Anda di halaman 1dari 17

Kekasihku Diseberang Sana

Karya : Imam Hamzah

Pemain:
Abdul (Pengusaha, usia 34 tahun).
Sulas (Istri abdu, usia 32 tahun).
Suci (Putri dari sulas dan abdul, usia anak SMA).
Gila (Tetangga)
Perempuan Tua (kakaknya bagus).
Onah (karyawan 2).
Ucup (karyawan 3).
Mbul (karyawan 1).
Orang misterius
Polisi

Waktu mau memasuki subuh. Suasana masih hening-heningnya. Terlihat disaamping


rumah hanya ada seorang laki-laki yang dekil tak pernah mandi dan biasa orang disana
menyebutnya si gila. Dia terlihat sedang berbaring sambil memikirkan sesuatu. Tiba saja
seorang perempuan tua datang menghampiri si gila tersebut.
P. Tua : bagaimana kabarmu ?
Gila : (hanya terdiam)
P. Tua : ini makanlah dulu.
Gila : (hanya terdiam sambil melihat perempuan tua yang menghampirinya)
P. Tua : kau nampak makin kurus. (dengan rasa kasihan).
Gila : (tetap diam).
P. Tua : Pulanglah.
Gila : (tidak menjawab).
P.tua : sudah 20 tahun kamu berdiam disini.
Gila : (hanya terdiam).
P. Tua : Cukupkan saja semuanya sekarang.
Gila : (dengan nada sendu si gila pun berkata) tidak usah menghkawatirkanku.

1
P. Tua : kenapa berkata seperti itu ?.
Gila : (ia hanya terdiam.)
P. Tua : dengarlah baik-baik. Cara yang kamu lakukan ini sudah terlalu berlebihan. Setiap hari
kerjaanmu hanya melihat ke dalam rumah itu, Dan setiap kali pula matamu menatap
ke dalamnya, selalu ada derita yang kamu keluarkan. Dan itu kamu lakukan selama
20 tahun !
Gila : tidak usah membahas berapa lama sebuah penderitaan yang aku alami. Engkau tidak
tau apa yang aku rasakan disini.
P. Tua : aku lebih tau dari siapapun karena aku kakakmu
Gila : jangan jadikan dirimu tuhan yang maha tau
P. Tua : jangan terlalu kejam terhadap prempuan tua seperti saya.
Gila : kejam hanya bagi mereka yang tidak berterima. Apakah dari tadi engkau tidak kejam
terhadap saya?
P. Tua : Tidakkah kamu melihat orang-orang di sini ? Mereka semua memanggilmu si gila.Apa
kamu tidak malu pada dirimu sendiri ?
Gila : tidak usah berlebihan seperti itu. Ini adalah kemauan yang saya pilih.
P. Tua : ya kemauan. Asal kamu tau, semua orang mempunyai kemaunya masing-masing.
Tapi terkadang kemauan itulah yang membuat seseorang lupa pada dirinya.
Gila : lupa hanya bagi mereka yang tidak pernah ingat. Dan sampai sekarang aku masih
mengingat semuanya, menyimpannya dalam sebuah kemauan meski harus kulupakan
diriku sendiri.
P. Tua : kamu ini sangat keras kepala. Sampai kapan hidupmu akan seperti ini ? menyerahlah,
hidupmu kini macam binatang saja !
Gila : biarlah aku seperti binatang, tidak usah di pedulikan.
P. Tua : tidak usah di pedulikan ?.
Gila : ya.
P. Tua : Cukupkan sampai disini kataku. Semuanya akan sia-sia, pulanglah !
Gila : tidak usah perdulikan aku dan tidak usag mengurus urusan ku. Terlebih kau tau apa
akan cinta ini. Dan sampai saat nanti kau beranggapan sama seperti org lain. Kau
menganggapku gila. Padahal aku memang gila (tertawa)
P. Tua : baiklah jika itu jawabanmu. Jika ada keinginan dalam hatimu untuk pulang, lekaslah,
jangan membuang waktu disini sebagai seorang pecundang bahkan sampai
sekarangpun aku masih mengingatmu. Apakah kau meyakini apa yang kau tuju
sekarang akan tercapai?
Gila : (hanya terdiam sambil menghela nafas panjang). Hanya tuhan yg menjawabnya

