Anda di halaman 1dari 10

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA


BAGI PENUTUR ASING

Jimat Susilo
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unswagati Cirebon
jimat_cirebon@yahoo.com

ABSTRAK

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,


yaitu pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu,
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua selain bahasa ibu, dan
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Untuk kelompok ketiga, yaitu
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing biasa disebut sebagai
pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Perkembangan BIPA
sampai saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Namun, semenjak program pembelajaran BIPA mulai
dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi dan lembaga kursus di Indonesia, sampai
saat ini belum memiliki kurikulum standar nasional. Masing-masing lembaga
penyelenggara program memiliki kurikulum tersendiri sesuai dengan latar belakang
pendirian program. Pada tulisan ini, dipaparkan rancangan kurikulum BIPA yang
dapat dikembangankan oleh penyelenggara program atau pun lembaga yang akan
menyelenggarakan program BIPA. Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum BIPA
didasarkan pada prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi, kesinambungan, dan
fleksibilitas. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk penyusunan rancangan kurikulum
yang meliputi, penentuan tujuan, ruang lingkup dan sumber bahannya, dan evaluasi.
Rancangan ini merupakan rancangan sederhana kurikulum BIPA yang dapat
dikembangkan oleh lembaga penyelenggara program berdasarkan pada analisis
kebutuhan.

Kata Kunci: BIPA, pengembangan, kurikulum

A. PENDAHULUAN

44
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

Sampai saat ini, perkembangan 1) menyimak, diharapkan pembelajar


program pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki kemampuan memahami
bagi Penutur Asing (BIPA) menunjukkan bunyi-bunyi bahasa, perintah,
perkembangan yang semakin meningkat petunjuk, pengumuman, berita, dan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. sebagainya;
Bahkan, tercatat 219 lembaga di 48 negara 2) berbicara, diharapkan pembelajar
sudah melaksanakan pembelajaran Bahasa memiliki kemampuan mengungkapkan
Indonesia bagi Penutur Asing (Depdiknas, gagasan, pendapat, dan informasi
2013). Sementara itu, perkembangan secara lisan, misalnya bagaimana cara
program BIPA di dalam negeri juga tidak berkenalan, menyapa orang lain,
jauh berbeda dengan di luar negeri. bercerita mengenai pengalamannya.
Program ini merupakan salah satu program dan lainnya;
pemerintah Indonesia melalui Badan 3) membaca, diharapkan pembelajar
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa memiliki kemampuan memahami teks
(BPPB) Kemendiknas sebagaimana yang bacaan melalui membaca nyaring,
tertuang pada PP No. 24 tahun 2009. membaca lancar, membaca dalam hati,
Khusus di dalam negeri, membaca intensif, dan sebagainya;
penyelenggaraan program BIPA saat ini 4) menulis, diharapkan pembelajar
telah banyak diselenggarakan oleh memiliki menulis, seperti
Perguruan Tinggi dan beberapa lembaga mendeskripsikan benda, mengarang,
kursus yang dikelola oleh swasta. Beberapa menulis surat, dan sebagainya.
perguruan tinggi atau lembaga kursus yang Keempat keterampilan berbahasa
telah memanfaatkan peluang ini antara lain tersebut di atas diharapkan dimiliki oleh
berada di beberapa kota besar, seperti: setiap pembelajar bahasa. Dalam
Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya, realisasinya, pembelajaran BIPA masih
Denpasar, Mataram, dan Jogyakarta. banyak mengalami kendala, di antaranya
Kenyataan ini membuktikan bahwa program belum adanya kurikulum standar. Selama
BIPA telah berkembang dan mendapat ini, penyelenggara program BIPA memiliki
tanggapan yang positif dari para pengguna. kebebasan untuk menyusun kurikulumnya
Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri. Melihat fenomena ini, munculah
bagi Penutur Asing secara formal yang gagasan para pengajar BIPA seluruh
dilakukan pada setiap lembaga pendidikan Indonesia yang berkumpul dalam kegiatan
sebenarnya tergantung pada kebutuhan KIPBIPA (Konferensi Internasional
pembelajar sehingga lembaga Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur
penyelenggara sebelum melaksanakan Asing) VIII tahun 2012 di Salatiga
program terlebih dahulu melakukan analisis merekomendasikan beberapa hal, yaitu (1)
kebutuhan pembelajar dalam belajar bahasa segera dibuat Standardisasi Kurikulum
Indonesia. Namun demikian, pada Nasional BIPA, (2) Standardisasi Materi
prinsipnya dalam pembelajaran bahasa Ajar BIPA, dan (3) Standardisasi
Indonesia diarahkan pada penguasaan Kompetensi Pengajar BIPA. Khusus untuk
empat keterampilan berbahasa, yaitu; standardisasi kurikulum, ada beberapa hal
yang direkomendasikan, antara lain:

