Anda di halaman 1dari 25

RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:

SITI ENDASARI RAHWANI

07231911060

PROGRAM STUDI SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
MATERI 1: PERANAN MASYARAKAT DALAM PEMBINAAN BAHASA INDONESIA
A.    Hakikat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia
Hasil perumusan bahasa Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) telah disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa adalah usaha dan kegiatan yang ditujukan untuk
memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa
asing supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan meliputi usaha-usaha pembakuan
agar tercapai pemakaina bahasa yang cermat, tetap dan efesien dalam komunikasi. Untuk
kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa pembinaan terutama ditujukan kepada
penuturnya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan pengembangan terutama
ditujukan kepada bahasa dalam segala aspeknya.
Pembinaan dan pengembangan mencakup dua arah yaitu pengembangan bahasa mencakup
dua masalah pokok (masalah bahasa dan kemampuan/sikap) dan pembinaan juga mencakup
dua arah (masyarakat luas dan generasi muda).

B. Kedudukan Bahasa Indonesia dan fungsinya

Di dalam kedudukan sebagai Bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Bahasa resmi kenegaraan


2. Bahasa pengantar Lembaga-lembaga Pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
4. Alat pengembangan kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi modern

Fungsi Bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan bermasyarakat karena Bahasa hanya dimiliki
oleh manusia yang merupakan sebuah anugerah dari maha pencipta. Dalam kegiatan bebahasa
baik secara lisan maupun tulisan keduanya mempunyai kedudukan yang sejajar dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan Bahasa lisan sebagai alat komunikasi yang
sering di pengaruhi Bahasa daerah. Seperti suku sasak, secara otomatis dalam kehidupan atau
cara bergaul dengan teman atau rekan sedaerah akan menggunakan Bahasa sasak sebagai alat
komunikasinya.

Hal ini berbeda dengan lingkungan formal, seperti Lembaga sekolah atau Lembaga Pendidikan
lainnya. Bahasa lisan yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Hal ini karena Bahasa Indonesia
sesuai dengan tuntunan kebutuhan siswa. Adapun tujuan Bahasa Indonesia diberikan kepada
siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lain halnya dengan
lingkungan masyarakat di keluarga bahwa orang yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam
pergaulannya dianggap sombong.

2
Pengertian pembinaan bahasa :

Bahasa merupakan alat komunikasi paling vital bagi umat manusia. Bahasa memiliki sifat yang
dinamis sesuai dengan perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kedinamisan Bahasa menuntut dilakukanya upaya pembinaan Bahasa Indonesia. Pembinaan
Bahasa merupakan upaya sadar, terencana dan sistematis tentang peningkatan mutu bahsa
sehingga masyarakat pemakainya memiliki kebanggaan dan kegairahan menggunakannya.
Batasan tersebut tampak sejalan dengan jumlah pemakai Bahasa lewat penyebaran hasil
pembakuan, penyuluhan, pembimbingan serta penetapan kedudukan serta fungsi Bahasa.

Peran pembinaan Bahasa

Pembinaan Bahasa Indonesia sebagai sebuah proses, dilaksanakan dalam berbagai usaha
seperti pengajaran Bahasa Indonesia. Pembinan Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki
peran :

1. Memperkenalkan ciri-ciri dan pembangkitan penghargaan pada Bahasa Indonesia baku


dan Bahasa Indonesia non baku.
2. Memperkenalkan ciri-ciri fungsi sebagai varian Bahasa sehingga pengajaran Bahasa
Indonesia lebih relevan untuk anak didik dan memperkecil jarak antara sekolah dan
masyarakat.
3. Memandu siswa mempergunakan ciri bahsa tepat sesuai dengan fungsinya.

