Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR APRESIASI PROSA

Disusun oleh :
Ervina Dwi Anggraeni
2101419088
Rombel 3 PBSI 2019

Dosen Pengampu :
Dr. Nas Haryati S., M.Pd.
Meina Febriani, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020/2021
ANALISIS NILAI MORAL DALAM CERPEN SARAN SEORANG
PENGARANG KARYA SORI SIREGAR

Ervina Dwi Anggraeni


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
ervinadwianggraeni@students.unnes.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan mendeskripsikan nilai moral yang
terkandung dalam cerpen Saran Seorang Penulis karya Sori Siregar. Nilai mjoral yang terkandung
bisa disampaikan secara langsung atau secara tidak langsung. Pengarang menyampaikan nilai
moral pada cerpen ini ada yang secara langsung dan tidak. Melalui dialog antar tokoh, maupun
narasi dan kelimat-kalimat pada cerpen. Nilai-nilai tersebut yang nantinya bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang digunakan dalam analisis cerpen ini adalah pendekatan
pragmatik. Pendekatan pragmatik memfokuskan kajian mengenai tujuan-tujuan yang akan
disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Nilai-nilai moral yang ada diantaranya, sikap saling
menghormati, adanya etika dalam berbicara, sifat baik hati dan tidak sombong, serta pesan moral
sebagai pengarang.

Kata kunci: nilai moral, cerpen, pragmatik

PENDAHULUAN

Karya sastra pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Karya
sastra merupakan karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi. Karya
sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
intelektual dan emosional. Karya sastra bersifat imajinatif, estetik, dan
menyenangkan. menurut pandangan Sugihastuti (2007: 81-82) karya sastra
merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan
gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra
sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk
disampaikan kepada pembaca.
Karya sastra berjenis prosa memiliki nilai manfaat yang fungsional,
keberadaan karya sastra dapat dijadikan objek kajian penyusunan sebuah karya
ilmiah atau makalah. Dengan membaca karya sastra, pembaca dapat mengerti
dan mamahami hal-hal apa saja yang bisa dipetik atau diambil dari sebuah karya
sastra. Hal-hal penting tersebut biasa disebut dengan nilai moral atau amanat.
Suatu karya sastra yang diciptakan oleh pengarang pasti memiliki hal-hal
yang hendak disampaikan, baik implisit maupun kesplisit. Hal-hal tersebut salah
satunya adalah nilai moral. Menurut Wiwit Wahyuning (2003) ketika seseorang
berbicara tentang nilai moral pada umumnya akan terdengar sebagai sikap dan
perbuatan setiap individu terhadap kehidupan orang lain.
Dalam sebuah karya sastra nilai moral merupakan sesuatu yang bisa
dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat positif. Nilai
moral selalu diberikan dalam sebuah karya sastra dengan tujuan karya tersebut
bermanfaat bagi orang lain (pembaca) karena moral sangat penting untuk
masyarakat saat ini.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi nilai
moral. Pada hakikatnya sopan santun telah diajarkan sejak dini oleh orang
terdekat yaitu keluarga. Semakin bertambahnya usia seseorang dan semakin
terpengaruhnya sifat dan sikap masyarakat bisa mengikis sifat dan sikap baik
tersebut. Hal ini bisa terjadi tergantung masing-masing orang atau individu.
Dengan bekal spiritual yang kuat akan membuat individu tersebut menjunjung
tinggi moral dan sopan santun.
Seperti yang sering dijumpai pada masyarakat, masih ada yang
menganggap bahwa sopan santun hanya diperuntukkan untuk orang yang lebih
tua. Sopan santun diterapkan kepada siapapun. Sopan santun tidak harus
ditandai dengan kepala menduduk dan jalan pelan-pelan, tetapi banyak cara
yang bisa digunakan untuk bersikap sopan dan santun. Nilai moral seperti sopan
dan santun sangat berguna bagi pembaca. Demikian pula moral yang terdapat
pada cerpen Saran Seorang Pengarang yang juga akan bermanfaat bagi para
pembaca. Secara umum nilai moral yang terdapat dalam cerpen tersebut
berkaitan dengan seseorang yang memiliki umur tidak jauh beda atu bisa
dikatakan seumuran.
Cerpen ini menampilkan cara menghormati lawan bicara baik dijelaskan
secara langsung maupun melalui tindakah tokoh. Penjelasan langsung dilakukan
melalui percakapan atau dialog yang terdapat dalam cerpen tersebut. sedangkan
tindakan tokoh dituliskan oleh pengarang melalui narasi yang dibuat.
Perlunya menyampampaikan hal-hal penting yang bermanfaat bagi
pembaca merupakan tugas seorang penulis. Hal penting tersebut harus
tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Dengan demikian, analisis cerpen
berjudul Saran Seorang Pengarang ini menggunakan pendekatan pragmatik.
Pendekatan ini memfokuskan pada hal-hal atau tujuan tertentu yang hendak
disampaikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan dalam evaluasi