45
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

1. Untuk menyusun kurikulum nasional penyusunan draf kurikulum nasional


BIPA, Indonesia harus memiliki pola BIPA, e) peninjauan draf dan
pemeringkatan sendiri. Acuan perbaikan, f) pemantapan dan
pemeringkatan yang ada, misalnya penilaian, dan g) pengesahan.
CEFR, ACTFL, UKBI, dll. dapat 6. Badan Pengembangan dan Pembinaan
digunakan sebagai bahan Bahasa berperan sebagai fasilitator dan
pertimbangan dan perbandingan. koordinator dalam menyusun dan
2. Standar pemeringkatan kemahiran menetapkan uji kemahiran BIPA
BIPA perlu ditetapkan sebagai acuan (UKBIPA).
bersama, baik nasional maupun 7. Penyusunan UKBIPA perlu dilakukan
internasional. oleh tim UKBIPA.
3. Program BIPA harus segera memiliki
kurikulum nasional BIPA beserta Melihat uraian di atas, jelaslah bahwa
perangkat pendukungnya (Kompetensi keberadaan kurikulum sangat diperlukan.
Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, Kurikulum merupakan komponen yang
Materi Ajar, dan Evaluasi). sangat penting di samping guru dan
4. Penyusunan kurikulum nasional BIPA fasilitas. Dengan kurikulum, akan tampak
perlu memperhatikan, a) landasan dengan jelas gambaran tentang tujuan yang
hukum dan landasan filosofis akan dicapai, bahan pembelajaran yang
pembelajaran BIPA, b) keragaman akan diolah, program pembelajaran yang
tujuan pembelajaran BIPA, c) gradasi akan dilaksanakan, serta kegiatan
kompetensi pembelajaran BIPA, d) pembelajaran yang harus dilakukan untuk
tuntutan dinamika perkembangan mencapai tujuan. Kurikulum memberikan
global, dan e) kondisi ragam institusi pedoman kepada guru untuk menyusun dan
penyelenggara BIPA. melaksanakan program pembelajaran.
5. Langkah-langkah yang perlu Gambaran tentang tinggi mutu keluaran
diperhatikan dalam penyusunan juga dapat diperkirakan dari kurikulum
kurikulum nasional BIPA adalah yang dilaksanakan.
sebagai berikut, a) penggalian Hal inilah yang menjadi menarik
Kompetensi Inti dan Kompetensi dalam kajian ini, sudah banyak
Dasar melalui kuesioner yang disertai penyelenggara program BIPA, tetapi belum
permintaan pelampiran kurikulum ada standardisasi kurikulum secara
kepada lembaga penyelenggara BIPA, nasional. Kurikulum merupakan fondasi
b) penyelenggaraan forum diskusi dalam pembelajaran. Sehubungan dengan
tersusun dengan unsur sebagai berikut: hal tersebut, persoalan pokok yang perlu
(1) Badan Pengembangan dan dipecahkan adalah bagaimana penyusunan
Pembinaan Bahasa, (2) Lembaga kurikulum yang diperuntukkan
penyelenggara BIPA di dalam dan luar pembelajaran BIPA. Tulisan ini mencoba
negeri, (3) Asosiasi Pengajar BIPA memecahkan persoalan itu dengan
(APBIPA), (4) Praktisi dan pakar. c) memberikan gambaran mengenai
pembentukan tim inti penyusun penyusunan kurikulum BIPA yang
kurikulum BIPA, d) penyiapan dan dimaksud.