2
Perempuan tua itu pun pergi. Terdengar suara si gila bernyanyi dengan nada yaang
kecil.... Setelah itu terlihat seorang laki-laki keluar dari rumah. Ia menggunakan baju
kemeja dan celana panjang rapi dan duduk di kursi. Terlihat ia sedang menunggu
seseorang.
Abdul : kenapa lama benar mereka datang !. Padahal sudah jam segini, dasar pemalas. Giliran
meminta gaji cepat sekaali datangnya, pas giliran seperti ini, lama benar macam
keledai. Awas saja nanti, gajinya pasti akan kupotong. (Setelah terdiam suamipun
memanggil istrinya). Las, sulaassss.
Sulas : iya mas.
Abdul : ambilkan aku catatan di atas meja.
Sulas : iya tunggu sebantar.
Abdul : jangan lupa buatkan aku kopi juga.
Sulas : iya.
Abdul : (setelah menunggu sulaspun belum juga datang). Sulass apa yang kau kerjakan
didalam sana ? Kenapa lama benar ? (Sulaspun keluar membawa rokok dan kopi.).
kenapa lama sekali ?
Sulas : maaf mas, airnya tadi belum panas. Makanya lama.
Abdul : kenapa tidak masak air dari semalam dan kau taruh didalam termos ?
Sulas : lupa mas.
Abdul : lupa ? Sudah tahu setiap hari aku tidak bisa jauh dari kopi. Kau seharusnya
menyiapkannya dari semalam. Sekarang alasanmu lupa ? Kau lupa apa benar-benar
tidak mau mengurusiku hah?
Sulas : bukan begitu mas. Aku benar-benar lupa. Lagian tidak hanya satu yang aaku kerjakan
di rumah ini. Mas kan tau.
Abdul : apa ? Hahaha dasar. Kerjaanmu kan cuma mengurus rumah saja. Sekarang kau bilang
tidak hanya itu yang aku kerjakan ?. Bilang saja kalau kau memang muali bosan
mengurusiku kan ?
Sulas : astaga mas. Jangan terlalu beranggapan seperti itu kepadaku. Aku benar-benar lupa.
Abdul : aaaahh katakan saja bahwa itu memang benar. Aku mulai muak mendengar seribu
alasan yang keluar dari mulutmu itu !
Sulas : jangan berkata seperti itu kepadaku. Selama ini aku selalu mencoba menjadi apa yang
mas inginkan. Beginilah begitulah tapi tetap saja semuanya tidaak pernah benar di
matamu.
Abdul : kalau kerjaanmu benar ya tetap akan benar. Jelas-jelas kerjaanmu itu tidak pernah
becus.

3
Kemudian datanglah oraang-orang yang dari tadi ditunggu oleh suaminya sulas.
Mbul : assalamu’alaikum
Suami dan istri : wa’alaikumussalam
Suami : kau masuk saja (kepada sulas). Kenapa lama sekali kalian datang (sambil menyalakan
rokok).
Mbul : maaf bos. Tadi di toko kerjaan yang belum selesai.
Abdul : apa yang belum selesai ?.
Ucup : di tokooo.
Abdul : aahh. Dengar Aku mempekerjakan kalian itu bukan untuk santai-santai.
Mbul : maaf bos. Barang-barang yang di pesan kemarin tadi betul sampainya, dan itu harus
kami sortir. Makanya kami terlambat datang kesini.
Abdul : sekarang sudah kalian sortir semua?
Onah : ohhh.... sudah lah bos.
Abdul : bagus. Oh ya, bagaimana perkembangan toko ?
Ucup : lumayan bos.
Abdul : loh kok lumayan ?.
Ucup : ya lumayan bos.
Abdul : kenapa bisa sampai lumayan ?. Apa ada kesulitan ? Atau apa ?
Mbul : tidak ada si bos. Tapi sekarang toko kita mulai jarang ada yang datang untuk belanja.
Abdul : kenapa bisa begitu ? (Dengan nada terheran).
Ucup : Karena sekarang orang-orang lebih sering ke tokonya pak Ja’uh.
Suami : si ja’uh ?. Kenapa bisa ?
Onah : begini bos. Kata orang-orang harga beras, minyak, rokok, segala sesuatu di toko kita
itu terlalu mahal.
Ucup : benar bos. Saya juga setuju sih onah. Harga di toko kita terlalu mahal. Wajar saja
orang-orang ke tokonya pak Ja’uh. Masa beras saja harganya 30 ribu. Iya kan nah?
Onah : iya cup. (keduanya tertawa)
Mbul : eh... jangan berkata seperti itu nanti bos marah.
Abdul : ah sudah-sudah. Pokoknya aku tidak mau tau. Toko itu harus rame lagi. Bagaimana
pun caranya.
Onah : bagaimana pun bos ?
Abdul : bagaiman pun.