keterampilan berbahasa untuk mengukur seberapa baik peserta didik
mempergunakan elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi
yang nyata (Wahyuni, 2012; Nurgiyantoro, 2011).
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks
yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa,
dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa
menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks
secara tepat menurut Levinsorn via Tarigan (1986 :33).
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui
berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikatornya hanya sastra
dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dianalisis dengan pendekatan
pragmatik pada sebuah karya sastra adalah nilai yang terkandung. Pendekatan
pragmatik merupakan suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
saran menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan itu adala pesan
moral.
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya
sastra dan makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2009: 321).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyampaian pesan moral oleh penulis
atau pengarang dapat secara langsug atau tidak langsung.
Moral yang tertanam pada diri manusia merupakan kesadaran tentang
baik buruk, larangan, hal yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-sehari
sebagai makhluk Tuhan. Menurut Gunarsa, arti moral adalah seperangkat nilai-
nilai berbagai perilaku yang harus dipatuhi. Berbeda dengan Wantah (2005) yang
memandang moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya
dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Kenny (dalam Nurgiantoro 2009: 321) menyatakan bahwa moral cerita
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang bersifat praktis, yang dapat
diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan pembaca. Ia
merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang untuk mengetahui
atau untuk menyampaikan hal-hal penting berkenaan dengan tingkah laku dan
sopan santun. Pengarang dalam merumuskan moral dalam karya sastra perlu
imajinasi dan kreativitas yang cukup agar pesan dan cerita berkaitan dan tidak
ada kontra.
Penyampaian nilai moral ini yang disebut bahwa karya sastra merupakan
sarana komunikasi.