Sarana pembinaan Bahasa

Khalayak sasaran dan target yang hendak dicapai. Khalayak dapat terdiri atas berbagai golongan
misalnya :

1. Penutur asli
2. Bukan penutur asli
3. Masih bersekolah
4. Tidak bersekolah
5. Guru
6. Karyawan

Target yang hendak dicapai dalam usaha pembinaan Bahasa Indonesia adalah :

1. Menumbuhkan sikap posiif


2. Meningkatkan kegairahan Indonesia
3. Meninglkatkan keikut sertaan dalam menjaga

3
Upaya pembinaan Bahasa

Upaya pembinaan yang di lakukan antara lain, melalui pengajaran dan pemasyarakatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan adalah upaya meningkatka mutu Bahasa
agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. Upaya
pengembangan itu antara lain, meliputi penilitian, pembakuan, dan pemiliaraan. Usaha
pembinaan melalui pengajaran Bahasa Indonesia melalui sistem persekolahan dilakukan
dengan mempertimbangkan Bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan konteks pemakaian
yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan pemakaian bahsa yang baik dengan
tidak mengabaikan adanya berbagai ragam Bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat.
Peningkatan mutu Pendidikan Bahasa itu dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Pengembangan kurikulum Bahasa Indonesia


2. Pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan
metodologi pemngajaran Bahasa
3. Pengembangan tenaga kependidikan bahasa yang professional
4. Pengembangan sarana Pendidikan Bahasa yang memadai, terutama sarana uji
kemahiran Bahasa

C.    Pembinaan Sikap Berbahasa Indonesia


Masyarakat Indonesia dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sesuai dengan lingkungan dan keadaan yang dihadapi benar sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.hal itu, tentu saja tidak terlepas dari tujuan pembinaan bahasa Indonesia, yaitu :
1.    Menumbuhkan dan membina sikap  bahaasa yang positif.
2.    Meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.    Peningkatan mutu serta disiplin penguasaan bahasa Indonesia dalam segenap lapisan
masyarakat.

D.    Sikap Positif terhadap Bahasa Indonesia


Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia berungkap jika kita lebih suka memakai bahasa Indonesia
dan menjaga agar pengaruh asing tidak berlebihan. Sikap kebanggaan berbahasa terungkap jika
kita terdapat perasaan bahwa bahasa Indonesia dapat mengungkapkan konsep yang rumit
secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya.

Hal ini, perlu ditegaskan karena dikalangan masyarakat berbagai sikap terhadap kemampuan
berbahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1.    Sikap menyangsikan kemampuan bahasa Indonesia mendukung dan mengembangkan ilmu
pengatahuan.
2.    Sikap mempercayai sepenuhnya kemampuan bahasa Indonesia mendukung dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

4
Sikap positif bahasa Indonesia tidak berarti sikap kebahasaan yang kaku dan tertutup dan
menuntut kemurnian bahasa Indonesia dan yang menutup bahasa Indonesia dari hubungan
saling pengaurh dengan bahasa lain yaitu bahasa daerah dan bahasa asing di Indonesia
terhadap kurang lebih 400 bahasa daerah.

E.    Upaya Meningkatkan Kegairahan Penggunaan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
Pengguanaan bahasa yang baik dan benar adalah penggunaan yang disesuaikan dengan
lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan maupun tulis.
Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah pengguanaan ragam-ragam bahasa
Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkunagn komunikasi.
Penggunaan bahasa Indonesia dengan benar adalah penggunaan yang disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam ragam tulis, kaidah itu tertera pada buku :
1.    Pedoman Umum EYD.
2.    Pedoamn Umum Pembentukan Istilah.
3.    Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.

F.    Peran Serta Kita dalam Meningkatkan Mutu dan Disiplin Pengunaan dan Penguasaan
Bahasa Indonesia
Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut berperan serta dalam meningkatkan mutu dan
disiplin penggunaan serta penguasaan bahasa Indonesia. Hal ini perlu dilaksanakan agar
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangannya.
Upaya peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia harus merupakan kegiatan
yang berkesinambungan, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat kemasyarakatan.
Kita sebagai Pembina bahasa Indonesia hendaknya ikut bereran dalam mencapai tujuan
pembinaan bahasa Indonesia. Kita sebagai bahasa Indonesia senantiasa menjaga, memelihara,
dan mengembangkan agar masyarakat atau generasi ke depannya tetap bisa menggunakana
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5
MATERI 2 : POROS RINGKASAN DAN RESENSI DALAM BAHASA INDONESIA

Poros ringksan merupakan sebuah penyajian pertistiwa panjang yang disajikan secara
singkat dan juga cara baik untuk memotong sajian sebuah hasil karangan yang panjang. untuk
disajikan dalam bentuk sajian yang singkat.

