Batas-Batas Atterberg
Batas air (liquid limit) adalah kadar air (water content) yang terkandung di dalam tanah pada perbatasan
antara fase cair dan fase plastis.
Rumus/persamaan :
ww
w1 = × 100%
ws
Dimana :
ww = berat air
Alat uji :
Menggunakan alat batas cair casagrande, alat pembarut (grooving tool), cawan porselen (mortar), pastel
(penumbuk/penggerus) berkepala karet atau dibungkus karet, spatel, saringan no.40, air destilasi dalam
botol cuci dan alat-alat pemeriksa kadar air.
Contoh soal :
Data dari pengujian di laboratorium pada benda uji jenuh menghasilkan angka pori e = 0,45 dan berat
jenis Gs = 2,65. Untuk keadaan ini, tentukan berat volume basah ( γ b) dan kadar airnya (w).
Penyelesaian :
Benda uji dalam kondisi jenuh. Jadi, seluruh ruang pori terisi dengan air.
Vv
e= = 0,45
Vs
Tapi Vv dan Vs belum di ketahui, pada pada gambar di atas, dengan menganggap Vs = 1, maka untuk
kondisi jenuh :
W w 0,45
Vv = Vw = e.Vs = e w= = =175%
W s 2,65
W 3,1
γb = = = 2,14 t / m3.
V 1,45
Batas susut (shringkage limit), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat
dan padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan
perubahan volume tanahnya.
Rumus/Persamaan :
Vo 1
SL = ( - ) × 100%
W o Gs
Dimana :
Alat uji :
Menggunakan alat uji cawan porselen, spatel, cawan susut dari porselen atau monel, berbentuk bulat
dengan alas datar, berdiameter ± 4,44 cm dan tinggi ± 1,27 cm, pisau perata (straight edge), alat prngukur
volume tanah yang terdiri atas mangkok gelas, pelat gelas dengan 3 paku, dan air raksa, gelas ukuran 25
cc, timbangan dengan ketelitian 0,10 gram.
Contoh soal :
Dilakukan uji batas susut pada suatu tanah di mana mineral lempung
yang paling dominan dikandungnya adalah Illite. Hasil pengujian
yang di dapat adalah :
Penyelesaian :
m1−m ( V i−V ) ρw
SL = ¿ 2
) × 100 – [ f
] × 100
m2 m2
( 16,2−10,8 ) ×1
SL = ¿ ) ×100 – [ ] × 100
32,8
= 35,97 – 16,46
= 19,50
Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada kedudukan antara daerah plastic dan semi padat atau
persentase kadar air di mana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak- retak ketika digulung.
Rumus/Persamaan :
PI = LL – PL
Dimana :
PI = plasticity index
LL = batas cair
PL = batas plastis
Alat uji :
Menggunakkan alat uji plat kaca, spatula, batang pembanding, air suling (aquades) dan cawan sampel.
Contoh soal :
Dari distribusi ukuran butir dua contoh tanah, didapat harga D10 =0,085 mm, D30 = 0,12 mm dan D60 =
0,135 mm. Batas cair dan batas plastis yang lolos ayakan No.40 adalah sebagai berikut :
Penyelesaian :
Tanah A :
Dari kurva distribusi ukuran – butir menunjukkan 8% dari tanah adalah lebih halus dari 0,075 mm
(ayakan No.200). Oleh karena itu,tanah di kelompokkan sebagai tanah berbutir kasar. Harga 8% adalah
terletak antara 5-12%, maka tanah di beri symbol ganda.
Selain itu 100% dari total tanah adalah lebih halus dari 4,75mm (ayakan No.4), oleh karena itu tanah
tersebut adalah tanah berpasir.
Dengan batas cair = 30 dan dan indeks plastis = 30 – 22 = 8 > 7, data tersebut terletak di atas garis A.
Jadi, klasifikasinya adalah SP-SC.
Tanah B :
61% dari total tanah ternyata lolos ayakan No.200 ( > 50%), oleh karena itu tanah di kelompokkan
sebagai tanah berbutir halus. Dengan batas cair = 26 dan indeks plastisitas = 26 – 20 = 6. Apabila di
plotkan pada bagan plastisitas, maka harga tersebut masuk dalam daerah yang diarsir. Jadi, klasifikasi
tanahnya adalah CL – ML.
d. Indeks plastis (plasticity index)
Indeks plastis (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis. Indeks plastisitas akan merupakan interval
kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukkan sifat keplastisan
tanahnya. Jika tanah mempunyai interval kadar air didaerah plastis yang kecil, maka keadaan ini disebut
dengan tanah kurus. Kebalikanny, jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis yang besar
disebut tanah gemuk.