PEMBAHASAN

Cerpen berjudul Saran Seorang Pengarang karya Sori Siregar


merupakan salah satu cerpen yang diterbitkan oleh Koran Kompas pada Minggu
pertama bulan Maret 2015, tepatnya Senin, 2 Maret 2015 yang masuk dalam
rubrik “Seni”. Cerpen ini menceritakan dua orang pengarang. Radit seorang
pengarang kontemporer dan Ikra seorang pengarang yang lebih berpengalaman
dibandingkan dengan Radit.
Dalam cerpen ini dijelaskan bahwa banyak pengarang yang senang
menyebut dirinya sebagai pengarang kontemporer. Padahal pada hakikatnya
atau pada aslinya arti kontemporer yang sebenarnya menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Keempat adalah waktu yang sama, semasa, sewaktu,
pada masa kini, dan dewasa ini.
Menurut Ikra, Radit adalah pengarang baru yang cerpennya baru pertama
kali dimuat di surat kabar belum paham betul mengenai dunia mengarang. Dalam
cerpen ini Ikra banyak memberikan saran dan masukan agar kedepannya Radit
bisa menjadi penulis yang lebih baik.
Dalam cerpen tersebut Radit digambarkan sebagai pribadi yang rendah
hati dan mau menerima segala macam saran dan nasihat. Hal ini diterlihat dari
narasi yang ditulis oleh pengarang sebagaimana diungkapkan dalam kutipan
berikut: “Radit yang cerpennya baru pertama kali dimuat di surat kabar,
mengangguk mengiyakan”. Dalam kutipan tersebut menggambarkan bahwa
Radit adalah orang yang terbuka. Terbuka disini dalam artian mau membenahi
diri dan memiliki kesan menghargai nasihat atau saran dari orang lain, yaitu Ikra.
Hal ini ditegaskan pada “mengangguk mengiyakan”.
Sifat rendah hati Radit digambarkan oleh pengarang tidak secara
langsung. Melalui narasi pendek yang dibuat oleh pengarang Radit mengiyakan
hal-hal yang dikatakan oleh Ikra. Ikra mengatakan bahwa kalimat-kalimat yang
digunakan Radit dalam cerpennya itu masih terlalu bertele-tele dan masih
meliuk-liuk. Menurut Ikra cerpen yang dibuat oleh Radit masih belum cukup lugas
sehingga membuat kalimat-kalimatnya tidak kuat.
Sifat rendah hati dan tidak sombong Radit juga diungkapkan pada kutipan
berikut: “Pengarang muda yang masih merasa dirinya perlu banyak belajar itu
mengangguk lagi.”. Dalam kutipan tersebut pengarang tidak menjelaskan secara
langsung bahwa Radit adalah orang yang sombong, tetapi dipaparkan melalui
narasi yang ditegaskan pada bagian ‘pengarang muda yang masih merasa
dirinya perlu banyak belajar’. Hal ini sangat menggambarkan bahwa Radit adalah
pribadi yang sangat mengahrgai orang-orang yang memberikan saran. Radit
tidak merasa bahwa dirinya paling hebat dan tidak mau dikritik atau diberi saran
oleh orang lain.
Dalam cerpen ini pengarang memberikan beberapa pesan untuk para
pembaca sebagaimana diungkapkan dalam kutipan berikut: “Jadikanlah
mengarang itu seperti berolahraga. Berolahraga untuk sehat bukan untuk
menjadi juara PON, SEA Games, Asian Games, atau Olimpiade. Artinya, selagi
masih kreatif menulislah terus. Selagi sehat teruslah berolahraga.”. Kutipan
tersebut merupakan salah satu bagian dari dialog tokoh. Tokoh yang sedang
mengemukakakn kalimat-kalimat itu adalah Ikra. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ikra adalah seorang yang baik hati, suka menolong, dan tidak
sombong. Ikra dengan senang hati memberikan saran dan masukan kepada
Radit yang bisa dikatakan pengarang baru. Ikra memberikan pesan-pesan apa
saja yang harus diketahui oleh seorang pengarang.
Dalam kutipan tersebut pengarang menjelaskan atau memberikan pesan
moral secara langsung melaui dialog tokoh. Moral merupakan sesuatu yang ingin
disampaikn oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang
terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita
(Nurgiyantoro, 2000: 321).
Cerpen ini menggambarkan bahwa selain baik hati dan suka menolong,
Ikra adalah orang yang sangat menghormati satu sama lain. Hal ini sebagimana
diungkapkan pada kutipan berikut: “Ikra menatap Radit dengan tekun
mendengarkan orasinya.”. Menatap lawan bicara merupakan salah satu cara
menghargai lawan bicara kita. Hal ini juga termasuk dalam etika berbicara.
menatap mata lawan bicara menjadi salah satu bentuk menghargai bahwa kita
sedang berbicara dengan orang yang sama-sama memiliki mata dan sedang
diajak berkomunikasi.
Pengarang menggambarkan sikap baik Ikra secara tidak langsung.
Pengarang menuliskan ‘menatap mata’. Pembaca bisa mneyimpulkan dengan
sendirinya bahwa berbicara dengan menatap mata lawan bicara adalah salah
satu sikap saling menghargai stu sama lain.
Sikap menghargai selain dengan menatap lawan bicara terdapat pada
kutipan berikut: “Ada yang mau ditanyakan?”. Hal ini merupakan salah satu sikap
menghargai ketika seseorang telah selesai menjelaskan sesuatu. Pengarang
menjelaskan hal ini melalui dialog tokoh, yaitu Ikra.
Sikap menghargai tidak hanya dilakukan kepada orang yang lebih tua.
Sikap saling menghargai harus dilakukan dan biasakan kepada siapapun dan
dimanapun. Hal kecil seperti menghargai orang lain bisa menjadi nilai lebih ketika
seseorang melihat diri kita. Menghargai satu sama lain adalah kewajiban setiap
insan di dunia tanpa terkecuali. Hal ini didasari dengan teori yang menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, saling membutuhkan antarsesama.
Menjadi pengarang harus memiliki jiwa yang kuat dan sabar
sebagaimana diungkapkan pada kutipan berikut: “Jangan lupa sebagai
pengarang kau harus sabar.”. Menjadi seorang pengarang hendaknya memiliki
sifat yang sabar dan pantang menyerah. Apabila sebuah cerpen yang kita
kirimkan belum termuat dalam media cetak, maka harus siap menunggu. Tetap
terus berkarya karena karya yang dapat dimuat di berbagai media cetak adalah
bonus bagi seorang pengarang itu sendiri.
Pesan moral atau nilai moral yang terdapat pada cerpen berjudul Saran
Seorang Pengarang ini adalah sebagai manusia kita harus saling menghormati
satu sama lain. Hormat terhadap sesama, baik kepada yang lebih tua, lebih,
muda, atau setara. Sifat rendah hati dan tidak sombong juga harus dimiliki setiap
orang. Rendah hati tidak membuat harga diri semakin rendah. Dengan rendah
hati banyak orang yang mau menghargai.
Selain menghormati dan rendah hati, sifat baik hati dan tanpa pamrih juga
harus dijunjung tinggi. Dengan memberikan berbagai saran beranfaat untuk
teman atau orang yang memiliki kemampuan di bawah kita adalah salah satu
cerminan sifat yang baik hati dan tidak sombong. Tidak membeda-bedakan
tingkatan. Selain nilai dari sifat dan sikap tokoh, ada nilai moral yang
dikemukakan oleh penulis secara langsung, yaitu “Jadikanlah mengarang itu
seperti berolahraga. Berolahraga untuk sehat bukan untuk menjadi juara PON,
SEA Games, Asian Games, atau Olimpiade.”. Artinya jadilah pengarang untuk
menciptakan suatu karya, bukan untuk memenangkan perlombaan, memuatkan
karangannya pada sebat surat kabar, atau ajang gengsi.
Selain itu juga ada pesan yang disampaikan pengarang, yaitu “Jangan
lupa sebagai pengarang kau harus sabar.” Artinya menjadi pengarang bukanlah
hal yang mudah. Jangan mudah menyerah hanya dengan satu kegagalan.
Kegagalan merupakan langkah awal menuju kesuksesan. Mau menerima
berbagai saran dari orang lain akan menambah ilmu.