Poros Ringkasan juga merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, namun tidak
merubah urutan isi dan sudut pandang pengarang asli.

• Didalam Ringkasan terdapat beberapa bentuk, yaitu :

1. Ringkasan dalam bentuk abstrak

Ringkasan berbentuk abstrak dimaksudkan untuk uraian yang sesingkat mengenai bagian-
bagian pokok yang dibahas.

2. Ringkasan dalam bentuk sinopsis

Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasanya dilakukan pada buku seperti karya fiksi dan non
fiksi. Bentuk sinopsis adalah salah satu bentuk ringkasan suatu karya yang dapat memberikan
dorongan kepada orang lain untuk membaca secara keseluruhan.

3. Ringkasan dalam bentuk simpulan

Merupakan bentuk ringkasan yang menyatakan gagasan utama dari uraian atau
pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelasaian dari
permasalahan yang diungkap.

• Tujuan Ringkasan

Dengan meringkas suatu uraian yang panjang dapat membantu seseorang memahami dan
mengetahui isi sebuah buku atau karangan. Dengan meringkas, seseorang dibimbing dan
dituntun untuk membaca karangan asli dengan cermat dan menulis kembali dengan tepat.

6
• Ciri-ciri Ringkasan, antara lain :

1. Memiliki kerangka dasar yang jelas

2. Memiliki inti yang tidak menghilangkan hasil karangan asli

3. Dalam memotong gagasan harus terperinci

4.Memiliki tujuan untuk memangkas hasil gagsan namun tidak merubah susunan pada bagian-
bagian atau bab.

Resensi dalam Bahasa Indonesia

Resensi atau ulasan buku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku. Sementara itu, menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2017), resensi adalah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya baik itu
buku, film, atau karya lain. Adapun tujuan utama resensi buku adalah memberikan tanggapan
terhadap isi buku yang diresensi sebagai upaya untuk memberikan informasi kepada calon
pembaca buku apakah buku tersebut layak dibaca atau tidak. Selain itu, tujuan resensi lainnya
adalah memberikan semacam umpan balik kepada pengarang untuk menyempurnakan isi buku
pada edisi terbitan selanjutnya. Biasanya, resensi dapat ditemui di media cetak seperti surat
kabar atau majalah serta media daring.

 Jenis-jenis Resensi terdiri dari :

1. Resensi ilmiah – Resensi ilmiah adalah resensi yang mengupas bidang keilmuan tertentu.
bahasa yang digunakan adalah bahasa resmi atau bahasa baku, banyak menggunakan rujukan
atau acuan, dan dipaparkan secara lengkap.

2. Resensi ilmiah popular – Berbeda dengan resensi ilmiah, resensi ilmiah popular merupakan
resensi ilmiah yang tidak menggunakan rujukan atau acuan tertentu, bahasa yang digunakan
adalah bahasa tidak baku, dan hanya bagian-bagian yang menarik saja yang dipaparkan oleh
peresensi.

3. Resensi informatif – Resensi informatif adalah resensi yang berisi hal-hal yang sifatnya
informative dari sebuah buku. Biasanya, resensi informatif hanya menyajikan ringkasan tentang
isi buku atau hal-hal lain yang berkaitan dengan buku yang diresensi.

7
4. Resensi evaluatif – Resensi evaluative adalah resensi yang berisi penilaian peresensi
terhadap buku atau hal-hal yang berkaitan dengan buku yang diresensi.

5. Resensi informatif-evaluatif – Resensi informatif-evaluatif adalah resensi yang merupakan


perpaduan dari resensi informatif dan resensi evaluatif. Resensi informatif-evaluatif menyajikan
ringkasan buku atau hal-hal penting yang terdapat dalam buku yang diresensi sekaligus berisi
penilaian peresensi terhadap isi buku.