Rumus/Persamaan :
PI = LL – PL
Dimana :
PI = Indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Alat uji :
Menggunakan alat uji penggelengan menggunakkan telapak tangan dan penggelangan mennggunakan alat
giling batas cair ( sebagai prosedur alternative).
W N −PL W N −PL
LI = =
¿−PL PI
Indeks cair berguna untuk mengevaluasi tanah jika tanah tersebut pada kondisi terganggu (disturbed).
Indeks LI > 1, jika kadar air alam (W N) lebih besar dari batas cair tanah dan saat kadar air alam (W N) <
PL, maka LI negative yang dimana tanah dalam kondisi padat atau semi padat.
Alat uji :
Pengertian USCS :
USCS (Unified soil classification system) adalah metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan
dalam bidang geoteknik. Klasifikasi ini di usulkan oleh A.Cassagrande pada tahun 1945 dan di revisi
pada tahun 1952 oleh The Corps Of Engeneers and The Us Bureau Of Reclamation.
Pada prisipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah berbutir kasar (kerikil dan
pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
Beberapa symbol berikut ini sering digunakan dalam klasifikasi metode USCS :
*. Jenis tanah :
G = gravel (kerikil)
S = sand (pasir)
M = silt (lanau)
C = clay (lempung)
*. Jenis gradasi :
*. Konsistensi plasititas :
Gambar/grafik :
Untuk lebih lanjut mengenai klasifikasi USCS dapat dilihat dari gambar berikut
*. Untuk gradasi kasar, tentukan apakah tanah berjenis pasir atau kerikil. Untuk yang tertahan di No.200
menunjuk pada fraksi gradasi kasar. Jika lebih 50% dari fraksi kasar lolos saringan No.4 maka tanah
adalah pasir. Jika kebalikannya adalah kerikil.
*. Untuk pasir, tentukan apakah pasir bersih atau kotor atau dua-duanya. Jika kurang dari 5% tanah lolos
No.200 itu adalah pasir bersih. Jika lebih dari 12% lolos saringan No.200 itu adalah pasir kotor. Jika 5-
12% lolos No.200 itu adalah dua klasifikasi. Untuk pasir bersih, klasifikasi lagi apakah gradasi baik atau
buruk. Hitung koefisien keseragamannya (Cu) dan koefisien kurva (Cc) :
Dimana D10, D30 dan D60 adalah ukuran butir yang merujuk pada 10%,30% dan 60% lolos. Jika cu>6
dan 1<cc<3 maka tanah adalah pasir gradasi baik (SW).
Untuk pasir kotor, tunjukkan apakah silty san atau clavey sand. Plot batas LL dan PI pada grafik. Jika titik
di atas A-line, maka itu adalah clavey sand (SC). Jika sebaliknya maka silty sand (SM)
Untuk dual klasifikasi, gunakan prosedur dari pasir bersih dan pasir kotor untuk merujuk 4 huruf dual
klasifikasi
*. Untuk kerikil, jelaskan apakah kerikil bersih, kotor atau keduanya. Jika kurang dari 5% tanah lolos no.
200, itu adalah bersih. Jika lebih dari 12% lolos no. 200 itu adalah kerikil kotor. Jika 5-12% maka dual
klasifikasi’
Contoh soal :
Dari distribusi ukuran butir dua contoh tanah, didapat harga D10 = 0,085 mm, D30 = 0,12 mm dan D60
= 0,135 mm. Batas cair dan batas plastis yang lolos ayakan No. 40 adalah sebagai berikut :
Tanah A Tanah B
Batas cair (LL) 30 26
Batas plastis (PL) 22 20
Tanah A :
Dari kurva distribusi ukuran-butir menunjukkan 8 % dari tanah adalah lebih halus dari 0,075 mm (ayakan
No. 200). Oleh karena itu, tanah dikelompokkan sebagai tanah berbutir kasar. Harga 8 % adalah terletak
antara 5 – 12 %, maka tanah diberi symbol ganda. Selain itu 100 % dari total tanah adalah lebih halus dari
4,75 mm (ayakan No. 4), oleh karena itu tanah tersebut adalah tanah berpasir.