Penjelasan:
1) Pernyataan: Dalam cerpen tersebut Radit digambarkan sebagai pribadi
yang rendah hati dan mau menerima segala macam saran dan nasihat.
2) Penjelasan: digambarkan oleh pengarang tidak secara langsung
3) Bukti kutipan: “Radit yang cerpennya baru pertama kali dimuat di surat
kabar, mengangguk mengiyakan”
4) Penjelasan kutipan: Dalam kutipan tersebut menggambarkan bahwa
Radit adalah orang yang terbuka. Terbuka disini dalam artian mau
membenahi diri dan memiliki kesan menghargai nasihat atau saran dari
orang lain, yaitu Ikra.
5) Pernyataan: Sifat rendah hati dan tidak sombong Radit juga diungkapkan
melalui tindakan tokoh.
6) Penjelasan: Dalam kutipan tersebut pengarang tidak menjelaskan secara
langsung bahwa Radit adalah orang yang sombong, tetapi dipaparkan
melalui narasi yang ditegaskan pada bagian ‘pengarang muda yang
masih merasa dirinya perlu banyak belajar’.
7) Bukti kutipan: “Pengarang muda yang masih merasa dirinya perlu banyak
belajar itu mengangguk lagi.”.
8) Penjelasan kutipan: Hal ini sangat menggambarkan bahwa Radit adalah
pribadi yang sangat mengahrgai orang-orang yang memberikan saran.
Radit tidak merasa bahwa dirinya paling hebat dan tidak mau dikritik atau
diberi saran oleh orang lain.
9) Pernyataan: Dalam cerpen ini pengarang memberikan beberapa pesan
untuk para pembaca.
10) Penjelasan: pesan disampaikan secara langsung oleh pengarang.
11) Bukti kutipan: “Jadikanlah mengarang itu seperti berolahraga.
Berolahraga untuk sehat bukan untuk menjadi juara PON, SEA Games,
Asian Games, atau Olimpiade”.
12) Penelasan kutipan: Artinya, selagi masih kreatif menulislah terus. Selagi
sehat teruslah berolahraga.”. Kutipan tersebut merupakan salah satu
bagian dari dialog tokoh. Tokoh yang sedang mengemukakakn kalimat-
kalimat itu adalah Ikra.
13) Pernyataan: Cerpen ini menggambarkan bahwa selain baik hati dan suka
menolong, Ikra adalah orang yang sangat menghormati satu sama lain.
14) Penjelasan: hal itu dikemukakan secara tidak langsung oleh pengarang.
15) Bukti kutipan: “Ikra menatap Radit dengan tekun mendengarkan
orasinya.”.
16) Penjelasan kutipan: Menatap lawan bicara merupakan salah satu cara
menghargai lawan bicara kita. Hal ini juga termasuk dalam etika
berbicara. menatap mata lawan bicara menjadi salah satu bentuk
menghargai bahwa kita sedang berbicara dengan orang yang sama-sama
memiliki mata dan sedang diajak berkomunikasi.
17) Pernyataan: Menjadi pengarang harus memiliki jiwa yang kuat dan sabar.
18) Penjelasan: Hal ini dikemukakakn secara langsung oleh pengarang.
19) Bukti kutipan: “Jangan lupa sebagai pengarang kau harus sabar.”.
20) Penjelasan kutipan: Menjadi seorang pengarang hendaknya memiliki sifat
yang sabar dan pantang menyerah. Apabila sebuah cerpen yang kita
kirimkan belum termuat dalam media cetak, maka harus siap menunggu.
Tetap terus berkarya karena karya yang dapat dimuat di berbagai media
cetak adalah bonus bagi seorang pengarang itu sendiri.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil alaisis dan pembahasan terhadap cerpen Saran
Seorang Pengarang karya Sori Siregar dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang fokus mengkaji mengenai
tujuan-tujuan yang hendak disampaikan penulis atau pengarang melalui sebuah
karya. Dalam cerpen ini yang akan disampaikan penulissalah satunya adalah
nilai moral. Ada beberapa nilai moral yang ada pada cerpen ini, diantaranya
sikap saling menghormati satu sama lain. Selain itu juga sifat baik hati dan tidak
sombong harus selalu tertanam pada setiap insan di dunia terlebih sebagai
makhluk sosial. Selain sifat rendah diri, yang masih berkaitan dengan sikap
menghormati, etika dalam berbicara yang banyka orang menganggap remeh
perlu ditegakkan dan diterapkan. Hal ini untuk menghargai diri sendiri maupun
orang lain. Semua nilai yang terkandung dalam cerpen ini hendaknya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen ini juga mengajarkan bagaimana menjadi
seorang penulis yang baik. Melalui berbagai saran dan masukan yang
disampaikan oleh tokoh pada cerpen tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Setyawati, E. (2013). Analisis Nilai Moral dalam Novel Surat Kecil untuk