6. Resensi buku sastra – Resensi sastra ialah resensi yang mengupas, memaparkan, dan menilai
buku-buku sastra. Resensi buku sastra disajikan secara informatif, evaluatif, atau perpaduan
keduanya.

7. Resensi buku nonsastra – Resensi nonsastra adalah resensi yang mengupas, memaparkan,
dan menilai buku-buku nonsastra seperti buku-buku pengetahuan dan lain sebagainya.

 Unsur

Resensi terdiri dari beberapa unsur yaitu judul, identitas buku, isi resensi buku, dan penutup
resensi buku.

1. Judul resensi 

Resensi yang dibuat hendaknya memuat judul resensi. Judul resensi berperan sebagai
pengantar sebelum masuk ke isi resensi. Karena itu, judul harus dibuat semenarik mungkin
agar dapat menarik perhatian pembaca dan memiliki keterkaitan dengan isi resensi.

2. Identitas buku yang diresensi

Resensi harus memuat identitas buku yang merupakan data buku. Biasanya identitas
buku berisi judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit beserta cetakannya,
dimensi atau ukuran buku, dan harga buku.

3. Isi resensi buku

Unsur berikutnya adalah isi resensi. Biasanya, isi resensi buku berisi tentang ulasan
singkat buku dan disertai dengan kutipan singkat. Selain itu, isi resensi buku juga berisi
keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku, dan bahasa yang digunakan.

4. Penutup resensi

Terakhir, penutup resensi berisi alasan-alasan mengapa buku itu ditulis dan kepada
siapa buku itu ditujukan.

8
 Struktur
Sebagaimana halnya struktur teks ulasan dalam bahasa Indonesia, struktur teks resensi
meliputi identitas, orientasi, sinopsis, analisis, dan evaluasi.

1. Identitas

Identitas dalam resensi mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal
halaman, dan ukuran buku. Terkadang, bagian ini tidak dinyatakan secara langsung oleh
peresensi ketika meresensi film atau lagu.

2. Orientasi 

Orientasi berisi penjelasan mengenai kelebihan buku yang diresensi, misalnya


penghargaan yang pernah diraih oleh buku yang diresensi. Biasanya, hal ini diletakkan di
paragraf pertama oleh peresensi sebagai pemantik perhatian pembaca.

3. Sinopsis 

Sinopsis dalam resensi adalah ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis


terhadap isi buku.

4. Analisis

Analis berupa paparan tentang keberadaan unsur-unsur cerita, seperti tema,


penokohan, dan alur.

5. Evaluasi 

Berupa paparan tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya.

9
MAYERI 3 : 4 KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Keterampilan Menyimak

– Pengertian Menyimak

Menurut para ahli : 

 Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan
bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18)
 Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan
simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4).
 Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. (Tarigan: 1983)
 Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya”.(Sabarti –at all: 1992).

Jadi  menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengrkan,


mengidentifikasi bunyi bahasa, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya.

Dalam setiap fase menyimak diperlukan kemampuan tertentu yang dikenal dengan istilah
kemampuan penunjang menyimak, antara lain:

1.      Kemampuan memusatkan perhatian

2.      Kemampuan Mengingat

3.      Kemampuan Menangkap bunyi

4.      Kemampuan Linguistic

10
5.      Kemampuan Non linguistic

6.      Kemampuan Menilai

7.      Kemampuan menanggapi

- Tujuan Menyimak

Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan
yang tersirat dalam bahan simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan
sebagai berikut:

1.      Menyimak memperoleh fakta

2.      Untuk menganalisis fakta

3.      Untuk mengevaluasi fakta

4.      Untuk mendapatkan inspirasi

5.      Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri

6.      Meningkatkan kemampuan berbicara

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Karena itu tidaklah mengherankan
apabila aktifitas menyimak selalu melebihi kegiatan berbicara, membaca, dan menulis.
Menyimak berperan sebagai:

1.      Landasan belajar berbahasa

2.      Penunjang keterampilan berbahasa lainnya

11
3.      Pelancar komunikasi lisan

4.      Penambah informasi.

- Jenis-jenis Menyimak

Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literature mengenai menyimak,
maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimk terputus-putus, menyimak
dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak krits, menyimak reponsif, dan
sebagainya. Keanekaragaman nama menyimak disebabkan oleh pengklasifiksin menyimak
dengan titik pandang yang berbeda.

