Anda di halaman 1dari 4

Larung

Siti Nurlaela

Novel Larung karya Ayu Utami awal cerita yaitu tahun 1989 yang
mengisahkan seorang tokoh yang bernama Larung Lanang yang ingin membunuh
neneknya. Neneknya adalah orang yang mampu melihat aura yang menyaksikan
kekuasaan bukan dari diri manusia melainkan dari alam ghaib yang syirik.
Kekuataannya jauh lebih berat daripada timbangannya. Sesorang yang mampu
melihat aura akan bisa menyaksikan prana hitam di sekililingnya. Pada akhirnya
lama – lama larung tahu bahwa neneknya seharusnya suah lama mati. Tubuh
neneknya dipenuhi susuk, hati nya berisi japa – japa, kata – katanya menyakiti,
dan pikirannya hanya mantra. Neneknya bernama Anjani. Dulu, neneknya wanita
yang kuat, cerewet, dan pongah. Ia luar biasa berani dan tak pernah merasa salah.
Pada suatu hari larung mencari rahasia neneknya, lalu didapatinya2 album dan
bundle kertas dalam sebuah boks kardus yang telah dilakban seperti sesuatu yang
hendak dilupakan. Dilihatnya potret – potret kuno dengan tepi putih yang
bergerigi, wanita berkebaya serta tuan – tuan bercelana kamprang, pasfoto
dengan senyum yang memperlihatkan gigi, tetapi hanya ada 3 buah foto nenekku,
dan di bawahnya pada tepi putih, tercantum sebuah nama, yaitu : Adnjani. Sejak
itulah Larung mengetahui nama neneknya. Lalu Larung berusaha bekerja sendiri.
Pada album kedua Larung menemukan foto neneknya bersama temannya pada
halaman terakhir album tersebut. Temannya bernama Suprihatin.
Setelah melihat foto tersebut Larung pun mencari tahu tentang keberadaan
kawan neneknya yang beralamat di kaki Gunung Watuangkara. Larung
sebenarnya tidak terburu – buru memburu alamat kawan neneknya, karena ia
berharap sakit neneknya makin parah dan ia mati sendiri sementara itu. Larung
bukanlah orang yang percaya dengan takhayul, tetapi ia dapat merasakan aroma
khas dari neneknya yang tak luntur oleh hujan. Pada awalnya ia hadir sebagi
kapur mentol, ia juga datang dari lemari, lantai kamar mandi, dan mengiringi
perjalanannya melalui jalan – jalan semak menanjak. Dari jauh Larung melihat
pepohonan karet dalam hutan, hijau yang kebiruan, dan awan yang diam. Lalu
masuklah ia kedalamnya, ke sebuah perkampungan yang jarang dan kabut masih
sering lewat. Rumah itu terletak dua meter lebih tinggi daripada jalan, dari sumur
belakang seseorang keluar dari samping ditemuinya Ibu Suprihatin.
Wanita ini adalah pawing. Ia seorang dukun dengan ilmu yang amat tinggi.
Menahan hujan hanyalah salah satu kemampuannya, ia menguasai ilmu kelabu,
yaitu semacam campuran dari sinar hitam dan sihir putih. Tapi kenapa wanita itu
membiarkan hujan menyusuhkannya. Larung khawatir jika wanita itu tidak setuju
dengan keputusan Larung yang ingin menyelesaikan hidup neneknya. Setelah ia
mendapat petunjuk dari Ibu Suprihatin ia diberi cupu enam buah jumlahnya. Lalu
Larung pulang membawa cupu tadi di kantong di lehernya, disusunnya lah
keenam cupu tersebut ke dada neneknya, beberapa menit kemudian cupu itu
bekerja dan neneknya meninggal. Setelah neneknya meninggalkan dunia, Larung
mencoba mengeluarkan susuk – susuk yang dipakai neneknya pada masa
hidupnya. Ia mulai membedah perut neneknya, tetapi tidak ditemukannya barang
tersebut lalu dia beranjak pindah ke bagian kepala, ia berfikir susuk – susuk itu
terdapat dibalik kulit kepala. Namun ia tidak mendapatkan benda – benda sihir
itu, setelah ia mengacak – ngacak tubuh neneknya. Dimakamkan neneknya di
kebun belakang, dekat sumur pompa. Setelah selesai dengan segara Larung
membersihkan semuanya, ia memasukkan sprei ke dalam mesin cuci dan air
limbahnya begitu merah dan baunya tidak segar.
