Anda di halaman 1dari 6

KBI XII Tahun 2023

Tema : Optimalisasi Diplomasi Bahasa Indonesia Melalui BIPA

Subtema : Penginternasionalan Bahasa Indonesia

Perkembangan BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing)

Dalam Upaya Internasionalisasi Bangsa

Oleh: Eling Arliyan

Bahasa merupakan alat pemersatu bangsa, yang digunakan untuk berkomunikasi


membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan. Mengulas peristiwa Sumpah
Pemuda 90 tahun silam, mengandung poin yang membahas perihal bahasa yang bertuliskan
“kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Hal tersebut
menandakan bahwa bangsa Indonesia bersumpah untuk menjaga dan menjunjung bahasa
Indonesia dengan tekad dan semangat yang kuat.

Apalagi saat ini pergaulan antar bangsa sudah semakin melejit di era globalisasi.
Tantangan yang dihadapi semakin berat, oleh karena itu indonesia harus mampu menyiapkan
diri dengan baik dan penuh perhitungan. Terutama dalam aspek kebahasaan, karena bahasa
merupakan jati diri suatu bangsa dan negara. Perlu kita ketahui, globalisasi tidak selamanya
membawa pengaruh negatif, hal tersebut terbukti bahwa globalisasi dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan dari waktu ke waktu. Beberapa contoh dalam aspek bahasa di antaranya
kenyataan arus globalisasi yang mendorong Indonesia untuk menjadikan bahasanya masuk
dalam kancah internasional.

Peran bahasa indonesia pada tingkat nasional cukup besar, sebagaimana fakta bahwa
bahasa Indonesia telah dipelajari lebih dari 45 negara di dunia, selain itu di Vietnam bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi ke 2 yang disejajarkan dengan bahasa Inggris. Bahkan di
Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa ke 4 terpopuler yang diajarkan lebih dari 500
sekolah. Selain itu, di Eropa bahasa Indonesia menjadi bahasa Asia ke 2 yang paling diminati.
1
peristiwa tersebut menunjukkan eksistensi bahasa Indonesia di mata dunia, hal ini

1
Dya Fathiyaturrohimah, “Internasionalisasi Bahasa Indonesia dan Internalisasi Budaya Indonesia Melalui
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)”. Jurnal Humaniora, Vol 2, No 2 September 2018.
memberikan dampak positif sebagaimana bunyi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
mengenai bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan telah dikeluarkan oleh
pemerintahan sebagai upaya mempertahankan dan mengembangkan bahasa Indonesia agar
setara dengan bahasa negara lainnya yang diakui dunia.

Membahas mengenai kebahasaan, pemerintah memberikan penguatan pada pasal 44


ayat 1 yang menjelaskan bahwa pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai
Internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Hal ini bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah namun juga menjadi tanggung jawab seluruh warga negara untuk
menjaga dan menjujung bahasa Indonesia. Salah satu upaya internasionalisasi tersebut telah
ditunjukkan melalui program pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing) yang
diselenggarakan oleh berbagai lembaga yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri.
Hal Tersebut membawa dampak baik bagi Indonesia, yaitu bertambahnya jumlah penutur dan
area penggunaan bahasa Indonesia. 2

BIPA adalah singkatan dari Bahasa Indonesia Penutur Asing, sehubungan dengan hal
ini BIPA merupakan program pengajaran bahasa Indonesia yang khusus diajarkan untuk
penutur asing. Yang dimaksud penutur asing dalam hal ini adalah penutur selain penutur
bahasa indonesia dan daerah. Adapun tujuan dari program BIPA adalah memberikan
pengajaran kepada penutur asing tentang bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi secara
wajar. Oleh karena itu, bahasa indonesia menjadi materi utama dalam pengajarannya. 3

BIPA digolongkan menjadi beberapa jenis, di antaranya terbagi atas: (1) Pembelajaran
BIPA Singkat, yang biasanya berkisar antara 2 minggu sampai 2 bulan; (2) pembelajaran
BIPA regular, biasanya terlaksana dalam waktu 4 bulan hingga 6 bulan. Selain memiliki jenis
pembelajaran, BIPA memiliki beberapa kategori yakni BIPA level dasar (elementary),
menengah (intermediate), dan lanjut (advance). Kategori ini kemudian dirincikan menjadi 6
tingkatan oleh CEFR (common European Framework Reference For Lenguages) di antaranya
level pertama yang terdiri atas prapemula dan pemula. Level ini menjadi level yang paling
mendasar dalam pembelajaran BIPA. Selanjutnya tingkat madya yang terdiri atas pramadya
dan madya, dan yang terakhir adalah lanjut yakni yang terdiri atas pralanjut dan lanjut. 4

