Anda di halaman 1dari 74

PELATIHAN PENANGANAN TANAH

PROBLEMATIK PADA STRUKTUR JALAN

VOL- 4

PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN, DAN


PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
Medan, 27 – 30 Agustus 2018

1
Keruntuhan Lereng Timbunan Dalam

2
Parameter kuat geser

3
Penurunan dan Keruntuhan Pondasi
Terzaghie Theory

4
Teknologi Penanganan Tanah Problematik
Pemantauan
kinerja

instrumentasi

 Perbaikan karakteristik tanah


Tanah lunak, (stabilisasi, penggantian
tanah gambut, material)
tanah ekspansif  Transfer beban (tiang,
dan serpih stabilisasi)
 Percepatan penurunan (PVD
dan Vacuum)
Kajian terhadap hasil uji laboratorium
(klassifikasi, kekuatan dan durabilitas)
 Daya dukung (nilai kuat geser
tanah)
 Penurunan (permeabilitas dan
kompresibilitas) 5
Data yang diperlukan

6
DESKRIPSI DAN
KLASSIFIKASI TANAH DALAM
PEMBANGUNAN JALAN DAN
JEMBATAN

7
PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

A. KLASIFIKASI :
Berat jenis, berat isi, kadar air, saringan
dan hidrometer, batas-batas atterberg

B. KEKUATAN
Triaksial, geser langsung, kuat tekan
bebas, pemadatan dan CBR

C. PEMAMPATAN
Konsolidasi

8
Pengujian Laboratorium untuk mendukung analisa kemantapan jalan

 Uji berhubungan dengan Klasifikasi


 Klasifikasi : ASTHOO – CASSAGRANDE CLASIFICATION – GROUP INDEX
 Analisa gradasi saringan
 Analisa gradasi hidrometer
 Indeks testing :uji batas konsistensi atterberg
 PL: plastik limit
 LL: liquid limit
 PI: Plastisitas tanah
 SL: susut tanah
 m/c: kadar air tanah
 Uji berhubungan dengan kekuatan tanah
 Kepadatan
 CBR
 Uji parameter geser : Triaxial, UCS dan Direct Shear
 Uji berhubungan dengan durability atau keawetan dan keandalan
konstruksi
 Uji perilaku tanah
 Uji sifat kimia dan fisik tanah
 Nilai kepadatan tanah DR : density Relative 9
Klasifikasi tanah/agregat
 Dapat membedakan jenis-jenis tanah
 Mengetahui klasifikasi tanah menurut AASHTO
dan USCS
 Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah
a. Klasifikasi tanah menurut USCS
(Unified Soil Classification System )
b. Klasifikasi tanah menurut AASHTO
(American Association of State Highway
and Transportation Officials )

10
KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN UNIFIED SOIL
CLASSIFICATION SYSTEM (USCS) (SNI 03-6371-2000)

11
Klasifikasi USCS

12
Klasifikasi USCS

13
 Golongan tanah diberi simbol golongan yang
terdiri dari 2 huruf.
 Simbol huruf pertama merupakan komponen
utama tanah, yaitu:
- G  GRAVEL = kerikil
- S  SAND = pasir
- M  MO = pasir sangat halus
 MJALA = lanau
- C  CLAY = lempung
- O  ORGANIC = tanah organik berbutir
halus
- Pt  PEAT = gambut

14
 Simbol huruf kedua menerangkan simbol huruf
pertama, yaitu:
a) Untuk tanah berbutir kasar (G, S):
- W  WELL = bergradasi baik
- P  POOR = bergradasi jelek
- M  MO = mengandung lanau
- C  CLAY = mengandung lempung
b) Untuk tanah berbutir halus (M, C):
- L  LOW = batas cair rendah,
LL < 50%
- H  HIGH = batas cair tinggi,
LL > 50% 15
KLASIFIKASI USCS - CASSAGRANDE
Digunakan untuk membedakan jenis lempung dari jenis lanau

16
Sistem Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO

17
KLASIFIKASI TANAH MENURUT AASHTO
dan USCS - Cassagrande (SNI 03-6797-2002)
 Tanah terbagi ke dalam 7 golongan,
yaitu A-1 sampai A-7
 A-1 s.d. A-3  lolos saringan No. 200 < 35%
 A-4 s.d. A-7  lolos saringan No. 200 > 35%
 Berdasarkan besar butir:
Kerikil  fraksi lolos saringan 75 mm (3 in), tertahan

saringan No. 10 (2 mm) US sieve


Pasir  fraksi lolos saringan No. 10 ( 2 mm), tertahan
saringan No. 200 (0,075 mm) US sieve
Lanau & lempung  fraksi lolos saringan No. 200 US
sieve
18
KLASIFIKASI USCS - AASTHO