46
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

B. PEMBELAJARAN BAHASA ejaan bahasa Indonesia yang baku dengan


INDONESIA BAGI PENUTUR tepat, (3) menggunakan berbagai bentuk
ASING (BIPA) imbuhan dengan maknanya, (4)
Bahasa Indonesia sebagai bahasa menggunakan kata dengan maknanya, (5)
asing telah banyak menarik perhatian mendapatkan dan menggunakan sinonim,
berbagai masyarakat mancanegara, mulai antonim, dan homonim, (6) memahami
dari pejabat pemerintahan, politikus, bahwa pesan yang sama dapat
wartawan, pedagang, mahasiswa, seniman, diungkapkan dalam berbagai bentuk dan
atau wisatawan. Mereka belajar bahasa dapat menggunakannya, (7) memahami
Indonesia dengan berbagai keperluan yang bahwa bentuk yang sama dapat
bervariasi. Ada pembelajar yang bertujuan mengungkapkan berbagai makna, (8)
sekadar dapat berkomunikasi dengan mengenal dan menikmati puisi, prosa, dan
menggunakan bahasa Indonesia untuk drama Indonesia, (9) menerima pesan dan
sehari-hari, tetapi banyak pula pembelajar ungkapan perasaan orang lain dan
bahasa Indonesia yang bertujuan lebih menanggapinya secara lisan dan tertulis,
spesifik, antara lain ingin melanjutkan (10) mengungkapkan perasaan, pendapat,
studi ke Indonesia, ingin mengembangkan angan-angan, dan pengalaman secara lisan
bisnis tertentu di Indonesia, ingin dan tertulis sesuai dengan medianya, (11)
mendalami bahasa Indonesia, atau ingin berinteraksi dan menjalin hubungan
mendalami kehidupan masyarakat dan dengan orang lain secara lisan menurut
budaya di Indonesia. keadaan, (12) menikmati keindahan dan
Iskandarwassid (2013: 268) menangkap pesan yang disampaikan
mengelompokkan tujuan pembelajar asing dalam puisi, prosa, drama, dan syair.
dalam belajar bahasa Indonesia, yaitu Berdasarkan uraian di atas, tampak
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan jelas bahwa pembelajar dalam
umum meliputi, (1) pembelajar BIPA mempelajari bahasa bertujuan agar
mengenal bahasa Indonesia sebagai pembelajar mendapatkan keterampilan
lambang identitas nasional Indonesia, (2) atau pengalaman dengan menggunakan
pembelajar BIPA memahami bahasa bahasa yang telah dipelajari tersebut. Hal
Indonesia secara linguistis (ejaan, ini senada dengan yang disampaikan
fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosa Brown (2007: 7) bahwa pembelajaran
kata, (3) pembelajar BIPA mampu merupakan proses memperoleh atau
menggunakan bahasa Indonesia dalam mendapatkan pengetahuan tentang subjek
berbagai ragamnya baik secara reseptif atau keterampilan yang dipelajari,
maupun produktif, (4) pembelajar BIPA pengalaman, atau instruksi. Pembelajaran
mampu mengapresiasi sastra Indonesia adalah suatu perubahan perilaku yang
dalam berbagai bentuknya (prosa, puisi, relatif tetap dan merupakan hasil praktik
drama, syair lagu). Sementara itu, tujuan yang diulang-ulang.
khususnya yaitu pelajar BIPA mampu: (1) Melihat berbagai tujuan atau
mengucapkan kata dan kalimat dengan ragam pembelajar asing mempelajari
ucapan yang tepat dan intonasi yang sesuai bahasa Indonesia, di sini dapat
dengan maksudnya, (2) menggunakan dikelompokkan menjadi tiga tujuan utama