2
Liliana Muliastuti, 2018, “BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia” Artikel.
3
Panji Hermoyo Suher, “Pengembangan Materi Ajar BIPA Melalui Budaya Lokal Jawa Timur”, Elementary School
Jurnal Vol 1, Nomor 1 Agustus 2017.
4
Ari Kusmiatun, 2018 “Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing Dan Pembelajarannya”, Yogyakarta: K.
Media.
Beberapa katerogi yang telah dikelompokkan di atas masing-masing memiliki indikator
kompetensi yang digunakaan dalam menunjang keberlangsungan pembelajaran BIPA.

Pembelajaran BIPA mempunyai karakteristik yang berbeda, hal ini tergantung kepada
siapa pembelajarnya. Apakah sudah memiliki bahasa pertama (B1) atau belum, selain itu usia
juga menjadi pembeda dari pembelajaran BIPA karena pembelajaran bahasa untuk usia siswa
dan mahasiswa tentu memiliki cara, metode, teknik dan media yang berbeda. Hal ini juga
dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran BIPA yang beragam. ada pembelajar yang hanya
belajar untuk percakapan praktis saja, ada yang hanya sekedar bisa membaca dan menulis,
dan ada yang bertujuan untuk melanjutkan studi di Indonesia.

Selain memiliki karakteristik, BIPA mempunyai fungsi strategis yang menjadi acuan
diantaranya ada fungsi ilmiah akademis, sosial komunikatif, dan strategis politik. Ilmiah
akademis berkaitan dengan pemerolehan pembelajaran bahasa yang meliputi aspek linguistik.
Dengan begitu penutur asing akan mengetahui cara pelafalan bahasa indonesia yang tepat,
menulis ejaan yang benar dalam tata bahasa indonesia dan penguasaan pembendaharaan kosa
kata. Hal tersebut dilakukan agar para penutur asing dapat memahami dan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Program BIPA beragam dan banyak diselenggarakan oleh berbagai Lembaga, baik
perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hal ini diperkuat berdasarkan data yang dipeloleh
dari Pusat Bahasa Banten, bahwa program BIPA telah meluas ke 53 negara melalui fasilitas
badan bahasa pada 226 lembaga dan 92 ribuan pemelajar BIPA yang berada di Kawasan asia
tenggara. Hal tersebut adalah hasil kerja sama dari berbagai pihak, khususnya Lembaga
penyelenggara BIPA dan pegiat BIPA. Selain itu upaya internasionalisasi bahasa sudah lebih
dulu dilakukan di dalam negeri yang melibatkan duta bahasa tiap daerah provinsi di seluruh
indonesia. Forum dibentuk untuk melakukan pembinaan secara intensif guna mencapai tujuan
dari pembelajaran BIPA.

Secara formal pembelajaran BIPA dilakukan sesuai dengan kebutuhan pembelajar


sehingga penyelenggara terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan belajar. Pembelajaran
BIPA yang paling mendasar adalah memfokuskan pada penguasaan keterampilan berbahasa
yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut menjadi
tonggak pembelajaran bahasa indonesia. Sebelum adanya kurikulum standar, pembelajaran
BIPA memiliki kebebasan dalam pembelajarannya. Seiring berjalannya waktu peminat BIPA
semakin bertambah, dan hal ini menjadi kendala karena pembelajaran BIPA tidak memiliki
acuan atau pedoman pemelajaran.