4
Ucup : baiklah bos kalau begitu...
Abdul : awas saja kalau toko tidak rame. Kalian tidak pernaah mendapatkan gaji !!
Onah : haaahh. Wah wah jangan begitu dong bos. Kemarin gaji kami di potong. Nah sekarag
masa tidak di kasih gaji. Bisa makan batu anak istri dirumah.
Abdul : makan tiang sekalian saya tidak perduli.
Ucup : wah kalau begini caranya bisa berabe nah.
Onah : aahh matilah kita cup.
Mbul : eh, cup, nah.
Abdul : sudah-sudah. Persetan dengan kalian, harga, dan gaji juga. Pokoknya saya tidak mau
tau apapun alasan kalian. Toko kita harus rame !!!
Mbul : baik bos.
Abdul : apa yang kalian tunggu ?
Onah : ee begini bos. Kan pas tadi kami kesini naik cidomo nah uang kami habis tadi buat
bayar cidomo. Jadi tidak ada uang lagi.
Abdul : terus kalian mau apa ?
Ucup : m m m m minta ongkos dong bos
Abdul : oh ongkos ?
Ucup : eee iya bos ongkos
Abdul : tunggu sebentar ya (masuk ke dalam rumah)
Ucup : aaassyyiiaapp ssannttuyy......wah nah, tumben benar bos kita baik itu hatinya
Onah : iya cup. Mimpi apa dia ya.
Ucup : mungkin kesurupan nah hahahaha
Onah : bisa jadi cup. Bayangkan orang yang paling pelit di negeri ini tiba-tiba menjadi baik...
lluuuaaaarrr biaaasss cup
Ucup : luaaaaarr biasa nah maanteepp
Mbul : Cup Nah (sambil mengedipkan mata)
Onah : apa sih kamu mbul. Eh cup seemoga saja bos kita tiap hari kesurupan ya.
Ucup : ammmiiinn ya alllah
Mbul : onah, ucup. Itu itu.... (langsung pergi diam-diam).
Ucup : apa sih mbul. Laah wooy kenapa pergi ?. Aaah dasar si gembul, uang kok di tolak.
Abdul : eheem. (sambil membawa golok)
Ucup : innaillahiwainnailahirajiun.

5
Abdul : apa ? Jadi mau minta ongkos ?
Onah : ah tidak bos lebih baik kami jalan kaki saja. Biar sehat. Ia kan cup ?
Ucup : ia nah. Lebih baik jalan kaki saja.
Onah : cup... hitung mundur
Ucup : 3 2 1. Llaaaarrriiiiii naaahhhh (onah berlari duluan).......tunggggu naaah
Abdul : dasar pekerja tidak tau diri, sudah tau toko mulai sepi, malah minta uang.

Para pekerja itu pun pergi. Sementara itu si gila tetap saja melihat ke dalam rumah.
Sedang abdul sibuk memikirkan masalah tokonya yang tidak ada perkembangan.l
Abdul : kenapa bisa toko si Ja’uh bisa lebih ramai dari toko saya sekarang. Padahal dulu tidak
seperti ini. Aaahh masa masalah harga di jadikan alasan. Atu mungkin si Ja’uh
menggunakan jampi-jampi ?. Waah ini tidak bisa di biarkan. Sepertinya aku sendiri
harus turun tangan. Bagaimanapun caranya toko si Ja’uh harus hancur. Awas saja
kamu ja’uh berani-beraninya bersaing denganku. Rupanya kamu belum tau siapa si
Abdul orang paling kaya di kampung ini.

Setelah itu si abdul pun pun pergi tanpa berfikir lagi. Sedang si gila mulai bernyanyi
dengan suara yang kecil, memperhatikan ke dalam rumah. Keluarlah suci anaknya sulas
dengan membawa sebuah buku dan si gila memperhatikannya... tiba-tiba sulaspun
keluar..
Sulas : baca buku apa nak ?
Suci : buku puisi bu. Buku ini sangat bagus lho bu. Aku mendapatkannya di perpustakaan.
Dan ketika aku membacanya aku terbawa suasana.
Sulas : puisinya siapa.
Suci : Sapardi bu.
Sulas : sapardi djoko damono ?
Suci : iya, kenapa bu ? Sepertinya ibu tau. Atau.... (Melihat wajah sulas yang terdiam)
Sulas : ah ? Tidak apa-anak nak.
Anak : coba lihat bu. Di bagian ini aku sangat suka membacanya. maukah ibu
mendengarkanku membacanya ? dengkarkan ya bu (membaca puisi).
Sulas : ah ?

Suci pun mulai membaca puisi aku, sedang sulas terdiam, air matanya menetes karena
teringat sesuatu.
Suci : kenapa ibu menangis ?