Menurut pengamatan penulis, ada 7 titik pandang yang digunkan sebagai dasar
pengklsifiksian menyimak, antara lain: sumber suara, taraf aktifitas penyimak, taraf hasil
simakan, keterlibatan penyimak, dan kemampuan khusus, cara penyimakan dan bahan
simakan, ujuan menyimak, tujuan spesifik. Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:

1. Sumber suara

Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi

Ini terjai di saat kita menyendiri, merenungkan nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, berkata-
kata dengan diri sendiri.

b. Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi

Menyimak yang seperti ini ang paling bnyak kita lakukan, misalnya dalam percakapan, diskusi,
seminar, dan sebagainya.

2. Cara penyimak bahan yang disimak

Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:

a. Menyimak ekstensif (extensive listening)

12
Menyimak ekstensif ialah penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum,
dalam garis-garis besar. Menyimak ekstensif meliputi:
1) Menyimak sosial

Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar,
terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada
faktor status sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang
anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini,
nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.

2) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang pembelajar sedang
membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orng lain, suara siaran radio, suara
televisi, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia
tidak terganggu oleh suara tersebut.

3) Menyimak estetik

Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan
menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi,
rekaman drama, cerita, syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan
aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi.
Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi
tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang
pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan cerpen-cerpennya melalui
radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat
menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.

4) Menyimak Pasif

Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya,
dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa
dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut.
Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan
bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang
itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan
oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal

13
istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan
ketidaksengajaan.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.Ciri-ciri menyimak intensif adalah:

1)      Menyimak dengan memahami makna pembicaraan

2)      Memerluhan konsentrasi tinggi

Konsentrasi ialah memusatkan sermua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, ingatan,
perhatian, dan sebagainya kepada salah satu objek. Agar penyimak dapat melakukan
konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain menjaga agar
pikiran tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak bergejolak, perhatian. terpusat pada objek
yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat
menggangu kegiatan menyimak, baik internal maupun ekstenal.

3)  Memahami bahasa formal

4)  Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.

Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk
membuat reproduksi dapat dilakukan secara lisan (berbicara) dan tulis (menulis, mengarang).
Reproduksi dilakukan setelah menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain:

1.      Mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara

2.      Mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan menulis atau mengarang

3.      Mengetahui kemampuan daya serap seseorang

4.      Mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang telah disimak.

Menyimak intensif meliputi:

1)  Menyimak kritis: Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam


diskusi,   perdebatan, dan lain-lain.

14
2)  Menyimak introgatif. Kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi
tersebut.

3)  Menyimak eksploratif. Kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi baru.

4) Menyimak kreatif. Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya


imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara
menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa
Belanda. bahasa Jerman. dan sebagainya, mengemukakan gagasan yang sama dengan
pembicara. namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, merekonstruksi
pesan yang telah disampaikan penyimak, menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar
materi yang telah disimak.

5)  Menyimak konsentratif. Kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian


untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan
menyimak konsentratif bertujuan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk, mencari hubungan
antarunsur dalam menyimak, mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen,
mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, mencari urutan penyajian
dalam bahan menyimak, dan mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak
(Kamidjan,2001:23).

6) Menyimak selektif. Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara
selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi
homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa yang sedang
dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan
menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah:

(a)   Menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang
diinginkan

(b)   Menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu

(c)    Menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.

15
  Tidyman & Butterfield mengklasifikaikan menyimak atas dasar tujuan menyimak. Hasil
pengklasifikasian menghasilkan tujuh jenis menyimak yaitu:

1)      Menyimak sederhana: Terjadi dalam percakapan dengan teman atau bertelepon.