47
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

orang asing belajar bahasa Indonesia, Terdapat tiga prinsip dalam


yakni: (1) pembelajar berkeinginan kaitannya dengan belajar bahasa secara
memiliki keterampilan komunikasi komunikatif, yaitu (1) belajar bahasa akan
antarpersonal dasar (Basic Interpersonal berhasil dengan baik apabila kegiatan
Communication Skills), (2) pembelajar pembelajaran itu berlangsung dalam suatu
berusaha menguasai konsep serta prinsip- komunikasi yang nyata, (2) bahasa benar-
prinsip pembelajaran bahasa Indonesia benar digunakan dalam kegiatan
yang bersifat ilmiah (Cognitive Academic berkomunikasi, dan (3) penggunaan
Language Proficiency), dan (3) pembelajar bahasa yang nyata atau secara penubian
ingin menggali kebudayaan-kebudayaan inilah dianggap oleh pembelajar bermakna
yang ada di Indonesia dengan segala atau fungsional.
aspeknya. Ketiga tujuan tersebut dapat Seperti yang dikemukakan Suyata
berjalan masing-masing akan tetapi dapat (2000:270) bahwa pemakaian bahasa yang
pula berkelanjutan. Mereka belajar bahasa telah memiliki kompetensi komunikatif
Indonesia untuk keperluan praktis, setelah akan mengetahui bagaimana memilih
itu belajar yang lebih bersifat ilmiah, dan ragam dan gaya sesuai untuk situasi dan
akhirnya menguasai kebudayaan. tempat terjadinya komunikasi. Penguasaan
Dalam pembelajaran BIPA, bahasa akan kompetensi tergantung pada
Indonesia ditempatkan sebagai alat penguasaan akan konteks dan situasi.
komunikasi baik secara lisan maupun Pendapat ini sejalan dengan yang
tulisan. Oleh karena itu, dalam disampaikan Pimsleur dalam Krasen (2002:
pembelajaran BIPA tujuan yang hendak 21) menjelaskan kompetensi untuk
dicapai adalah kemampuan pembelajar pembelajar asing terdiri dari tiga
untuk berkomunikasi dengan komponen, yaitu kecerdasan verbal
menggunakan bahasa Indonesia yang (kemampuan dalam hal kata-kata atau kosa
dipelajarinya. Dengan demikian, kata dan kemampuan untuk berpikir analitis
pembelajar diharapkan dapat tentang bahan verbal), motivasi untuk
menggunakan bahasa Indonesia dalam belajar bahasa, dan kemampuan menyimak.
berkomunikasi secara baik.
Pendapat Richard dan Rogers yang C. PENGEMBANGAN KURIKULUM
disitir oleh Suyitno (2008) menjelaskan BIPA
bahwa asumsi ancangan komunikatif Kurikulum merupakan kerangka
tentang hakikat bahasa adalah (1) bahasa acuan yang digunakan untuk menentukan
merupakan sistem dalam pengungkapan kebutuhan kelompok pembelajar,
makna, (2) bahasa dapat dijadikan sebagai mengembangkan tujuan atau sasaran suatu
media bagi manusia untuk berkomunikasi program, menyusun silabus yang sesuai,
dan berinteraksi, (3) struktur bahasa menentukan struktur pembelajaran, metode
mencerminkan fungsi penggunaannya dan pengajaran dan bahan ajar serta untuk
fungsi komunikatifnya, dan (4) unit utama mengadakan evaluasi program bahasa
bahasa bukan hanya berupa unit sebagai hasil dari proses tersebut (Richards,
gramatikal, melainkan fungsi dan makna 2002: 2). Kurikulum dapat digunakan
komunikasi. sebagai acuan dalam menyelenggarakan