Cerita kemudian beralih ke tahun 1996, saat Cok, Yasmin, Dan Laila
berencana untuk menengok sahabat mereka bersama Shakuntala yang akan
tampil dalam pertunjukkan kesenian kolaborasi seniman Indonesia-Amerika.
Shakuntala tinggal di Newyork dan berprofesi sebagai penari. Yasmin yang
bekerja sebagai pengacara serta aktifis hidup manusia dan sudah menikah dengan
Lukas yang ingin bertemu Saman di Newyork, kekasihnya yang tinggal di
Amerika dan pernah menjadi buron di Indonesia karna dituduh sebagai dalam
kerusuhan di Medan. Saman adalah mantan frater pembimbing retret Cok,
Yasmin, Laila, dan Shakuntala saat masih SMP. Saman sendiri adalah kekasihnya
Yasmin yang dahulu dikejar – kejar oleh Laila. Saman kini menjadi aktivis, sama
dengan Yasmin, pengacara sekaligus aktivis. Dan Cok mempunyai rekan kerja
yang pernah besetubuh sebelumnya dengan dirinya, namun cowok yang ia taksir
ini sudah mempunyai istri. Cok memanggilnya “Kucing berspatu Lars” yaitu
nama aslinya Rusdyan Wardhana, karena tentara, tentunya ia bersepatu Lars. Cok
bertemu kucing bersepatu lars ini di sebuah pesta pariwisata di Medan. Cok
adalah wanita yang bosanan ketika berkencan dengan satu pria saja, tetapi ia akan
setia dengan cowok yang bersamanya saat ini. Laila yang bekerja sebagai
fotografer ingin bercumbu dengan Sihar, kekasihnya yang sudah beristri dan
kebetulan sedang ditugaskan di Amerika, sedangkan Cok datang ke Amerika
hanya untuk main – main.
Ketika Laila ingin menemui Sihar di Newyork, telefon milik Sihar selalu
diangkat istrinya. Dengan sigap Cok menjawab dengan meminta bantuan Saman
untuk mengajak Sihar makan. Laila pun terkejut mendengar bahwa Saman orang
yang ia cintai dulu berada di Newyork juga. Yasmin pun menjelaskan bahwa
sebenarnya tak ada yang boleh tahu Saman berada di Newyork, sebab di
Indonesia dia adalah buron, sedangkan Yasmin dan Cok membantunya keluar
negeri dengan paspor dan identitas baru untuk mengkelabui KBRI.
Laila merasa janggal karena dua lelaki yang ia taksir keduanya pada negeri
yang sama.
Newyork, Juni 1996. Shakuntala merasa dalam dirinya hadir dalam laki –
laki dan perempuan. Ia mempunyai kakak laki – laki yang ganjil karena ia bias
menyuruh bagian – bagian tubuhnya seperti seorang komandan. Sedangkan
Shakuntala adalah kebalikannya, keputusan – keputusannya diperintah oleh
dorongan tubuh untuk menari. Tepat pada 1977 kakaknya itu tepat 18 tahun dan
berhasil membelikan dirinya sendiri sebuah sepeda motor Suzuki GT 300 cc.
Selulus SMA, ia memutuskan untuk mengelilingi pulau Jawa dengan
motor barunya, namun dengan kecepatan puncak ia meninggal. Motornya
menabrak truk tentara di kompleks ABRI di Serang. Lalu cerita ini dilanjutkan
oleh Laila yang tak mau melupakan Sihar.
