Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Folklor

Folklore merupakan gabungan dari dua kata Folk dan Lore, kata Folklore berasal dari bahasa
Inggris yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut:

Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu seperti kebudayaan, fisik yang
membedakan dengan kelompok lainnya. Lore adalah kebudayaan yang diwariskan secara turun-
temurun secara lisan maupun Isyarat.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor adalah adat istiadat
tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian folklore adalah suatu kebudayaan manusia (kolektif)
yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, baik itu dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk isyarat.

Oleh karenanya Folklor identik dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman
sejarah yang telah menyatu di dalam kehidupan masyarakat.

Di indonesia sendiri, setiap daerah, etnis, kelompok, suku, dan golongan agama masing-masing
masyarakatnya telah mengembangakan folklorenya sendiri sehingga terdapat beranekaragam
folklor yang ada di Indonesia.

Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan
kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga
merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang
studi yang mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah folklor berasal dari bahasa Inggris,
folklore, yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah
surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. Folklor berkaitan erat dengan
mitologi. Berdasarkan klasifikasinya, folklor yang pertama adalah folklor esoterik, yang artinya
sesuatu yang memiliki sifat yang hanya dapat dimengerti oleh sejumlah besar orang saja. Kedua,
folklor eksoterik adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh umum, tidak terbatas oleh kolektif
tertentu. Folklor esoterik dianggap lebih sakral karena hanya berlaku dan diketahui oleh
beberapa kelompok orang saja. Sedangkan, folklore esoterik lebih bebas dan tidak kuno.
Definisi Folklor Menurut Para Ahli

Adapun definisi folklor menurut para ahli adalah;

Pudentia (2015)

Menurutnya, folklor adalah produk mengenai budaya kolektif tetentu, yang diwariskan melalui
lisan maupun alat bantu lisan

Natalis Pakage dan Titus Pekei (2013)

Arti folklor secara umum adalah suatu budaya yang tumbuh beriringan dengan berkembangnya
kehidupan masyarakat atau suku yang ada di dalam kehidupan berbangsa.

Akh. Muwafik Saleh (2012)

Faklor adalah dimensi masa lampau yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang
terbaik untuk melangkah di masa depan. Dalam arti ini folklor dalam pendidikan menjadi
resolusi untuk mencerminkan dan menjaga kearifan lokal.

Dundes (Danandjaja, 1998)

Foklor adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki ciri khas pengenal, baik secara
fisiksosial, kebudayaan, dan sosial.

Ipriansyah (2011)

Folklor menurut Ipriansyah memiliki fungsi atau nilai-nilai positif yang berguna bagi
perkembangan anak, sehingga dapat membantu perkembangan kognitif, seperti; bahasa dan
pemikiran, serta sosio-emosional anak.

Contoh Faklor

Berikut berbegai contoh cerita faklor yang barangkali terasa taka sing lagi bagi sebagian
masyarakat, di Indonesia;

Contoh Cerita Faklor di Jawa Tengah, seperti “Legenda Candi Sewu”

Cirita Faklor di Kalimantan, seperti “Sangi Pemburu dari Mahorai”


Cerita Faklor di Padang “Malin Kundang”

Ciri-Ciri Folklor

Ciri-ciri folklor, dimaksudkan untuk mengetahui folklor dengan kebudayaan lainnya. Folklor
memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Ciri-ciri tersebut menurut James Danandjaja (seorang ahli
folklor).

Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari
mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.

Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan
sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.

Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.

Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya, misalnya menurut sahibil hikayat
(menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju
sawijing dina (pada suatu hari).

Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat
pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.

Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri
ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.

Menjadi milik bersama (collective) dari masyarakat tertentu.

Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga sering kali kelihatannya kasar atau terlalu
sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang
jujur.

Bentuk-Bentuk Folklor
Berdasarkan pendapat Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor Amerika Serikat, folklor dibagi
ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan
lisan.

Folklor lisan

Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:

 bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;

 ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;

 pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;

 sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;

 cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu:
mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari
Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya
Prana serta Layonsari dari Bali;

 nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.

Folklor lisan merupakan folklore yang bentuknya asli secara lisan yang terdiri dari: Puisi rakyat,
seperti pantun dan parikan jowo. Contoh: wajik klethik gula Jawa (isih cilik sing prasaja).

Bahasa rakyat, seperti logat (Batak, dayak, Jawa, Banyumasan, Bugis, Sunda dan lain-lain),
julukan (si cungkring, si pendek) dan gelar kebangsawanan (datok,teuku, raden, dan sebagainya).
Ungkapan tradisional, seperti peribahasa/pepatah.

Sebagai Contoh: koyo monyet keno tulup (seperti kera kena sumpit), seperti telur di ujung
tanduk (keadaan yang gawat) yakni untuk menggambarkan orang yang bingung. Cerita prosa
rakyat, misalnya mite, legenda, dan dongeng.

Folklor sebagian lisan


Merupakan folklore yang bentuknya yang terdiri dari campuran unsur lisan dan unsur bukan
lisan, seperti: Permainan rakyat, kepercayaan rakyat (takhayul), adat istiadat, tarian rakyat , pesta
rakyat dan lain-lain.

Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:

 kepercayaan dan takhayul;

 permainan dan hiburan rakyat setempat;

 teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;

 tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;

 adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;

 upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;

 pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.

Folklor bukan lisan

Merupakan folklore yang bentuknya bukan lisan. Contoh adalah arsitektur rakyat (bentuk rumah
Joglo, Minangkabau, Limasan, Toraja, dan sebagainya), kerajinan tangan, pakaian, dan perhiasan
dan lain-lain. Yang sesuai dengan daerahnya masing-masing.

Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:

 arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di
Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;

 seni kerajinan tangan tradisional,

 pakaian tradisional;

 obat-obatan rakyat;

 alat-alat musik tradisional;


 peralatan dan senjata yang khas tradisional;

 makanan dan minuman khas daerah.

Jenis-Jenis Foklor

Jenis-jenis Folklore

1. Mitos

Mitos merupakan suatu hal yang berbau mistis yang di percayai sekelompok orang yang
berkembang di suatu daerah.

2. Legenda

Legenda adalah Prosa atau cerita rakyat yang berkembang di suatu daerah.

3. Dongeng

Dongeng merupakan cerita-cerita yang di buat oleh manusia yang berisikan nilai moral
kehidupan biasanya dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya sebagai pengantar tidur.

4. Nyanyian Rakyat

Nyanyian Rakyat merupakan salah satu bentuk folklore yang terdiri dari teks dan lagu

5. Upacara

Upacara merupakan salah satu cara untuk memberikan penghormatan terhadap nenek moyang,
tempat, peristiwa tertentu yang telah terjadi di masa lalu yang dihormati dan dilestarikan hingga
kini.

Fungsi Folklor

Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan
suatu kolektif; sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan;
sebagai alat pendidik anak; dan sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Anda mungkin juga menyukai