48
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

suatu program. Di samping berisi sejumlah mudah dan baik, sehingga


mata kuliah yang harus ditempuh, memperlancar pencapaian tujuan.
kurikulum juga dilengkapi dengan Garis- 3. Prinsip efisiensi, artinya dalam proses
garis Besar Program Pembelajaran yang pembelajaran agar dapat dicapai
memuat tujuan, proses pembelajaran, dan dengan tepat guna dipandang dari segi
teknik evaluasi. waktu, tenaga dan biaya secara optimal.
Abdullah (1999) menyebutkan 4. Prinsip kesinambungan, dalam
komponen-komponen kurikulum, meliputi: pengembangan kurikulum program
komponen tujuan, isi dan struktur program, BIPA adalah agar program tersebut
media dan sarana prasarana, strategi belajar dapat diselenggarakan secara
mengajar, proses belajar mengajar, dan berkesinambungan antartingkatan
komponen evaluasi atau penilaian. Untuk program maupun antarmatakuliah.
mengembangkan kurikulum suatu program 5. Prinsip fleksibilitas. Prinsip ini
studi, perlu dipertimbangkan beberapa dimaksudkan untuk memberi
prinsip. Prinsip-prinsip tersebut meliputi keleluasan terhadap pendidik dalam
prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi, mengembangkan diri.
kesinambungan, dan fleksibilitas. (Abdullah,
1999). Penerapan prinsip-prinsip sangat Kurikulum BIPA pada
diperlukan agar kurikulum yang keseluruhannya harus memiliki struktur
dikembangkan dapat menjadi pedoman yang pasti dan jelas sehingga dapat
pelaksanaan program secara efektif. memberikan pedoman kepada guru
Berkaitan dengan pengembangan maupun siswa jenis pelajaran dan pokok
kurikulum program BIPA, penyelenggara bahasan yang perlu dikuasai dalam satu
program harus mempertimbangkan paket atau program tertentu. Kurikulum
komponen-komponen dan prinsip-prinsip BIPA disusun untuk dijadikan pedoman
pengembangan kurikulum tersebut dalam dalam menentukan materi apa yang akan
rangka upaya untuk mewujudkan tujuan dibahas serta tujuan dan kompetensi yang
program BIPA dapat terwujud. Penjelasan harus dicapai dalam materi tersebut.
beberapa prinsip tersebut, yaitu : Kurikulum BIPA juga hendaknya didesain
1. Prinsip relevansi, artinya kurikulum sedemikian rupa agar saling melengkapi
yang dihasilkan adalah kurikulum yang dan saling mengukuhkan. Dengan
sesuai dengan kehidupan nyata para demikian, waktu yang terbatas dapat
peserta didik, relevan dengan dimanfaatkan semaksimal mungkin (Dick,
kehidupan sekarang dan yang akan 2002).
datang. Untuk dapat memenuhi prinsip Penekanan utama dalam menyusun
ini, dilakukan analisis kebutuhan (need materi kurikulum BIPA yaitu pada
assessment) sebagai bahan keterampilan lisan dengan
pertimbangan. menitikberatkan pada penggunaan bahasa
2. Prinsip efektivitas, maksudnya secara lisan, terutama dalam tahap pemula.
kurikulum disusun diharapkan dalam Struktur atau pola kalimat perlu diajarkan
pelaksanaan pembelajaran dengan secara mendalam agar pembelajar dapat
menguasai pola kalimat dalam bahasa

