di daerah Siri Sori lalu dibawa ke Ambon. Di Ambon Pattimura dibujuk agar bersedia bekerjasama
dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada
tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Atas kegigihan dan perjuangan dalam memperjuangkan
kemerdekaan, Kapitan Pattimura oleh pemerintah Republik Indonesia nobatkan sebagai “Pahlawan
Perjuangan Kemerdekaan”.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14666226#readmore


PERJUANGAN TUANKU IMAM BONJOL DALAM MELAWAN BANGSA BELANDA

Imam Bonjol berasal dari Sumatera Barat. dengan nama asli Peto Syarif. Beliau memimpin Kaum Paderi
berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan dan melawan penjajah Belanda.

Ia melihat perlakuan Bangsa Belanda yang bertindak secara sewenang-wenang terhadap rakyat
Sumatera Barat, Belanda bahkan melakukan politik adu domba untuk mendekati kaum Adat.

Belanda menganggap kaum Paderi di bawah pimpinan Imam Bonj sangat berbahaya bagi mereka,
sehingga berlangsunglah perang Paderi (1821-1827)

Setelah perang Diponegoro usai, seluruh tentara Belanda dikerahkan ke Sumatera Barat untuk
bertempur melawan pasukan Imam Bonjol. Pada pertempuran tersebut, Belanda berhasil merebut
daerah Bonjol.

Melihat hal tersebut, kaum Adat dan Paderi bersatu melawan Belanda, yang menyebabkan Belanda
kewalahan. Kaum Paderi pun berhasil merebut Bonjol kembali.

Pada 28 Okt 1837, Imam Bonjol diundang Residen Francis untuk berunding di Palupuh. Namun, itu
hanya jebakan belaka Belanda. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat, lalu ke Ambon
dan berakhir di Lotak, Minahasa hingga wafatnya pada 6 November 1864.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/15347411#readmore

Anda mungkin juga menyukai