6
Sulas : tidak ada. Ibu mau masuk ke dalam dulu.

Sulas pun masuk ke dalam rumah. Suci pun mengejar ibunya namun tertahan karena
mendengar suara si gila yang mengulang puisi aku dengan nada yang sendu.
Gila : aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat di ucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan isyarat yang tak sempat di sampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya
tiada.
Suci : (suci hanya terdiam memandang si gila dengan rasa heran).
Gila : sudah 20 tahun aku berada disini. Mengabdikan rasa yang tak sempat di abadikan.
Waktu tidak terasa cepatnya. Hari berganti bulan pun terganti. Waktu berlalu. Kenapa
aku bisa seperti ini. Kenapa pula tuhan menghukumku dengan cara seperti ini. Sudah
sangat lama aku menantikam sebuah cahaya di seberang jalan. Namun tak kunjung
datang karena gelap terlalu pekat. Aku teringat ketika kami sedang duduk di
perpustakaan. Membuka selembar puisi dan kami membacanya. Gelak tawa bahagia
akan cinta terasa. 6 tahun lamanya kami menjalin cinta. Di bangun oleh air mata.
Setiap detik yang terlewati adalah saksi kesetiaan akan cinta yang kami perjuangkan.
Setiap waktu yang terlewati pula merupakan bukti dari segala yang kami perjuangkan.
Suci : apa ? (Mendekati si sgila)
Gila : ya, kata orang cinta adalah sebuah petaka yang menakutkan. Sebab jika salah jalan
semua akan terasa seperti engkau terbawa oleh arus tanpa sedikitpun bisa berenang.
Suci : cinta adalah sebuah petaka ? Arus yang menakutkan ? Apa yang sedang kamu
bicarakan ?
Gila : mungkin takdir yang terlalu kejam atau mungkin sebuah pilihan yang terlalu
membunuh. Apakah kita bisa mengulang kembali semuanya ?
Suci : mengulang ? Apa yang akan di ulang ?
Gila : bagiku, engkau adalah sebuah kejahatan. Menanamkan rindu. Dan menyiksa tanpa
bekas-bekas luka. Ya kau jadi rindu itu sebagai penyiksaan tanpa bekas-bekas luka.
Suci : apa yang sedang kamu bicarakan ?
Gila : dia sudah menjadi milik orang lain.
Suci : siapa itu ?
Gila : sewaktu ia akan pergi. Ia berkata “ kita telah menjadi sepasang kekasih yang akan
selalu saling mencintai. Berjanjilah cinta kita akan tetap sama”. dan ia pun pergi entah
kemana.
Suci : kenapa ia pergi ? Apakah kalian sudah tidak saling mencintai?

7
Gila : aku mencarinya, tapi tak kutemukan. Akhirnya kuputus asaan datang dalam hatiku.
Dunia yang telah terbangun oleh cinta selama 6 tahun lamanya hancur oleh sebuah
kata perpisahan dari mulutnya yang kejam ! ( meneteskan air mata )
Suci : aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan ?
Gila : siapa yang harus kupersalahkan? . Padahal sekarang kita hidup dalam kedekatan yang
teramat. Tapi mengapa terasa jauh. Sangat jauh. Tembok itu telah memisahkan kita. (
ia pun kembali tertidur ke tempatnya sambil meneteskan air mata).
Suci : kenapa menangis ? Apa yang sebenarnya terjadi ?
Gila : (hanya terdiam dan memeluk tubuhnya tak mengucapkan sepatah kata lagi).
Suci : cinta itu malapetaka. Sebuah kejahatan. Rindu yang menyiksa tanpa bekas. Tembok
pemisah. Apa yang sebenarnya dari tadi ucapkan orang gila. Kenapa dia berbicara
tentang cinta ?. Kenapa dia menangis ?. Kenapa dia begitu keliahatan terluka ?.

Datanglah suaminya sulas dengan muka kesal dan penuh dengan amarah.
Suci : pak, bapak kenapa ?
Abdul : tidak apa-apa.
Suci : boleh suci bertanya pak ?
Abdul : iya apa ?
Suci : apakah cinta itu sebuah penyiksaan ?
Abdul : kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu ?
Suci : aku hanya ingin tahu. Apakah benar cinta itu adalah sebuah penyiksaan. Bahkan
sebuah kejahatan yang teramat
Abdul : kamu ini masih kecil tapi bahasamu seperti orang dewasa saja.
Suci : ya kan hanya ingin tau pak.
Abdul : ya sudah.
Suci : lah terus jawabannya apa pak ?
Abdul : baik. Begini jadinya. Cinta itu adalah sebuah anugrah dari tuhan. Jadi segala sesuatu
yang diberikan oleh tuhan terlebih itu cinta tidak ada penyiksaan.
Suci : terus kenapa orang sampai-sampai tidak mengenal dirinya karena cinta ?
Abdul : itu karena mereka sendiri.
Suci : berarti bukan cinta yang kejam?
Abdul : ya bukan. Ah sudah jangan bahas masalah cinta-cinta. Bikin puising saja.
Suci : lah kok pusing pak ?