19
KLASIFIKASI USCS - CASSAGRANDE

20
KLASIFIKASI Group - Index

 GI (Group Index)  untuk mengevaluasi kualitas


tanah untuk bahan tanah dasar jalan.
- menggunakan rumus empiris:

GI = (F-35)[0,2+0,005(LL-40)]+0,01(F-15)(PI-10)

Persentase bahan lolos


Batas cair Indeks plastisitas
saringan No. 200

- atau menggunakan Group Index Chart

21
Grafik Group Index
(GI)
Indikasi GI
Baik sekali A-1-a (0)
Baik (0-1)
Cukup (2-4)
Jelek (5-9)
Sangat Jelek (10-20)

PI=21

lolos # 200 = 82 %
PGI= 8,9
PGI = 7,4

LL=38

22
Kalsifikasi

23
Ukuran butiran tanah

24
Klasifikasi UCS
cassagrande

25
PENENTUAN
MATERIAL BAHAN JALAN
DAN TANAH DASAR
(SUBGRADE)

26
3 tipe grafik pembagian butir:

 Tipe 1 WELL GRADED


 ukuran butir terbagi merata

 Tipe 2 POORLY/UNIFORM GRADED


 ukuran butir sebagian besar sama

 Tipe 3 GAP GRADED


 ukuran butir merupakan kombinasi dua
atau lebih diameter yang sama

27
Tipe-Tipe Grafik Pembagian Butir

0,02 0,05 0,55

D10 pada tipe grafik D30 pada tipe grafik D60 pada tipe grafik
pembagian butir pembagian butir pembagian butir
well graded gap graded uniform graded
28
Kapadatan TANAH BERBUTIR KASAR

 Diperoleh dengan membuat grafik pembagian


butir dan perhitungan Cu & Cc sebagai berikut:

diameter butir
diameter butir pd 30% yg lolos
pd 60% yg lolos

Cu 
D60  D30  2

Cc 
D10 D10  D60
Koefisien
keseragaman diameter butir Koefisien
pd 10% yg lolos kelengkungan
29
Contoh Hasil uji saringan

30
Grafik Pembagian butir

31
Penentuan Diameter yang lolos

32
agregat

33
Perhitungan nilai Cc dan Cu untuk
Tanah Timbunan
 Cu < 5  distribusi besaran butir seragam

 5 < Cu < 15  distribusi besaran butir tidak seragam

 Cu > 15  bergradasi baik


Tanah A
(D30)2 (3,5)2
Cc = --------------- = ------------- = 1,62 (1<Cc<3) ok
D10 x D60 0,47 x 16

Cu = D10 x D60 = 0,47 x 16 = 7,52 (Cu>4) ok


Kerikil bergradasi baik (GW)

34
PENANGANAN
STABILITAS TIMBUNAN
PADA TANAH PROBLEMATIC

35
Jenis pengujian di Laboratorium
 klasifikasi
♦ Analisa saringan + Hidrometer
♦ Uji batas batas Atterberg
 Kekuatan
 Compaction dan CBR
 UCS, direct shear (geser langsung), Triaxial
 Durabilitas
 Konsolidasi
 Kekerasan dan bentuk / sifat butiran (utk jalan)
 Sifat kimia dan fisik tanah/agregat batuan

36
Correlations between N-SPT values, Nilai
Konus qu and soil properties

Consistency N qu (kPa)
Very Soft 0 to 2 < 25
Soft 2 to 4 25 to 50
Medium Stiff 4 to 8 50 to 100
Stiff 8 to 12 100 to 200
Very Stiff 15 to 30 200 to 400
Hard > 30 > 400

37
Nilai korelasi tanah timbunan dan subgrade

38
DCP –
Dynamic Penetrometer
Test

39
Konus Sondir
CPT atau DCP
(Dutch Cone Penetrometer)

40
Pemboran dgn BOR Mesin

Bor mesin

Mata bor

Penumbuk SPT
41
Pengujian SPT

42
DCP
(Dutch Cone Penetrometer)
sondir

Tanah Gambut --

Cu = qu/2

---- qu (nilai UCS)

Cu = qc/(10 – 20)

---- qc (nilai sondir)

43
Nilai kohesi
Konsistensi   CU (kPa)
   
Sangat lunak < 12,5
   
Lunak 12,5 – 2.5
     
Sedang   25– 50
     
Kaku (stif)   50– 100
   
Sangat Kaku (stif) 100 – 200
   
Keras > 200
     
44
Uji Nilai Kekuatan Geser

45
Perbedaan Uji Kuat Geser

46
Hubungan antara qc dan cu

47
Hubungan korelasi qc vs N-SPT

DR

48
Hubungan korelasi N-SPT vs qc dan dry density

St = quu/qur

49
Stabilitas
Timbunan

50
Daya dukung tanah

qu = c Nc + γ Df Nq + 0,5 γ B N γ

51
Penurunan Timbunan

52
Penanganan tanah problematik
Vertical drained

Perkuatan geosyntetic

53
Konstruksi
timbunan
Perkuatan Matras
dengan Geosintetic

Penggantian material
dengan replacement

54
Penanganan Tanah Problematik utk timbunan jalan

Cerucuk dan timbunan ber-tiang

Stabilisasi:
 Capping layers
 Perbaikan dan peningkatan
DD tanah lunak
 Blok System
 Coloumn System 55
Pile Slab – Slab on Piles

Cengkareng Toll Road Tumbang Nusa kalteng

Counter weight

56
Penurunan : besar dan lama penurunan

57
Permasalahan Daya Dukung Tanah dan Penurunan
Timbunan pada soft soil

Terzaghie theory Boussinesq theory

Terzaghie theory
deformasi

Boussinesq theory - tegangan 58


Perbedaan Timbunan dan Pondasi
bangunan

59
Keruntuhan deformasi
(terzaghie theory)

Bidang keruntuhan akan


semakin dalam, sesuai
dengan kedalamn dan
konsistensi tanah
lunaknya
60
Progress Tahap Konstruksi

penurunan

61
Percepatan
penurunan
PVD
Sand column
Stone column
PVD + surcharge
PVD + vacuum consolidate

Kedalaman fungsi:
- Sterss tegangan di dalam
tanah
- Deformasi didalam
lapisan tanah

62
80 kPa
Utk
mencapai
U90%

Vacum consolidation

63
Teknologi Pengurangan Beban

Timbunan ringan
Tinggi / beban
timbunan kritis

64
Penanganan dengan reinforced

 Galar Kayu
 geogrid

Kedalaman mengikuti
Stone Column
deformasi yang terjadi
Sand Column
Terzaghie/ Boussinesq 65
Batas Tanah Ekspansif
Mekanisme keruntuhan Tanah Ekspansif

Cracks
Mekanisme keruntuhan
Tanah Ekspansif

Cracks
Kronologi Terjadinya Retakan pada tanah
Ekspansif

(a) Penanganan tanah ekspansif (b) Penanganan tanah ekspansif


dengan geomembrane dengan dibungkus
Teknologi Penanganan Tanah Ekspansif

Beberapa teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi


permasalahan tanah ekspansif adalah
1. Teknologi menjaga perubahan kadar air karena akan mengakibatkan
permasalahan kembang susut tanah yang salah satunya dengan geomembran
2. Teknologi pembebanan dan dikombinasikan dengan perkuatan timbunan agar
terhindar dari keruntuhan yang diakibatkan penurunan kuat geser tanah akibat
jenuh dan mengembang.
3. Teknologi dengan penggantian material atau diganti dengan stabilisasi tanah atau
pembungkusan tanah timbunan untuk kedalaman tanah ekspansif yang dangkal
4. Teknologi dengan tiang pancang atau tiang dengan slab (Piled Slab Technology.
Untuk penerapan teknologi ini dijumpai kendala kemungkinan:
1. Munculnya negative skin friction bila dimanafaatkan sebagai “friction bearing
pile”.
2. Munculnya masalah “buckling” bila menerapkan prinsip “end bearing pile”
dengan dimensi tiang yang tidak memadai.
5. Teknologi “piled slab”, kendala yang dijumpai adalah masalah biaya yang menjadi
tidak ekonomis.
6. Teknologi “piled embankment” yaitu teknologi pile yang dikombinasikan dengan
timbunan yang diperkuat dengan “geosynthetic” di atas tiang (piles) baik tiang
pancang maupun tiang bor.
Teknologi Perkuatan Timbunan untuk
Fondasi Perkerasan Jalan

Teknologi Perkuatan Dasar Timbunan, penerapan


Galar Kayu dan Cakar Ayam sebagai Pondasi
Perkerasan Jalan terhadap differenstial Settlement
Penanganan tanah problematik

72
Teknologi Penanggulangan
Terima Kasih vol 4

74

Anda mungkin juga menyukai