49
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Indonesia untuk kepentingan keseluruhan (baik tata bunyi, kosa kata,


berkomunikasi. Materi yang otentik lebih maupun tata bahasa). Mereka tentu harus
mendukung dalam pembelajaran BIPA, mempelajari apa yang mereka butuhkan.
sebagai contoh bahasa Indonesia yang Informasi tentang kebutuhan pembelajar itu
digunakan oleh penutur aslinya. Hal ini amat diperlukan untuk menyusun
seperti yang dijelaskan Widharyanto kurikulum yang berpusat pada pembelajar
(2003) bahwa otentisitas dalam itu dan untuk pengajar yang berperan sebagai
berkaitan dengan: (1) bahasa yang fasilitator. Untuk itu, diperlukan analisis
dipelajari, (2) sumber bahan ajar kebutuhan komunikasi yang benar-benar
pembelajaran, (3) tugas-tugas dibutuhkan oleh pelajar. Jadi, bukan
pembelajaran, dan (4) bentuk tes dalam kebutuhan umum, tetapi kebutuhan khusus.
pembelajaran BIPA. Pengkhususan kebutuhan komunikasi ini
Penyusunan kurikulum BIPA diutamakan untuk seleksi fungsi ujaran atau
mendasarkan pada prinsip bahwa bahasa tindak komunikasi yang perlu dipelajari
merupakan alat komunikasi. Sebagai alat oleh pelajar. Dengan menggambarkan
komunikasi, bahasa merupakan satu profil kebutuhan komunikasi dapat
kesatuan yang utuh, terpadu dan tidak ditentukan kecakapan dan bentuk-bentuk
terpisah-pisahkan. Bahasa juga memiliki linguistik khusus yang perlu dipelajari
fungsi sosial yang tentu harus disampaikan (Munby, 1978: 24). Dalam hal ini, Nunan
seperti yang ada dalam masyarakat (1988: 22) mengatakan bahwa para
penuturnya. Hubungan dengan pendukung kurikulum yang berpusat pada
kebudayaan akan memberikan pelajar kurang tertarik pada pelajar yang
pengalaman yang nyata dalam mau menguasai keseluruhan suatu bahasa.
penggunaan bahasa Indonesia dan akan tetapi lebih tertarik untuk membantu
memudahkan penyerapan. Pengajaran mereka memperoleh keterampilan
bahasa dengan demikian tidak lepas dari komunikatif dan kebahasaan yang mereka
konteks sosial budaya masyarakat butuhkan untuk melaksanakan tugas dalam
penuturnya. Hal ini sesuai dengan dunia nyata. Ini berarti secara implisit
kenyataan bahwa bahasa merupakan pandangan yang berpusat pada pelajar
fenomena sosial dan budaya. mengaku bahwa tidak ada orang yang
menguasai segala aspek bahasa.
D. DASAR-DASAR Munby (1978) menjelaskan bahwa
PENGEMBANGAN KURIKULUM analisis kebutuhan harus diuraikan secara
BIPA teliti dan rinci ditinjau dari berbagai segi.
1. Analisis Kebutuhan Pembelajar Profil kebutuhan pembelajar (participant)
BIPA (Needs Analysis) perlu diinterpretasikan dalam
Untuk mencapai tujuan pokok hubungannya dengan keterampilan bahasa
belajar bahasa Indonesia yaitu agar dapat sesuai dengan kenyataan. Munby tidak
menggunakannya untuk berkomunikasi menggunakan istilah keterampilan bahasa
baik secara lisan maupun tertulis, penutur yang meliputi empat macam:
asing tidak perlu dan juga memang tidak mendengarkan, berbicara, membaca, dan
mungkin mempelajari bahasa Indonesia menulis sebagai konsep makro, tetapi