Pada suatu hari Laila sedang pergi mencari konter yang menjul cairan
pencuci lensa yang tak dapat ditemukan di Indonesia, dengan sigap Yasmin, Cok,
dan Shakuntala mengadakan diskusi tentang percintaan Laila dan Sihar. Apakah
Sihar mencintai Laila? Apakah Sihar harus mencintai Laila? Apakah Laila
bodoh? Haruskah kebahagiaan mempunyai alasan yang jelas? Setelah Yasmin
dan juga Cok pergi, entah apa yang Laila dan Tala lakukan. Mereka menari
bersama, Tala berusaha menghibur Laila. Mereka bercinta?
New York, 25 Juli 1996. Saman sedang disibukkan dengan email-email
yang datang kepadanya, email dari Yasmin, email dari Larung. Email-email yang
mengisahkan tentang keadaan di Indonesia pada saat itu yang mungkin telah
berbeda ketika Saman masih berada di Indonesia. Ia begitu kaget dengan keadaan
yang ada di Indonesia. Ia merasa mengeluh, merasa tertinggal, tapi juga mengeluh
karena suasana di Indonesia yang semakin represif. Ia pun mulai memeriksa
surat-surat. Suatu malam ia bermimpi aneh, bermimpi tentang kejadian yang
kurang mengenakan pada Yasmin. Yasmin berada di mulut Komodo, sepasang
tungkai Yasmin tersisa, lemas, sedikit kotor oleh darah, menyembul dari
moncong seekor komodo besar. Dan Saman pun akhirnya mengerti bahwa
monster yang memakan kekasihnya itu adalah Larung@komodo. Ternyata
Larung itu Komodo.
New York, 5 Agustus 1996. Hari kesepuluh sejak penyerbuan, juga sejak
mimpi itu. Saman mendapatkan surat dari Yasmin. Yasmin berkata bahwa dirinya
dan yang lainnya menyembunyikan tiga aktivis yang sedang diburu militer.
Mereka dituduh mendalangi kerusuhan 27 Juli, bersama PRD. Mereka dijerat
pasal Subversi. Padahal mereka adalah anggota Solidarlit (Solidaritas pada Wong
Alit). Mereka memperjuangkan buruh dan pembantu rumah tangga. Mereka
adalah Wayan Togog, Bilung dan juga Koba. Yasmin simpati dengan hal itu,
makanya ia bersama dengan yang lainnya memutuskan untuk melarikan merek
ke luar Indonesia secepatnya. Yasmin dan yang lainnya sudah merancang
perjalanan dan membutuhkan satu orang yang sudah berada di luar negeri, yaitu
Saman yang barangkali bersedia. Perjalanan di dalam negeri akan dikerjakan oleh
Larung.
Selat Phillip, 12 Agustus 1996. Saman dan Anson sedang menjalankan
misi itu. Misi untuk melarikan anggota Solidarlit ke luar ndonesia. Perjalanan
mengarungi dareah perairan dengan disertai perbuatan pencurian yang dilakukan
oleh Anson. Hingga akhirnya mereka sampai di Pulau Mapur, Indonesia pada
pukul 5:10. Saman begitu senang ketika ia sampai di tanah Indonesia setelah
sekitar dua tahun ia meninggalkan tanag negaranya itu. Namun di tanah itu ia
tidak akan pulang, ia tidak akan menemui Yasmin namun ia akan melarikan
Wayan Togog. Ia selalu diserang dengan perkataan yang santai oleh Larungketika
ia membantah atau tidak satu argumen dengan Larung. Wayan Togog
menganggap bahwa Larung adalah seorang intel.
Dalam usaha pelarian tiga aktivis tersebut, yaitu Bilung, Koba, dan Wayan
Togog, mereka dibantu Anson bin Argani, petani karet yang suka pasangan
seksual, namun kemudian menjadi penjahat dan bajak Laut karena pernah
dipenjara akibat kerusuhan di Medan. Anson sendiri adalah adik angkat Saman
ketika masih menjadi pendeta di Medan, dalam pelarian tersebut ada sebuah kapal
yang menangkap mereka. Mereka dilarikan di perahu yang berbeda yang
membuat mereka terpisah dengan Wayan Togog, Bilung, dan Koba. Larung terus
di introgasi tetapi ia tetap diam dan akhirnya Larung mati di tembak kemudian
Saman.

Anda mungkin juga menyukai