8
Abdul : ya pusing. Dari pada ngomong cinta, lebih baik sekarang kamu masuk ke dalam terus
belajar.
Suci : terus kenapa bapak pusing ngomong masalah cinta. Berarti bapak dulu pernah...
Abdul : kamu ini banyak tanya. Sudah masuk ke dalam sana!. (Suci pun masuk ke dalam).
Kenapa anak itu membahas masalah cinta. Kesambet jin apa dia itu. (Menyalakan
rokok kemudian terdiam). Cinta ya ? Ternyata lucu juga mendengar si suci ngomong
masalah cinta. Iya memang benar cinta itu adalah penyiksaan. Terlebih bagiku adalah
sebuah kekecewaan. (Terdengar suara panggilan dari luar abdul pun tersadar.)
Orang misterius : booss
Abdul : siapa ? Ah, bagaimana?
Orang misterius : sudah bos. Rencana yg bos inginkan sudah sy laksanakan sesuai dengan apa
yg bos minta.
Abdul : bagus. Tidak ada yang melihat kan ?
Orang misterius : aman, tidak ada seorangpun yang melihat bos.
Abdul : baguss. Ini buat kamu. Nah sekarang kamu pergi dari kampung ini. Jangan sampai
ada orang yang tau dan sesuai kesepakatan kita seandainya ada yg tau jangan pernah
melibatkan ku. Ingat itu !!
Orang misterius : baik bos. Jadi jika bos ada masalah lagi yg sekiranya bayarannya sesuai beri
tahu kami bos. Kalau begitu saya pergi dulu.
Abdul : iya cepat. Ingat jangan sampai ada yang melihat. (tertawa dengan girang).. sekarang
tidak akan ada lagi yang menjadi sainganku.

Sulaspun keluar dari rumah karena mendengar abdul berbicara sama seseorang.
Sulas : ngomong sama siapa mas ?
Abdul : tidak ada.
Sulas : tadi saya mendengar mas ngomong.
Abdul : iya, tadi aku ngomong sama si gila.
Sulas : hah ? Mas ngomong apa ?
Abdul : Tidak penting.

Ketika abdul dan istrinya sedang ngobrol datanglah para pekerja dengan gupuh
nafasnya terengah karena kelihatan dia berlari menuju rumah abdul.
Ucup : bosssss
Abdul : ada apa ?

9
Mbul : ada kabar bos.
Onah : betul bos. Kabar baik dan buruk.
Sulas : kabar baik dan kabar buruk ?
Ucup : betul nyonya.
Abdul : baik buruknya apa ?
Onah : mau baik dulu apa buruk dulu bos?
Abdul : kamu maunya apa ? Mau parang atau mau di hajar ?
Ucup : anu bos. Tokonya pak ja’uh
Sulas : tokonya kenapa ?
Onah : tokonya terbakar nyonya.
Sulas : innalillahiwainnailahirajiun. Kenapa bisa ?
Abdul : hah, tokonya si ja’uh terbakar ?
Mbul : betul bos.
Abdul : alhamdulillah
Mbul : lah kok alhamdulillah bos ?
Abdul : ya karena sekarang tidak ada lagi yang menjadi sainganku.
Ucup : astaga bos. Bisa-bisanya berkata seperti itu. Apa dulu pas sekolah tidak pernah di
ajarkan prikemanusiaan ?
Mbul : eh cup.
Ucup : apa ?
Mbul : Bos kan tidak pernah sekolah.
Ucup : oooh pantes.
Abdul : apa kamu bilang ?. Oh sekarang sudah berani sama saya ya ?
Ucup : a a a maaf bos bukan begitu.
Abdul : aaah setan. Eh cup, dengar, dengan terbakarnya toko pak ja’uh otomatis toko kita akan
ramai lagi nanti sebab tidak akan ada saingan. Paham kamu ?
Ucup : oh betul juga bos..
Abdul : makanya alhamdu....
Ucup, Onah dan mbul : lillah
Sulas : mas tidak boleh berkata seperti itu. Tidak baik.
Abdul : aaah sudah diam saja kamu. Katakan yang baiknya apa ?