2)      Menyimak diskriminatif: Menyimak untuk membedakan suara dan perubahan suara.

3)      Menyimak santai: Menyimak untuk tujuan kesenangan.

4)      Menyimak informatif : menyimak untuk mencari informasi.

5)      Menyimak literatur : menyimak untuk mengorganisasikan ide.

6)      Menyimak kritis: menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.

c. Taraf aktivitas penyimak

Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:

1) Kegiatan menyimak bertaraf rendah( silent listening )

Penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhtian,dan menunjang


pembicaraan. Biasana aktifitas itu bersifat non verbal   seperti mengangguk angguk, senyum,
sikap tertib dan penuh perhtian dan sebagainya.

2) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi( active listening ): Penyimak sudah dapat pengutarakan
kembali isi bahan smakan.

- Unsur Unsur Menyimak

16
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung
kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur
pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah 
pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing unsur itu.
1. Pembicara: Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan
yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara
ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan
(penyimak).
2. Penyimak: Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang
baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
3. Bahan Simakan: Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang
disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep,
gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan
baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan
dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang.Bahan simakan dengan
cara berikut:
a. Menyimak Tujuan Pembicara
Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan
pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan
pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan
dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis
gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.
b. Menyimak Urutan Pembicaraan
Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk
memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak
cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang
urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu pembukaan,
isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan dibahas. Bagian
isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang dikemukakan pada bagian
pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan.

c. Menyimak Topik Utama Pembicaraan

17
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan
dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara, is tidak
akan kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-ciri: menarik
perhatian pen) bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
d. Menyimak Topik Bawahan
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik
bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik
bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna
oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon
besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak
yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik
bawahannya.
e. Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman
yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan,
maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara.
Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang
dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan,
penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.

2. Keterampilan Berbicara
- Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang


dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan
dan  akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan
pikiran, gagasan,serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar  (audible) dan yang kelihatan 
(visible)  yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud  dan tujuan gagasan
atau ideide yang dikombinasikan.

Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.

18
- Tujuan Berbicara
Berbicara merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum menjelasakan
tujuan berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu fungsi bahasa, fungsi
bahasa yang kita tahu sangat banyak sekali, diantaranya:
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita
untuk melakukan komunikasi satu sama lain.
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat menyatakan
hidup bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau
karyawan.
c. Bahasa sebagai sarana memahami dri, yaitu bahasa dalam membangn karakter seseorang
harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya sendiri.
d. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu bahasa dapat digunakan untuk
mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta
e. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin efektivitas komunkasi.
Dan masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya
bahasa yang memiliki fungsi yang banyak itu tak dapat lepas dari tujuan berbicara itu sendiri
sebagai aplikasi dalam berbahasa, tujuan berbicara Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu
(1) menghibur,
(2) menginformasikan,
(3) menstimulasi,
(4) meyakinkan, dan
(5) menggerakkan.

– Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara


Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi :

a. ketepatan ucapan,

b. penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,


c. pilihan kata,
d. ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
e. ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan  faktor nonkebahasaan, meliputi
f. sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
g. pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
h. kesediaan menghargai orang lain,
i. gerak-gerik dan mimik yang tepat,
j. kenyaringan suara,
k. kelancaran,

19
l. relevansi, penalaran,
m. penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non
kebahasaan (nonlinguistik).

- Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang
diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor
penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar
partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan,
ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah,
menangis, dan sakit.

3. Keterampilan Membaca
- Pengertian keterampilan membaca

Keterampilan membaca adalah aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang
datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, keterampilan membaca juga dapat
dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan
kemampuan yang bersifat instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, proses
membaca yang dilakukan oleh seorang dewasa (dapat membaca) merupakan usaha mengolah dan
menghasilkan sesuatu melalui penggunaan modal tertentu.