D 60 0,135
C u= = =1,59<6
D 10 0,085
2 2
(D¿¿ 30) (0,12)
C c= = =1,25> 1¿
D 10 x D 60 0,085 x 0,135
Dengan batas cair = 30 dan indeks plastis = 30 – 22 = 8 > 7, data tersebut terletak diatas
Garis A. Jadi, klasifikasinya adalah SP-SC.
Tanah B :
61 % dari total tanah ternyata lolos ayakan No. 200 ( > 50 %), oleh karena itu tanah
dikelompokkan sebagai tanah berbutir halus. Dengan batas cair = 26 dan indeks
plastisitas = 26 – 20 = 6. Apabila diplotkan pada bagan plastisitas, maka harga tersebut
masuk dalam daerah yang diarsir. Jadi, klasifikasi tanahnya adalah CL-ML.
Tanah A
Tanah B
b. AASTHO (American association of state highway and transportation officials)
Pengertian AASTHO :
Sistem klasifikasi tanah AASTHO dikembangkan sejak tahun 1929 adalah sistem yang biasa di gunakan
untuk keperluan jalan raya. Sistem ini membagi tanah menjadi tujuh kelompok besar yaitu A-1 sampai
dengan A-7. Tanah diklasifikasikan berdasarkan persentase jumlah butiran tanah yang lolos No.200 dan
nilai batas atterberg-nya (PI dan LL).
Rumus/Persamaan :
Grafik/gambar :
Tabel 1.1 adalah tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya
Lanjutan table 1.1 klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya
Keterangan :
Indeks kelompok (group index) dalam tabel tersebut digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-
tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Dengan:
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, makin berkurang ketepatan penggunaan tanahnya. Tanah
granuler diklasifikasikan ke dalam klasifikasi A-1 sampai A-3. tanah A-1 granuler yang bergradasi baik,
sedang A-3 adalah pasir bersih yang bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (kurang dari
35% lewat saringan no. 200), tetapi masih terdiri atas lanau dan lempung. Tanah berbutir halus
dikalsifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan keduanya berdasarkan pada
batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini.
Ukuran butir.
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3 inci) dan yang tertahan pada ayakan
No. 10 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075
mm).
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
Plastisitas :
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar
10 atau kurang. Nama berlempung digunakan bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai
indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi
tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu tetapi persentase dari batuan
yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji
dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1.2 dari kolom sebelah kiri ke kolom
sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai. Grafik 1.1 menunjukkan suatu gambar dari
senjang batas cair (liquid limit / LL) dan indeks plastisitas (PI)untuk tanah yang masuk dalam kelompok
A-2, A-4, A-5, A-6 dan A-7.
Grafik 1.1 adalah rentang (range) dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI)
Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir :
Ukuran butir tampaknya merupakan suatu metode yang jelas untuk mengklasifikasikan tanah dan
kebanyakan usaha-usaha yang terdahulu untuk membuat sistem klasifikasi adalah berdasarkan ukuran
butir. Gambar 1.1 memperlihatkan beberapa sistem klasifikasi ini. Sistem MIT mungkin merupakan
sistem yang paling banyak dipakai. Karena deposit tanah pada umunya terdiri atas berbagai ukuran-
ukuran partikel, maka untuk menentukan kurva distribusi ukuran butir dan kemudian menetukan
persentase tanah bagi tiap batas ukuran (Dunn,1992).
Contoh soal :
Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah adalah sebagai berikut :
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 10 = 100 %
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 40 = 58 %
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 = 58 %
Batas cair (LL) = 30 dan indeks plastisitas (PI) = 10 dari tanah yang lolos ayakan No. 40.
Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.
Penyelesaian:
Gunakan Tabel 2.6. Karena tanah yang lolos ayakan No. 200 adalah sebesar 58 %, maka tanah ini masuk
dalam klasifikasi lanau-lempung (silt-clay) – yaitu masuk ke dalam kelompok A-4, A-5, A-6 , atau A-7.
Perhatikan angka-angka yang diberikan dalam berikut :
dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan; tanah yang diuji ternyata masuk
Disusun oleh :
NPM : 121052220122014
MK : MEKANIKA TANAH 1
2023-2024