10
Mbul : seperti yang bos bilang tadi toko kita mulai ramai lagi gara-gara tokonya pak ja’uh
terbakar. Rata-rata sekarang orang-orang itu belanja di toko kita.
Abdul : apa aku bilang. Betul kan ?
Ucup : betuuull bos. Ya sudah kalau begitu kami balik ke toko dulu.
Abdul : ya sana.
Mbul : mari bos. Assalamualaikum
Sulas & abdul : waalaikumsalam.
Suci : mas tidak boleh berkata seperti tadi.
Abdul : kamu mulai lagi !
Suci : bukan begitu. Tapi tidak baik mas. Seharusnya kita mendoakan semoga pak ja’uh bias
tabah dalam menghadapi ujiannya.
Abdul : alah kamu ini mulai ceramah. Jadi saja ustazah. Jangan jadi istriku
Sulas : lah kok mas berkata seperti itu. Kan maksud sulas baik.
Abdul : aaaah persetan dengan maksud baikmu. Kalau tidak tahu apa-apa diam saja.
Sulas : kenapa mas begitu kasar terhadap saya ? Kenapa selalu saja mas marahi saya ?
Abdul : fikir saja sendiri
Sulas : Dari awal kita memabngun sebuah rumah tangga. Mas tidak pernah halus mengahadpi
saya. Apa sebenarnya yang saya perbuat sampai mas seperti ini ?
Abdul : apa yang telah kamu perbuat ? Hahahha memangnya kamu tidak merasa ?
Sulas : apa mas ?
Abdul : dari dulu sampai sekarang kerjaanmu ikut campur urusan saya !
Suci : kan saya istri mas.
Abdul : ya memang. Tapi kamu telah mengecewakan saya.
Sulas : mengecewakan ? Apa maksudmu ?
Abdul : apa maksudku ? Kau ini pura-pura bodoh atau memang bodoh hah ?
Sulas : kan dulu mas sendiri yang berkata bahwa mas mencintai saya apa adanya
Abdul : haahah. Eeh sulas kamu tau. Aku memang mengatakan hal itu. Sebab tidak ada pilihan
lain. Kaalau saja aku tau lebih cepat tidak mungkin aku sudi menikah denganmu !
Coba kamu tanyakan pada seluruh suami di dunia ini kalau dia mendapatkan istri
sepertimu pasti sudah dulu kamu diceraikan.
Sulas : sampai hati mas berkata seperti itu.
Abdul : ya sampai hati. Sekarang aku malah bertanya-tanya apakah si suci benar-benar anakku
atau bukan.

11
Sulas : cukup jangan katakan apa-apa lagi. Kalau memang ini terlalu memberatkan ceraikan
saja aku serakang !
Abdul : hah cerai ? Coba ulangi ?
Sulas : ceraikan saja aku sekarang !
Abdul : hahaha setan. Kenapa tidak dari dulu kamu minta hal ini ? Sekarang juga kamu pergi
dari rumah saya. Bawa sekalian anakmu itu !
Sulas : baik, aku akan pergi. Asal kau tahu saja selama ini hatiku memendam pengap. Kau
fikir aku juga sudi menikahmu denganmu hah ? Kalau saja orang tuaku dulu tidak
memaksaku menikah denganmu tidak mungkin aku akan mau menikah seperti orang
sepertimu. Tanyakan pada istri disulurh jagat raya ini, kalau mendapatkan suami
sepertimu semuanya bakal bunuh diri karena sikap kerasmu itu !!!
Abdul : setan diam kamu... (mau menampar tapi dihentikan oleh si gila)
Gila : tidak baik berkata seperti itu kepada perempuan, apalagi mau menampar.
Abdul : apa urusanmu setan ?
Gila : tidak ada. Hanya saja tidak baik seperti itu.
Abdul : setan... kamu mau ikut campur urusan saya rupanya !!!
Sulas : sudaaahhh (dengan suara keras). Jangan kamu sentuh dia. Jangan kamu berani lukai
dia bangsat !
Abdul : hahahha apa ? Jangan sentuh dia ? Kenapa kalau aku menyentuh dia ?
Sulas : jangan berani untuk menyentuh dia. Kalau kau berani aku akan membunuhmu.
Abdul : membunuhku ? Apa yang kamu katakan ? Hahahhaha apa kamu sudah gila ?
Sulas : iya aku sudah gila !
Abdul : baiklah. Kalau begitu kalian berdua pergi saja keneraka !!!! (mau menikam tapi polisi
datang seketika itu juga)
Polisi 2: jangan bergerak, letakkan pisau itu !
Abdul : ada apa ini ?
Polisi 1: apa benar anda yang bernama suadara abdul ?
Abdul : iya benar. Tapi ada apa ini ?
Polisi 1: kami membawa surat perintah penangkapan, anda kami tangkap atas laporan telah
melakukan pembakaran terhadap tokonya pak ja’uh.
Abdul : saya tidak pernah membakarnya !. Wah sepertinya bapak salah sangka. Tuduhan
macam apa ini ?
Polisi 2: benar anda memang tidak melakukannya. Tapi anda menyuruh orang untuk membakar
toko tersebut. Ada saksi yang melihatnya dan barang bukti yang cukup. Sehingga kami
menilai bahwa anda yang menjadi dalang di balik terbakarnya toko pak ja'uh.