Tuhan Karya Agnes Davonar (Pendekatan Pragmatik). Yogyakarta: UNJ.

[2] AKHIR, U. T. (2011). FAKULTAS BAHASA DAN SENI

[3] Mansur, A. A. (2014). Kualitas Terjemahan Bentuk Mitigasi pada Tindak

Tutur Memerintah (Commanding) dalam Dua Seri Novel Harry Potter

(Sebuah Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Pragmatik) (Doctoral

dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

[4] Purwoningrum, S. M. (2013). Kajian Pragmatik Naskah Gurindam Dua


Belasa Karya Raja Ali Haji. Suluk Indo, 2(3), 279-293.

[5] Firmansyah, M. B. (2018). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Berbasis

Lingkungan: Perspektif Pendekatan Pragmatik_Mochamad Bayu

Firmansyah_STKIP PGRI Pasuruan.


LAMPIRAN

Radit merupakan salah seorang pengarang baru yang biasa disebut

dengan pengarang kontemporer. Istilah pengarang kontemporer sering

digunakan karena bagi mereka itu merupakan sebuatn yang memiliki makna

khusus. Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah waktu

yang sama, masa kini, dan dewasa kini. Radit pertama kali cerpennya dimuat di

surat kabar.Tulisan radit menurut Ikra terlalu bertele-tele dan tidak lugas. Ikra

mmeberikan beberapa masukan dan Radit pun langsung mengiyakan. Ikra

membekali Radit denagn saran-saran yang berkualitas. Menurut Radit saran-

sran tersebut sanagat berguna untuk pengarang muda yang masih perlu banyak

belajar seperti dirinya. Semua saran yang diberikan oleh Ikra diterima dengan

baik oleh Radit. Saran Ikra salah satunya adalah bahwa menjadi pengarang

harus sabar. Ketika karya kita belum dimuat di media cetak, maka kita harus

tetap menunggu. Jangan sekali-kali mengirimkan karya yang sama ke redaktur

lain karena hal tersebut bisa memasukkan pengarang ke “daftar hitam”. Ikra juga

menjelaskan banyak hal sekalipun tidak ditanyakan oleh Radit.

Anda mungkin juga menyukai