Membaca adalah proses produksi yang menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap-
sikap baru. Seperti hukum yang berlaku dalam dunia usaha, semakin besar modal seseorang
untuk berusaha, semakin besar pula kemungkinan hasilnya. Oleh karena itu, seperti halnya
sebuah perusahaan yang menghasilkan sesuatu melalui proses mengolah. Membaca juga
merupakan proses mengolah, yakni mengolah bacaan. Nah, untuk mengolah hal itu diperlukan
modal tertentu. Secara garis besar, aktifitas membaca berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu
pembaca dan bahan bacaan. Untuk memperlancar proses membaca, seorang pembaca harus
memiki modal: 1). Pengetahuan dan pengalaman, 2). Kemampuan berbahasa (kebahasaan), 3).
Pengetahuan tentang tekhnik membaca, 4). Tujuan membaca.

20
- Tujuan membaca

Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Bahkan menurut hasil
penelitian, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan.
Inilah yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal
utama membaca.

Hal-hal yang berkaitan antara tujuan membaca dengan proses membaca yaitu:

 Memahami adanya berbagai macam dan variasi tujuan membaca


 Perlunya membangkitkan atau mendorong timbulnya berbagai tujuan membaca
 Perlunya latihan membaca bagi seseorang dengan tujuan membaca yang bervariasi
 Perlunya membina dan mengembangkan berbagai strategi membaca selaras dengan
ragam tujuan membaca
 Perlunya membangun perangkat tujuan membaca yang terbimbing untuk meningkatkan
kemampuan membaca

Tentang tujuan membaca itu banyak urusan yang bisa dibuat, tergantung dari mana kita
melihatnya. Secara garis besar tujuan membaca itu sangat luas sifatnya karena setiap situasi
membaca mempunyai tjuan tersendiri yang bersifat spesifik. Namun, secara umum ada
penggolongan membaca tentang tujuan membaca yang telah dikemukakan oleh ahli membaca
Waples (1967). Dalam eksperimennya ia menemukan bahwa tujuan membaca itu meliputi
beberapa hal yang pada hakikatnya tujuan membaca adalah modal utama membaca.

Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi yang intrinsik yang besar bagi seseorang.
Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan membaca akan dapat mengarahkan sasaran
daya pikir kritis dalam mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam
membaca.

- Efektifitas membaca

Efektif, artinya peningkatan membaca itu harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman
terhadap bacaan. Pembaca yang efektif dan kritis tahu tentang apa yang perlu digalinya dari
bahan bacaan secara cepat, mengabaikan unsur-unsur yang kurang penting, serta membuang
hal-hal yang tidak diperlukan. Seorang pembaca yang buruk melakukan tindakannya dan

21
memahaminya secara terputus. Jadi, pemahaman terhadap bacaan menjadi terganggu karena
setiap kata dipahami satu persatu. Hal itulah yang menghambat pemahaman seseorang.

Seorang pembaca efektif melihat setiap baris bacaan hanya pada satu-satuan pikiran yang
ada. Biasanya berupa frase-frase, klausa-klausa, atau kata-kata kunci. Jadi bagian bacaan yang
dilihat semakin sedikit. Akibatnya, perpindahan mata akan semakin cepat, dan pada akhirnya
kecepatan membaca dapat ditingkatkan. Ia tidak memahami kata demi kata sesuai dengan
makna aslinya (dalam kamus), tetapi melihat makna kita sesuai dengan konteks kalimatnya.
Dengan demikian, pemahaman juga dapat ditingkatkan.

- Masalah umum dalam membaca

Seperti pada umumnya, orang tidak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan
orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan maupun
dalam tingkat pemahamannya. Padahal secara teoritis, kecepatan dan pemahaman terhadap
bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula.
Itu bagi seseorang yang benar-benar mau meningkatkannya. Ada beberapa masalah dan
hambatan yang umum terjadi pada setiap orang, masalah tersebut antara lain :

 Rendahnya tingkat kecepatan membaca

Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya orang tidak
ambil pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk.
Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan membaca) jelas sangat
mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang bergelut dengan buku. Misalnya pelajar
dan mahasiswa. Sampai-sampai sering kita jumpai ada pelajar dan mahasiswa yang kekurangan
waktu untuk membaca literatur-literatur yang diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang
dimiliki kurang, melainkan karena banyaknya waktu yang tersita untuk membaca hanya satu
judul buku saja.