12
Abdul : apa ? Saya tidak tau apa apa pak. Saya seharian berada di toko dan kenapa anda
mengatakan sy dalangnya?.
Polisi 2: untuk keterangan lebih lanjut, bisa bapak jelaskan di kantor Polisi. Sekarang silahkan
ikut kami kekantor.
Sulas : bawa saja dia pak, bawa ! penjarakan dengan kejam !
Abdul : saya tidak pernah melakukannya. Tuduhan macam ini. Setan siapa yang melakukan
ini padaku. Setan kalian berdua, tunggu saja, aku pasti membunuh kalian
setaaannnnnn... (sambil di geret oleh polisi).
Polisi 1: ibu tidak apa-apa ?
Sulas : tidak apa-apa pak.
Polisi 1: kami akan memproses suami ibu sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan,
termasuk tindakan percobaan pembunuhan terhadap ibu dan bapak ini.
Sulas : terimakasih pak.
Polisi 1: sama-sama bu. saya pamit dulu, selamat siang. (meninggalkan panggung)

Tiba-tiba suasana hening. Si gila dan sulas hanya terdiam saling menatap. Terlihat sulas
sangat cemas dan takut ke pada si gila. Ia pun mencoba berbicara.
Sulas : bagaimana kabarmu ?
Gila : tidak usah bertanya. Kau sudaah tahu.
Sulas : jangan berkata seperti itu.
Gila : aku apa kamu yang harus tidak berkata seperti itu.
Sulas : tidak seharusnya kita menyalahkan siapa yang berbicara. Sebab ia keluar sendirinya
dari mulut.
Gila : benar. Tidak seharunya kita menyalahkan siapa yang berbicara. Tapi bukan karena ia
keluar dari mulut. Melainakan ia keluar karena sebuah kekejaman.
Sulas : kekejaman itu anya untuk mereka yang tidak berterima gus.
Gila : haha.. pandai sekali kamu berkata seperti itu.
Sulas : aku tidak suka melihatmu seperti ini
Gila : kamu kira aku suka ?
Sulas : aku tau kamu tidak suka.
Gila : terus kenapa berkata seolah-olah kamu tidak tahu.
Sulas : aku hanya tidak tau apa yang harus aku katakan padamu.
Gila : katakan saja kesalahanmu. Dengan begitu aku akan berterima

13
Sulas : salahku ?
Gila : lalu siapa lagi ?
Sulas : Bukannya sudah kukatakan padamu sebelumnya.
Gila : ya, di perpustakaan tanggal 17 september. Kamu berkata kepadaku bahwa tidak ada
selain diriku yang kamu cintai. Bahwa aku adalah satu-satunya kekasihmu. Kamu
sendiri yang mengatakan itu bukan ?
Sulas : (hanya terdiam)
Gila : lalu kamu sambung. Bahwa senyuman yang selalu aku ciptakan untuk bibirmu adalah
sebuah kebahagaiaan. Kamu berkata bahwa tidak selain diriku yang mampu
membuatmu bahagia. Benar ?
Sulas : (tetap terdiam, airmatanya pun menetes)
Gila : lalu kamu sambung bahwa kita harus menciptakan jarak agar kita tahu bagaimana rasa
dari sebuah rindu yang sebenarnya.
Sulas : (meneteskan air mata)
Gila : lalu kamu pergi. Meninggalkanku.
Sulas : kamu masih mengingat semuanya. Setiap ucapan yang keluar dari mulutku terangkum
betul di kepalamu. Tapi gus, aku tidak pernag meninggalkanmu.
Gila : kalau bukan meninggalkan lalu apa namanya ?
Las, kamu telah berhasil membuatku mengerti rindu itu apa. Bahkan aku sudah
mengerti akan segala sesuatu yang kita sebut cinta itu sekarang. Ia adalah sebuah
penyiksaan.
Sekarang aku bertanya. Apakah kamu telah mengatahui bagaimana perasaan rindu
yang sebenarnya itu ?
Sulas : ya aku mengerti. Ia adalah sebuah keharusan sebab jarak telah kita ciptakan dan itu
kusebut sebagai rindu.
Gila : bukan hanya jarak. Kamu telah membuat dinding tebal yang tak akan pernah bisa aku
tembus. Dari dinding itulah rindu itu menjadi sebuah penyiksaan tanpa bekas-bekas
luka !. Sebelum dinding itu dapat kujumpai.
Apa kau tahu ? Aku seperti orang mati yang mencari kuburannya sendiri. Berjalan
kesana kemari hanya untuk mencari sebuah alasaan kenapa mesti aku ditinggalkan.
Lalu kutemukan kabar dari teman bahwa dia berada di sini. Sampai kudisini. Kudapati
rinduku telah menjadi dinding tebal. Sangat tebal sampai aku tidak dapat
menembusnya.
Aku hanya mampu melihat bahwa kekasihku yang dulu telah berada dipelukanku kini
ia berada di seberang jalan bersama rindunya yang tak ia mengerti. Kenapa ? Kenapa
kita terasa begitu jauh padahal kita sangat dekat !!!!
Sulas : maafkan aku gus.

14
Gila : tidak usah meminta maaf.
Sulas : ketika itu aku memang dalam kebingungan. Aku tidak tahu harus bagaimana. Orang
tuaku memaksa betul aku menikah dengan abdul. Aku melawan kemaunnya namun
percuma. Bahkan ia ingin membunuh diri jika aku tidak mengikuti kemaunnya. Aku
bingung gus. Itu alasan kenapa aku ingin berjumpa denganmu di perpus tanggal 17
september.
Aku ingin mengatakan bawa aku lari, mari kita ciptakan sebuah kebahagiaan meski
tanpa restu. Tapi aku teringat ke dua orang tuaku. Gus kamu adalah kekasihku. Tapi
orangtuaku adalah hartaku gus. Mengertilah itu bukan kemauanku.
Gila : kamu kira, aku berada di tempat ini karena kemauanku ? Bukan las. Ini semua
kemauan hatiku !
Sulas : hatimu ?
Gila : ya hatiku. Hati yang terlalu percaya kepada cinta. Apa kau tahu las, setiap detik yang
aku lalui selalu menjelma menjadi sebuah harap. Dan harapan itu ku tumpuk menjadi
air mata, lalu keteguk ia dalam-dalam agar tak seorang pun tahu. Bahwa aku telah
menghianati tuhan dengan cara mencintai manusia.
Selama 30 tahun ini aku menelan semua. Apa kamu tidak pernah merasakan derita
yang aku tanggung ? Kamu sendiri yang berkata kepadaku apapun yang terjadi kita
akan selalu bersama. Tapi apa ? Apa yang telah kamu lakukan ?
Setiap hari aku menanti kabarmu setelah kamu ucapkan itu. Sebuah janji yang telah
membuatku percaya bahwa tuhan telah memebrikan cinta kepada kita. Dan cinta itu
kita bagi bersama-sama. Tapi kamu malah pergi bersama orang lain.
Sulas : gus mengertilah keadaanku waaktu itu.
Gila : kapan aku tidak pernah mengerti Las?
Setiap kata yang keluar dari mulutmu selalu kupercayai. Apakah aku pernah
mengecewakanmu selama ini ?
Sulas : tidak pernah gus. Tapi kamu juga harus tau. Kamu tidak terluka sendirian sayang.
Gila : apa ?
Sulas : haruskah kita bertengkar dengan cara yang seromantis ini ?
Berbicara tentang sakit tidak akan pernah berujung gus. Kalau salah satu dari kita
tidak mendapatkan kepuasaan akan apa yang terjadi.
Aku tau deritamu. Aku mengerti bagaiamana sakitmu. Sebab aku pun merasakn
semuanya.
Jadi usahlah kita berbicara tentang sakit. Mari kita simpan semua kenangan pahit ini
dan kita jadikaan sebuah kebahagiaan.
Lihatkah aku sekarang. Tidak memiliki siapa-siapa. Aku telah diceraikan oleh
suamiku dan sekarang hanya ada anaku.

15
Bisakah sedikit hatimu memafkanku lalu kita bangun impian yang dulu kita susun
bersama.
Sekarang kita wujudkan semua itu.

Bagus pun terjatuh sambil memegang dadanya. Ia terkapar kesakitan.


Sulas : kenapa denganmu ?
Gila : tidak apa-apa sayang. (Sambil teesenyum kesakitan)
Sulas : jangan bohong !
Gila : tidak usah kamu fikirkan. Aku baik-baik saja.
Sulas : benar ?
Gila : kapan aku pernah membohongimu sayang.
Sulas : (tersenyum mendengar bagus tidak apa-apa)
Gila : Maafkan sikapku yang tadi. Itu hanyalah sebuah amarah yang aku pendam selama 30
tahun ini.
Sulas : tidak apa-apa sayang. Maafkan aku juga atas semuanya.
Gila : iya sayang. (Menggenggam tangan sulas) bisakah kita melakukan hal dulu sering kita
lakukan bersama ?
Sulas : tentu sayang tentu
Gila : kamu saja yang memulainya (dengan senyuman)

Mereka berduapun berpuisi seperti yang sering mereka lakukan.


Sulas : Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Gila : Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Gila : Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Sulas : Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya
tiada

Si gila pun terjatuh dan meninggal setelah membaca puisi itu juga. Sulas berteriak sejadi-
jadinya dan menangis tersedu-sedu.
Sulas : guss gusss.... kamu kenapa sayang ? (Memeriksa dadanya bagus. Seketika itu pula
sulas berteriak dan menangis dengan lantang). Jangan pergi sayang jangan pergi.

16
Lihatlah sekarang aku sudah berada disini. Aku sudah menjadi milikmu. Tidak ada
lagi dinding yang akan mengahalangi kita.
Bangun sayang. Ayo bangun kekasihku jangan tinggalkan aku disini.
Gussssss jangan pergi......... Bagguuussss
~SELESAI~

17

Anda mungkin juga menyukai