50
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

istilah keterampilan digunakan dalam Ruang lingkup pembelajaran BIPA,


konsep mikro yang tidak memisahkan meliputi kebahasaan, keterampilan
keempat keterampilan itu. berbahasa (mendengarkan, berbicara,
2. Kerangka Kurikulum BIPA membaca, dan menulis), apresiasi
Kerangka Kurikulum BIPA dalam sastra, dan pengenalan budaya
bagian ini akan digambarkan secara Indonesia. Materi kebahasaan harus
sederhana, yaitu meliputi tujuan, ruang dihubungkan dengan budaya karena
lingkup bahan dan sumbernya, serta sistem belajar bahasa berarti belajar budaya.
evaluasi. Kerangka Kurikulum BIPA yang Sumber bahan pembelajaran dapat
ditawarkan ini hanya sebagai sebuah berbentuk sumber tertulis (surat
desain kurikulum yang perlu dilakukan uji kabar, surat resmi atau pribadi,
kelayakannya. masalah, buku, dokumen, dll) dan
a) Tujuan sumber lisan ( radio atau televisi).
Perumusan tujuan pembelajaran Bahasa Namun demikian, perlu diketahui
Indonesia bagi Penutur Asing tentu bahwa tidak semua bahan harus
memiliki perbedaan dengan pelajar dipelajari. Hal ini mengingat dalam
Indonesia. Sikap siswa Indonesia dan kurikulum ini berpusat pada
penutur asing terhadap bahasa pembelajar. Berdasarkan analisis
Indonesia juga berbeda. Oleh karena kebutuhan, pembelajar BIPA
itu, rumusan tujuan pengajarannya juga diberikan kebebasan untuk
berbeda. Berikut ini rumusan tujuan menentukan tujuan pembelajaran,
dalam kurikulum BIPA: lama belajar dan tingkat kemampuan.
(1) Pembelajar BIPA memahami Kurikulum menyediakan segala
fungsi bahasa Indonesia sebagai sesuatunya berdasarkan analisis
lambang identitas nasional atau kebutuhan atau istilah Yalden (1983)
jati diri bangsa Indonesia. survei kebutuhan.
(2) Pembelajar BIPA memahami c) Sistem Evaluasi
komponen-komponen linguistis Evaluasi merupakan masalah yang
bahasa Indonesia, seperti ejaan, rumit dan kompleks dalam
fonologi, morfologi, sintaksis dan pembelajaran bahasa. Mulai dari
semantik. penentuan kompetensi, materi,
(3) Pembelajar BIPA mampu indikator pencapaian, pembuatan alat
menggunakan ragam bahasa evaluasi, pelaksanaan evaluasi, dan
Indonesia dalam berkomunikasi pengolahan hasil evaluasi.
baik secara reseptif maupun Mengevaluasi atau penilaian
produktif. pembelajaran BIPA merupakan
(4) Pembelajar BIPA mampu kegiatan untuk mengetahui apakah
memahami budaya-budaya program pembelajaran yang
Indonesia untuk mendukung direncanakan dan dilaksanakan
keterampilan berbahasanya. berhasil dan efisien. Ada beberapa
b) Ruang Lingkup Bahan dan jenis evaluasi yang dapat digunakan
Sumbernya dalam pembelajaran BIPA:

