Anda di halaman 1dari 4

Hikayat Patani

Pada suatu hari, di kota Mahligai hiduplah seorang raja bernama Paya Tu Kerub
Mahajana. Ia memiliki seorang putra bernama Paya Tu Antara. Beberapa lama kemudian, Paya
Tu Kerub Mahajana wafat. Tahta kerajaan lalu diwariskan Paya Tu Antara. Lalu Paya Tu Antara
mengganti namanya menjadi Paya Tu Naqpa.

Paya Tu Naqpa adalah raja yang suka berburu. Suatu hari ia mendengar bahwa daerah
tepi laut mempunyai banyak hewan untuk diburu. Lalu Paya Tu Naqpa memanggil prajuritnya
untuk berkumpul.

“Aku dengar bahwa daerah di tepi laut itu memiliki banyak hewan untuk diburu,” kata
sang raja.

“Benar Tuanku, saya pun juga mendengar hal tersebut,” jawab sang patih.

"Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita, esok hari kita pergi berburu ke tepi
laut itu,” perintah sang raja.

Keesokan harinya, raja beserta prajurit dan rakyatnya pergi ke tempat berburu itu. Setelah
sampai, mereka mendirikan tenda untuk berkemah.

"Baiklah esok pagi-pagi kita berburu," titah baginda.

Keesokan harinya raja, prajurit dan rakyatnya pergi pergi berburu. Namun, dari pagi
hingga petang raja, prajurit dan rakyatnya tidak memperoleh satu hewan pun. Maka raja pun
heran. Lalu, dilepaskannya anjing perburuan untuk mencari hewan untuk diburu. Dua jam pun
berlalu, tiba-tiba si anjing menyalak.

“Apa yang disalak oleh anjing itu?” kata raja.

“Maaf raja, ada seekor rusa putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya cerah,
itulah yang disalak anjing, tetapi rusa itu hilang, berlari ke suatu daerah,” kata prajurit.
Rombongan raja pun berusaha mengejar tetapi rusa yang dicari tak kunjung ditemukan.
Setelah berjalan cukup jauh, sang raja menemukan rumah sepasang suami istri. Sang raja
bertanya darimana asal rusa tersebut. Si suami menjawab bahwa rusa tersebut berasal dari daerah
ini. Lalu sang raja bertanya

“Siapa nama kau?” tanya sang raja.

“Nama saya adalah Encik Tani” jawab si suami itu.

Lalu raja berniat untuk memerintahkan rakyat di kota Mahligai untuk pindah ke daerah di
tempat rusa itu tinggal. Mereka pindah ke negri tersebut selama dua bulan lamanya. Negri itu
pun dinamakan Patani Darussalam yang artinya negri yang sejahtera.

Beberapa tahun kemudian, sang raja, Paya Tu Naqpa memiliki 3 anak, yang pertama
bernama Kerub Picai Paina, yang kedua bernama Tunku Mahajai, dan yang ketiga bernama
Mahacai Pailang.

Bertahun-tahun lamanya Paya Tu Naqpa bertahta, sampai akhirnya datanglah penyakit


berat yang menyerangnya. Raja memanggil para tabib untuk mengobatinya, tetapi tidak ada
satupun yang dapat mengobati penyakit itu. Lalu sang raja mengadakan sayembara untuk seluruh
penjuru negri.

“Barangsiapa yang dapat mengobati penyakit raja, maka ia akan diangkat sebagai
menantu,” bunyi sayembara itu.

Berhari-hari raja menunggu orang yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Kemudian


datanglah Syekh Sa’id, orang yang dapat megobati raja.

“Aku akan mengobati sang raja, tetapi aku tidak mau menjadi menantu raja. Jikalau raja
sembuh, aku ingin raja memeluk agama Islam,” kata Syekh Sa’id.

Lalu sang raja pun berjanji, jika ia sembuh, ia akan memeluk agama Islam. Tujuh hari
lamanya sang raja diobati oleh Syekh Sa’id, penyakitnya pun sembuh. Tetapi sang raja
mengingkari janjinya, ia tidak mau masuk Islam. Syekh Sa’id pun pulang ke negri asalnya.
Dua tahun berlalu, penyakit sang raja dating kembali. Sang raja lalu memanggil Syekh
Sa’id untuk mengobati penyakitnya.

“Aku berjanji, jika aku sembuh dari penyakit ini, aku akan masuk Islam,” janji sang raja
dengan tegas.

“Peganglah janjimu, tuan. Jika kau masih mengingkari janji itu, aku tidak akan
mengobatimu,” jawab Syekh Sa’id.

Setelah beberapa hari diobati, raja pun sembuh. Namun, sang raja tetap mengingkari
janjinya, ia tidak mau masuk Islam.

Setahun kemudian, penyakit raja dating lagi, bahkan kali ini lebih parah. Lalu raja
kembali memanggil Syekh Sa’id untuk mengobatinya. Tetapi Syekh Sa’id tidak mau.

“Aku tidak mau mengobati kau jika kau tidak bersungguh-sungguh dengan janjimu,” kata
Syekh Sa’id kepada raja.

“Obatilah penyakitku sekali lagi, maka setelah sembuh aku akan langsung masuk Islam,”
kata sang raja.

Lalu sang raja pun sembuh. Paya Tu Naqpa langsung meminta Syekh Sa’id untuk
mengajarkan masuk Islam. Sang raja diajarkan untuk mengucapkan kalimat syahadat.

“Asyhadu an la illâha illallâh, wa asyhaduanna Muhammadan rasulullâh,” ucap raja.

Maka resmilah raja masuk Islam. Lalu Syekh Sa’id mengganti nama raja yang semula
bernama Paya Tu Naqpa, menjadi Sultan Isma'il Syah Zillullah Fil'alam. Nama ketiga anak sang
raja pun juga diganti oleh Syekh Said. Putra pertama raja diganti namanya menjadi Sultan
Mudhaffar Syah, yang tengah perempuan dinamainya Sitti Aisyah, dan yang bungsu laki-laki
dinamainya Sultan Manzur Syah.

Lalu raja menghadiahkan ribuan emas dank ain-kain yang indah kepada Syekh Sa’id.
Namun, Syekh Sa’id menolaknya, ia hanya ingin pulang ke negri asalnya. Akhir cerita, para
rakyat berbondong-bondong masuk Islam dan Patani Darussalam pun hidup sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai