Anda di halaman 1dari 49

KLASIFIKASI SIFAT-

SIFAT TANAH
2 golongan besar tanah , yaitu :
 tanah berbutir kasar, : gravel dan sand
 tanah berbutir halus, : silt dan clay
Yang paling berpengaruh terhadap
perilaku engineeringnya
Tanah berbutir kasar :
tekstur dan distribusi ukuran butir
ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)

Tanah berbutir halus :


kehadiran air
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG
LIMITS)
sieve analysis
 ASTM (1980) : C 136 dan D 422
 AASHTO (1978) T27 dan T 88
Standar ukuran saringan dan hubungannya
dengan lubang saringan
US Standart Sieve opening
Sieve (No) (mm)
4 4,75
10 2,00
20 0,85
40 0,425
60 0,25
100 0,15
140 0,106
200 0,075
saringan
 Untuk tanah berbutir halus (< no 200 US
Standart Sieve)
 Menggunakan analisa hidrometer ASTM
(1980) D422, AASHTO (1978) T88.
KURVA DISTRIBUSI UKURAN
BUTIR
 well graded : tanah bergradasi tidak
seragam
 uniform graded : tanah bergradasi
seragam (poor graded)
 gap graded : tanah bergradasi berjenjang
Analisa ayakan
(massa contoh tanah kering = 450 gr)
Untuk menentukan tipe gradasi
 Visual
 Rumus :

- Koefisien keseragaman (Cu)


- Koefisien kelengkungan (Cc)
Untuk menentukan tipe gradasi
D 60
Cu 
 Koefisien keseragaman : D10

 D60 = diameter butir (dalam mm) yang


berhubungan dengan 60% lolos
D10 = diameter butir (dalam mm) yang
berhubungan dengan 10% lolos
 Harga Cu makin kecil :
tanah makin seragam
 Cu = 1 :
tanah hanya mempunyai 1 ukuran
 Tanah yang bergradasi sangat jelek :
pasir pantai, Cu = 2 atau 3
 Tanah dengan gradasi sangat baik :
Cu >15 atau lebih
 Harga Cu sampai dengan 1000
( D30)
2

 Koefisien kelengkungan = Cc 
( D10)( D60)
 D30 = diameter butir (dalam mm) dimana 30%
lolos saringan

 Cc di antara 1 dan 3 : gradasi baik,


sepanjang Cu > 4 untuk kerikil
Cu > 6 untuk pasir
Contoh Soal :
1. Dari kurva distribusi ukuran butir yang
ditunjukkan pada gambar 1.2, hitung D10,
Cu, Cc untuk tiap kurva distribusi ukuran
butir tersebut.
Soal-Soal
Ayakan Massa tanah
USA yang tertahan
 Berikut ini adalah No pada tiap
ayakan (gram)
hasil dari analisis
4 0
ayakan
10 21,6
20 49,5
40 102,6
60 89,1
100 95,6
200 60,4
lengser 31,2
Pertanyaan :
a.Tentukan presentase butiran yang lebih halus
(yang lolos) dari tiap-tiap ayakan dan
gambarkan kurva distribusi ukuran butirnya
b.Tentukan D10, D30, D60 dari kurva distribusi
ukuran butir tersebut
c.Hitung koefisien keseragaman Cu
d.Hitung koefisien gradasi Cc
e.Beri komentar bagaimana gradasi tanah tersebut
Bentuk Partikel
Batas-batas Atterberg
(Atterberg,1900)

 batas susut (shrinkage limits).


 batas plastis (plastic limits),
 batas cair (liquid limits).
BATAS CAIR (LL) / ASTM D-423

 Alat terdiri dari mangkok kuningan yang


bertumpu pada dasar karet yang keras
 Mangkok kuningan dapat diangkat dan
dijatuhkan di atas dasar karet keras
dengan pengungkit eksentris (cam) oleh
alat pemutar.
Alat batas cair
 Pasta tanah diletakkan dalam mangkok
kuningan kemudian digores tepat di
tengahnya dengan menggunakan alat
penggores standar.
 Dengan menjalankan alat pemutar ,
mangkok kemudian dinaik turunkan dari
ketinggian 0,3937 in (10 mm).
 Kadar air tanah yang dibutuhkan untuk menutup
goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm)
sepanjang dasar contoh tanah di dalam
mangkok sesudah 25 pukulan didefinisikan
sebagai batas cair (liquid limit).
 Dilakukan sedikitnya 4 x pada tanah yang sama
tetapi pada kadar air yang berbeda-beda
sehingga jumlah pukulan N, yang dibutuhkan
bervariasi antara 15 dan 35.
 Kadar air dari tanah (w%), dan jumlah pukulan
masing-masing uji digambarkan di atas kertas
grafik semi log.
 Hubungan antara kadar air dan log N dapat
dianggap sebagai garis lurus (kurva aliran /flow
curve).
 Kadar air yang bersesuaian dengan N = 25,
yang ditentukan dari kurva aliran, adalah batas
cair dari tanah yang bersangkutan.
BATAS PLASTIS (PL)/ ASTM D 424

 Kadar air (w%), dimana tanah apabila digulung


sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak.
 Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah.
 Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu
dengan cara menggulung tanah berukuran
elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca
datar
Indeks Plastisitas
(plasticity index (PI))

 adalah perbedaan antara batas cair dan


batas plastis suatu tanah.


PI  LL  PL
Liquidity Index

LI = (wn – PL) / PI
Comment on the validity of the
result of Atterberg limits on soils G
and H
Soal-soal
 Data berikut ini didapat dari uji batas cair dan
batas plastis.
 Untuk uji suatu batas cair suatu tanah

Banyak pukulan Kadar air (%)


15 42,0
20 40,8
28 39,1

 Uji batas plastis : kadar air = 18%


Pertanyaan :
a. Gambarlah kurva aliran dari uji batas cair
dan tentukan batas cair tanah
b. Berapakah indeks plasitas tanah
Soal
 The soils in this problem have the
following Atterberg Limits and natural
water contents. Determine the PI and LI
for each soil and comment on the general
activity
BATAS SUSUT (SL)
/ ASTM D 427

 Kadar air (w%) di mana perubahan


volume suatu massa tanah berhenti
dinamakan batas susut.
Uji Batas Susut
 Uji batas susut di laboratorium
menggunakan mangkok poselin dengan
diameter 1,75 in (44,4 mm) dan tinggi 0,5
in ( 12,7 mm).
 Bagian dalam dari mangkok diolesi vaselin
kemudian diisi tanah basah sampai penuh.
Permukaan tanah diratakan dengan
penggaris (shg rata dg mangkok).
 Berat tanah basah di dalam mangkok
ditentukan. Tanah dalam mangkok
kemudian dikeringkan di dalam oven.
 Volume dari contoh tanah yang telah
dikeringkan ditentukan dengan
menggunakan air raksa
Perhitungan Batas Susut

SL  wi (%)  w(%)

 wi = kadar air tanah mula-mula saat


ditempatkan di dalam mangkok uji batas susut
 Δw = perubahan kadar air (antara kadar air
mula-mula dan kadar air pd batas susut)
m1  m 2
wi (%)  x100
m2

 m1 = massa tanah basah dalam mangkok


pada saat permulaan pengujian (gram)
 m2 = massa tanah kering (gram), lihat
gambar
Selain itu
(Vi  Vf ) w
w(%)  x100
m2

dimana :
 Vi = volume contoh tanah basah pd permulaan
pengujian (yaitu vol. mangkok, cm3).
 Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di
dalam oven
 ρw = kerapatan air (gr/cm3)
Maka didapat

 m1  m2   (Vi  Vf ) w 
SL   (100)    (100)
 m2   m2 
Grafik Plastisitas (Terzaghi dan Peck, 1967)
Tugas :
 Tugas 1: kerjakan soal UTS thn 2004-
2005

Anda mungkin juga menyukai