51
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

1) Evaluasi berdasarkan waktu Bentuk evaluasi yang dapat


pelaksanaan digunakan yaitu bentuk tes atau
Evaluasi ini terdiri atas evaluasi nontes. Bentuk tes dapat digunakan
harian, mingguan, tengah program, untuk menguji struktur dan ekspresi
dan akhir program. Evaluasi harian tulis, kosakata dan membaca, serta
diberikan pada saat setiap menyimak. Sementara bentuk nontes
pembelajaran berlangsung yang dapat dapat digunakan untuk mengukur
berupa penugasan atau PR. Evaluasi kompetensi berbicara dan menulis
mingguan dilakukan pada akhir pekan dengan bentuk penugasan.
yang bertujuan untuk mengukur 4) Evaluasi berdasarkan cara
ketercapaian materi yang dikuasai Dalam pembelajaran BIPA, evaluasi
selama satu minggu. Evaluasi tengah dapat dilakukan dengan cara lisan,
program dilakukan untuk pada saat tertulis, dan presentasi projek. Tes
pembelajaran BIPA telah mencapai lisan dilakukan dengan memberikan
setengah dari keseluruhan program. pertanyaan yang harus dijawab secara
Evaluasi ini dapat digunakan untuk lisan atau juga dapat dilakukan
menganalisis ketercapaian hasil dengan mengajak pembelajar
belajar dan remedial. Evaluasi akhir berkomunikasi secara langsung
program dilakukan setelah program dengan dipandu pertanyaan. Tes
dilakukan secara keseluruhan. tertulis dilakukan dengan cara
Evaluasi ini menentukan nilai akhir memberikan pertanyaan yang harus
pembelajar baik dalam kelulusan atau dijawab pembelajar di lembar
naik tingkat. jawaban. Sementara itu, evaluasi
2) Evaluasi berdasarkan materi yang dapat mencakup lisan dan
Bahan dasar evaluasi adalah materi tertulis dapat dilakukan dengan
ajar. Materi pembelajaran BIPA presentasi projek. Pembelajar harus
terdiri atas materi kebahasaan menulis laporan projeknya dan
(kosakata, tata bahasa) dan menyajikan secara lisan.
keterampilan berbahasa (berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis), E. PENUTUP
masing-masing memiliki uji evaluasi Sebagai penutup perlu
yang berbeda. Evaluasi kebahasaan dikemukakan bahwa untuk pengembangan
mencakup evaluasi terhadap kurikulum BIPA harus berpusat pada
kemampuan pengucapan dan ejaan, pembelajar. Dalam pengembangan
penguasaan kosakata, dan penguasaan kurikulum BIPA, diperlukan analisis
struktur. Sementara tes keterampilan kebutuhan mereka. Hal ini dilakukan
berbahasa mencakup empat karena pembelajar BIPA ini memiliki latar
keterampilan berbahasa, yaitu belakang budaya dan bahasa yang
menyimak, berbicara, membaca, dan berbeda. Secara umum, pembelajar BIPA
menulis. datang dari berbagai negara yang berbeda
3) Evaluasi berdasarkan bentuk dan berkumpul dalam satu kelas BIPA
sehingga dalam penanganan dan

52
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

pengelolaan kelas juga akan berbeda jika Idi, Abdullah. 1999. Pengembangan
dalam satu kelas itu merupakan Kurikulum Teori dan Praktik.
pembelajar dari Indonesia. Perlu adanya Jakarta: Gaya Media Pratama.
keramahan, yang dapat diartikan siap Iskandarwasid & Dadang Sunendar.
melayani pembelajar. Struktur kurikulum (2013). Strategi Pembelajaran
yang meliputi penentuan tujuan dan bahan Bahasa. Bandung: Rosda Karya.
yang disediakan tidak dipaksakan untuk Nunan,David. 1995. Analyzing the
mereka, tetapi mereka dapat mengambil curriculum. New York: Mc
sebagian atau seluruhnya sesuai dengan Graw Hill. Inc.
keinginan mereka. Selain itu mereka juga Olive. Peter I. (1992). Developing the
diikutsertakan dalam evaluasi. curriculum. 3rd edition. Harper
Collins Publisher.
Posner, George.J. 1988. Syllabus design.
DAFTAR PUSTAKA Oxford University Press.
Suyata, P. (2000). Model Alat Ukur
Brown, Douglas H. (2000). Teaching by Evaluasi BIPA, dalam Prosiding
Principle An Introduction Konferensi Internasional
Approach to Language Pengajaran Bahasa Indonesia
Pedagogy. New York: Pearson bagi Penutur Asing (KIP BIPA)
Educatia. III. Bandung: CV. Andira.
Dick, David. Pengembangan Kurikulum Wahyana, Anton. Persepsi Pembelajar
BIPA yang intensif dan terpadu: Dewasa Tingkat Lanjut
suatu perpective Terhadap Pembelajaran Bahasa
Autralia. Makalah dalam buku Indonesia sebagai Bahasa Asing.
Resensi BIPA III Makalah dalam resensi BIPA II

53

Anda mungkin juga menyukai