 Minimnya pemahaman yang diperoleh

Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca
seseorang. Minimnya tingkat pemahaman ini menjadi masalah karena ada kecenderungan
anggapan bahwa semakin lambat cara membaca seseorang, semakin tinggi pula
pemahamannya. Padahal, pada kasus latihan membaca cepat, anggapan justru terbalik, yaitu
peningkatan kecepatan membaca akan diikuti dengan peningkatan pemahaman bacaan.

22
 Kurangnya minat baca

Masalah yang menjadi hambatan membaca adalah kurangnya minat membaca. Faktor yang
membelakangi hal ini adalah kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang sesuainya
bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Ada indikator bahwa tingkat kemajuan
suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya
untuk membaca. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut
kebutuhan secara pribadi, bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas
sekolah ataupun kuliah, maka dengan itu semakin tinggi pula tingkat budaya bangsa tersebut.

4. Keterampilan Menulis
- Pengertian Keterampilan Menulis

Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga
diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
kehendak kepada orang lain secara tertulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap insan, selain ketiga keterampilan lain yaitu
membaca, menyimak dan berbicara. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang
produktif dan ekspresif sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam
menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata. Dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah proses mengutarakan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kemauan, keyakinan,
dan pengalaman yang disusun dengan lambing-lambang grafik secara tertulis untuk tujuan
komunikasi. 

- Tujuan & Manfaat Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan,
yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis. Sedangkan manfaat dari menulis adalah sebagai
berikut :

 Menulis mengasah kecerdasan


 Menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas
 Menulis menumbuhkan keberanian, dan
 Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
23
- Jenis-jenis dalam menulis

 Narasi: yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik


menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu.
 Deskripsi: yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun
kemanusiaan).Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
 Ekposisi: yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan
menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
 Argumentatif: yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan
tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
 Persuasif: yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak.

- Tahap-tahap menulis

Untuk mengorganisasikan kata menjadi kalimat yang baik diperlukan keterampilan


menyusun kalimat. Untuk mengorganisasikan kalimat-kalimat menjadi paragraf, diperlukan
keterampilan menyusun paragraf. Sementara, untuk mengorganisasikan paragraf-paragraf
menjadi sebuah karangan diperlukan keterampilan menulis. Dalam menyusun tulisan
diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penulisan,

Tahap pra penulisan merupan tahap persiapan sebelum menulis. Dalam tahap ini langkah
yang ditempuh, sebagai berikut:

 Menentukan topik
 Membatasi topik
 Menentukan tujuan
 Membuat kerangka tulisan
 Menentukan bahan

24
2. Tahap Penulisan

Tahap penulisan merupakan bahasan setiap butir topik yang terdapat dalam kerangka
karangan. Dalam kerangka karangan masih diperlukan penjelasan-penjelasan yang lebih
terperinci sehingga pembaca dapat memahami maksud tulisan yang disampaikan. Dalam
penulisan, karangan sangat diperlukan pilihan kata yang tepat, cermat, dan lugas, sehingga
dalam tahan penulisan ini, penulis harus dapat mencurahkan seluruh penguasaan kosakata
yang dimilikinya. Tulisan yang baik adalah tulisan yang tidak lepas dari kaidah-kaidah
kebahasaan yang berlaku. Oleh Karena itu karangan harus ditulis dengan ejaan yang tepat, dan
sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.

3. Tahap Revisi

Menyelesaikan tulisan bukan berarti telah selesai melaksanakan kegiatan penulisan. Penulis
masih perlu membaca kembali tulisan yang telah dibuat. Kegiatan membaca kembali ini untuk
melihat secara teliti bagian-bagian yang perlu mendapat perbaikan, terutama dalam
penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, paragraf, logika kalimat, sistematika tulisan,
pengetikan, dsb. Selain itu, penulis juga perlu melihat kembali, apakah masih ada kekurangan
dalam teori, analisis, atau penggunaan kalimat dan paragraf.

25

Anda mungkin juga menyukai