Melihat kebutuhan tersebut para pengajar BIPA seluruh indonesia berkumpul dalam
kegiatan KIPBIPA (Konfrensi Internasional Pengajar Bahasa Indonesia Penutur Asing)
berkumpul demi menggagas beberapa hal, di antaranya: (1) dalam Menyusun kurikulum
nasional BIPA pemerintahan harus memiliki pola pemeringkatan sendiri, berdasarkan acuan
yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan. (2) standar kemahiran BIPA perlu
ditetapkan, sebagai acuan bersama. (3) program BIPA hrus mempunyai kurikulum sebagai
pedoman pengajaran. (4) penyusunan kurikulum perlu memperhatikan landasan, keragaman,
gradasi, tuntutan dinamika global, dan ragam kondisi penyelenggara BIPA. (5) penyusunan
kurikulum haruslah memperhatikan Langkah-langkah penyusunannya. (6) badan
pengembangan dan pembinaan bahasa berperan sebagai fasilitator dan coordinator dalam
Menyusun dn menguji kemahiran BIPA. (7) Penyusunan ujian kemahiran BIPA (UKBIPA)
perlu dilakukan. 5

Pembentukan kurikulum bukanlah hal yang sederhana, di dalamnya mengandung


banyak komponen yang berisikan hal-hal yang menjadi acuan dan pedoman suatu
pembelajaran. Adapun komponen yang harus dipenuhi dalam kurikulum di antaranya
meliputi tujuan, isi, struktur program, media, sarana dan prasarana, strategi belajar, proses
6
belajar, evaluasi dan penilaian. berkaitan dengan perkembangan BIPA, diperlukan prinsip
kurikulum sebagai penunjang keberlangsungan proses pembelajaran di antaranya: (1)
relevansi, artinya kurikulum yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. (2) efektvitas,
kurikulum yang dibuat diharapkan baik dan mudah dimengerti, sehingga memperlancar
pencapaian tujuan. (3) efisiensi, tercapainya waktu, tenaga, biaya, secara optimal. (4)
kesinambungan, proses pembelajaran yang berkesinambungan antara satu dan yang lainnya.
(5) fleksibilitas, memberi keleluasaan terhadap pengajar untuk mengembangkan diri.

Dari gagasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik simpulan bahwa sumpah pemuda
menjadi momentum awal kejayaan dunia kebahasaan yakni bahasa indonesia. Bahasa
merupakan alat pemersatu bangsa yang dijaga dan dijunjung oleh seluruh putra-putri bangsa.
Dari masa ke masa bahasa mengalami beberapa kesulitan, hal ini ditimbulkan oleh
perkembangan global yang terjadi. Namun globalisasi ternyata membawa dampak positif

5
Jimat Susilo, “Pengembangan Kurikulum Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing” Deiksis, Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
6
Abdullah, 1999, “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik” Jakarta: Gaya Media Pratama.
bagi indonesia salah satu di antaranya sebuah fakta bahwa bahasa indonesia memasuki
kancah internasional.

Salah satu bentuk internasionalisasi bangsa dalam aspek kebahasaan adalah dengan
adanya program BIPA yang semakin banyak peminatnya. Di samping peminat yang semakin
bertambah pengajaran BIPA tentunya harus memiliki acuan dan pedoman pembelajaran
sehingga dibentuklah sebuah kurikulum BIPA. Kurikulum ini berpusat pada kebutuhan
pembelajar, oleh karena itu diperlukan analisis kebutuhan sebelum dilakukan pembelajaran.
Hal ini dilakukan karena adanya latar belakang yang berbeda dari tiap pembelajar,

Melihat gencarnya pembelajaran BIPA di Indonesia saat ini, menunjukkan eksistensi


bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan dari fakta bahwa bahasa Indonesia semakin populer
diberbagai negara sehingganya ada banyak kemungkinan di masa mendatang bahwa bahasa
Indonesia menjadi bahasa internasional. Oleh karena itu pihak pemerinntahan dan seluruh
civitas akademik harus bahu membahu dalam upaya terwujutnya bahasa Indonesia yang

Daftar Rujukan

Abdullah, (1999), “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik” Jakarta: Gaya Media
Pratama.

Fathiyaturrohimah Dya, “Internasionalisasi Bahasa Indonesia dan Internalisasi Budaya


Indonesia Melalui Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)”. Jurnal Humaniora, Vol 2,
No 2 September 2018.

Hermoyo Suher Panji, “Pengembangan Materi Ajar BIPA Melalui Budaya Lokal Jawa
Timur”, Elementary School Jurnal Vol 1, Nomor 1 Agustus 2017.

Kusmiatun Ari, 2018 “Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing Dan
Pembelajarannya”, Yogyakarta: K. Media.

Muliastuti Liliana, 2018, “BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia” Artikel.

Susilo Jimat, “Pengembangan Kurikulum Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing” Deiksis,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai