Anda di halaman 1dari 16

BAB V BATAS CAIR ( LIQUID LIMIT )

5.1. Maksud dan Tujuan


5.1.1. Maksud
Maksud dari percobaan ini adalah untuk melihat bagaimana batas cair dalam
mempengaruhi keadaan tanah.

5.1.2. Tujuan
Tujuan praktikum batas cair (liquid limit) adalah menentukan nilai kadar air pada
batas cair suatu sample tanah.

Ilham Ramadhan Lintang V- 1


15307009
5.2. Dasar Teori

Batas cair didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis (batas atas dari daerah plastis). Dalam pengertian teknik secara
umum, tanah di definisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-
partikel padat tersebut, Tanah berguna sebagai bahan bagunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah juga berfungsi sebagai
pendukung dari pondasi suatu bagunan.

Ilmu mekanika tanah adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat
fisik dari tanah dan kelakuan massa tanah tersebut bila menerima bermacam-
macam gaya. Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran butiran padat tersebut sangat
bervariasi dan sifa-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari factor-faktor
ukuran, bentuk dan komposisi kimia dari butiran.Untuk lebh jelasnya mengenai
factor-faktor tersebut, hrus lebih di kenal dahulu tipe-tipe dasar dari batuan yang
membentuk kerak bumi, mineral-mineral yang membentuk batuan, dan proses
pelapukan.

Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian
padat terdiri dari partikel – partikel padat, sedangkan bagian berongga terisi air
atau udara setengahnya bila tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan
tanah tidak sepenuhnya dalam keadaan basah atau jenuh, maka rongga tanah akan
terisi oleh air dan udara.

Tanah tidak seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak ragam sifat – sifat
fisiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah dengan berbagai persoalan sesuai
dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan.

Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir ≥
0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah berbutir halus

Ilham Ramadhan Lintang V- 2


15307009
(fine grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir < 0,075 mm atau tanah yang
lolos ayakan no. 200.

Sifat – sifat fisik lainnya adalah batas – batas Atterberg (Atterberg limit), kadar
air, kadar pori, kepadatan relatif, pembagian butir, kepekaan, dan sebagainya.

Keadaan-keadaan ini, dengan istilah-istilah yang dipakai untuk perbatasan


antaranya adalah sebagaimana digambarkan berikut :

Basah makin kering kering

Keadaan cair Keadaan plastis Keadaan semi Keadaan


beku

(Liquid) (plastic) plastis (solid)

Batas cair Batas plastis Batas pengerutan

(liquid limit) (plastic limit) (shrinkage limit)

Gambar 5.1. Batas-batas Atterberg

Transisi keadaan semi padat ke keadaan padat → shrinkage limit (batas susut)

Transisi keadaan plastis ke keadaan semipadat → plastic limit (batas plastis)

Transisi keadaan cair ke keadaan plastis → liquid limit (batas cair)

Kedua angka yang paling penting ialah batas cair dan batas plastis (disebut batas-
batas Atterberg). Pengukuran batas-batas ini dilakukan secara rutin untuk
sebagian besar penyelidakan-penyelidikan yang meliputi tanah yang berbutir
halus. Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat-sifat yang jelas, maka dipakai
cara empiris untuk menentukannya. Penentuan batas-batas Atteberg ini dilakukan
hanya pada bagian tanah yang lolos saringan no. 40.

Batas cair juga didefinisikan sebagai harga kadar air suatu tanah pada batas antara
keadaan cair dan plastis, atau dengan perkataan lain adalah harga kadar air
minimum dimana tanah masih berada dalam keadaan cair atau mulai mengalir
karena beratnya sendiri.

Ilham Ramadhan Lintang V- 3


15307009
Kurva Aliran Batas Cair

50

40
Kadar air, %

30

20

10

0
1 10 100
Jumlah pukulan, N

Gambar 5.2. Kurva aliran batas cair

Kemiringan garis aliran dinyatakan sebagai indeks aliran (IF)

1  2
IF 
N 
log 2 
 N1 

IF = indeks aliran

w1 = kadar air dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N1

w2 = kadar air dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N2

Cara penentuan batas cair dilakukan dengan memakai alat, yang dalam
pelaksanaanya dilakukan dengan kadar air yang berbeda dan banyaknya air
dihitung tiap ketukan. Penentuan kadar air :

Ww = Wwet - Wdry

Ilham Ramadhan Lintang V- 4


15307009
Wd = Wdry - Wcon

W% = Ww/Wd x 100%

dengan:
Ww = berat air.
Wwet = berat sampel tare basah.
Wdry = berat sampel tare kering.
Wcon = berat container.
Wd = berat tanah kering.
W% = kadar air %

Gambar 5.3. Skema alat pengujian batas cair

(http://imamzuhri.blogspot.co.id/2012/09/t-n-h-1.html)

Ilham Ramadhan Lintang V- 5


15307009
Batas cair adalah kadar air tanah pada 25 ketukan. Parameter-parameter tanah
yang berhubungan dengan percobaan ini adalah:
a. Plasticity Index (PI) Adalah selisih harga liquid limit (LL) dengan plastic limit
(PL).
b. Flow Index (If) Adalah kemiringan dari kurva kadar air terhadap jumlah
ketukan.
c. Toughness Index (It) Adalah perbandingan antara plasticity dengan flow index.
d. Liquidity Index ( L ) L = (W -PL)/LL

Batas cair juga dapat dihitung dengan persamaan empiris

tan 
N 
LL   N  
 25 
Dimana
N = Jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan selebar 0,5 inch
pada dasar contoh tanah yang diletakkan dalam mangkuk kunningan dari
alat uji batas cair
wN = Kadar air dimana untuk menutup dasar goresan dari contoh tanah yang
dibutuhkan pukulan sebanyak N
tanβ = 0,121 (harap dicatat bahwa tidak semua tanah mempunyai harga tanβ =
0,121)

Tabel 5.1. Jumlah pukulan

N (N/25)0.121 N (N/25)0.121

20 0.973 26 1.005
21 0.979 27 1.009
22 0.985 28 1.014
23 0.990 29 1.018
24 0.995 30 1.022
25 1.000

Untuk uji laboratorium yang dipergunakan untuk menentukan harga batas cair
bilamana hanya dilakukan satu pengujian untuk tiap-tiap tanah. Cara ini dikenal
sebagai metode satu titik (one point method). Metode ini telah dimasukkan dalam

Ilham Ramadhan Lintang V- 6


15307009
ASTM standar keterangan no D-432. Sebagai alasan mengapa metode satu titik
ini dapat memberikan hasil yang cukup baik adalah bahwa rentang (range) harga
kadar air yang terlibat hanya kecil yaitu N = 20 sampai dengan N = 30.
(Casagrande, 1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji
batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebasar kira-kira 1
gr/cm2 (≈0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah
kadar air di mana tegangan geser tanahnya adalah kira-kira 25 gr/cm 2 (≈2,5
kN/m2).
Persamaan diatas umumnya memberikan hasil yang cukup baik apabila jumlah
pukulan adalah antara 20 dan 30. Untuk uji laboratorium yang dilakukan secara
rutin, persamaan tersebut mungkin dapat dipergunakan untuk menentukan harga
batas cair bilamana hanya dilakukan satu pengujian untuk tiap-tiap tanah. Cara ini
dikenal sebagai metode satu titik (one point method). Metode ini telah
dimasukkan dalam ASTM standar keterangan no D-432. Sebagai alasan mengapa
metode satu titik ini dapat memberikan hasil yang cukup baik adalah bahwa
rentang (range) harga kadar air yang terlibat hanya kecil yaitu N = 20 sampai
dengan N = 30.
Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji
batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebasar kira-kira 1
gr/cm2 (≈0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah
kadar air di mana tegangan geser tanahnya adalah kira-kira 25 gr/cm 2 (≈2,5
kN/m2).

 Batas plastis

Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air pada batas bawah daerah plastis.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca sehingga
diameter dari batang tanah yang dibentuk demikian, mencapai 1/8 inci. Bilamana
tanah mulai pecah saat diameternya mencapai 1/8 inci maka kadar air tanah itu
adalah batas plastis.

Bila batas plastis telah diperoleh, maka tentukan indeks plastis yang merupakan
batas cair dan batas plastis suatu tanah.

 Indeks plastis

Ilham Ramadhan Lintang V- 7


15307009
Selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut
dalam keadaan plastis. Ini disebut “plasticy indeks” (PI), yaitu :

PI = LL – PL

 Indeks kecairan (liquidity Index)

Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis dan
batas cair. Suatu angka yang kadang-kadang dipakai sebagai petunjuk akan
keadaan tanah ditempat aslinya adalah “liquidity index” (LI).

LI diperoleh dari persamaan :

w  PL w  PL
LI = =
LL  PL PI

dimana w = kadar air asli tanah

Jadi LI pada umumnya berkisar antara 0 sampai 1. Jika LI kecil (mendakati 0)


kemungkinan tanah itu merupakan tanah yang agak keras. Jika LI besar
(mendekati 1) kemungkinan tanah itu adalah tanah lembek.

 Batas Susut (Shrinkage Limit)


Kadar air, yang didefenisikan pada derajat kejenuhan 100 %, dimana untuk nilai-
nilai dibawahnya tidak akan terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan
terus. Batas ini cukup penting didaerah yang kering dan untuk tanah jenis tertentu
yang mengalami perubahan volume yang cukup besar dengan berubahnya kadar
air. Harus diketahui bahwa apabila batas susut ini makin kecil, maka tanah akan
lebih mudah mengalami perubahan volume – yaitu semakin kecil w s. semakin
sedikit air yang dibutuhkan untuk dapat mengubah volume. Apabila batas cair 5
persen, maka bila kadar air dilapangan melebihi nilai ini, tanah akan mulai
mengembang.
SL = (V0/W0 - 1/Gs) x 100%
Keterangan :
SL = batas susut tanah
V0 = volume benda uji kering

Ilham Ramadhan Lintang V- 8


15307009
W0 = berat benda uji kering
Gs = berat jenis tanah

(http://cithorues.blogspot.co.id/2014/04/bab-v-batas-cair-liquid-limit.html)

Batas Atterberg dikenalkan oleh (Albert Atterberg, 1911) dengan maksud untuk
mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta memastikan karakter indeks
property tanah. Batas Atterberg mencakup batas cair, batas plastis, serta batas
susut.

Batas Atterberg memerlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat sampai
jadi cairan kental sesuai sama kadar airnya. Dari test batas Atterberg bakal
diperoleh parameter batas cair, batas plastis, batas lengket serta batas kohesi yang
disebut kondisi ketekunan tanah. Batas-batas Atterberg bisa diliat pada gambar
tersebut :

Tabel 5.2. batas-batas Atterberg

PL (%) Sifat Macam tanah Kohesi

0 Non plastis Paasir Non kohesi

<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesi sebagian

7-17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesi

>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesi

Tanah yang berbutir halus umumnya mempunyai karakter plastis. Karakter plastis
itu adalah kekuatan tanah sesuaikan pergantian bentuk tanah sesudah bercampur
dengan air pada volume yang tetaplah. Tanah itu bakal berupa cair, plastis, semi
padat atau padat bergantung jumlah air yang bercampur pada tanah itu.

(http://www.ilmulabtekniksipil.id/2016/04/batas-batas-atterberg.html)

 Kegunaan batas-batas Atterberg

Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberi angka-angka yang
dapat dipakai dalam perhitungan (design). Yang kita peroleh dari percobaan Batas

Ilham Ramadhan Lintang V- 9


15307009
Atterberg ini adalah suatu gambaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang
bersangkutan. Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik
yang buruk, yaitu kekuatannya rendah, “compressibility”nya tinggi dan sulit
memadatkannya untuk pembuatan jalan misalnya. Untuk macam-macam tanah
tertentu batas-batas Atterberg dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat-sifat
lainya, misalnya dengan kekuatan geser atau “compression index” dan sebagainya.
Indeks plastis biasanya dipakai sebagai salah satu syarat untuk bahan yang akan
dipakai untuk pembuatan jalan.

(https://www.mediafire.com/?2c60eb4y95dcm)

Ilham Ramadhan Lintang V - 10


15307009
5.3. Alat dan Bahan

5.3.1. Alat & Fungsinya


1. Cawan berfungsi sebagai wadah sample tanah
2. Oven berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan sampel tanah

3. Neraca analitik berfungsi sebagai penimbang berat sampel.

4. Tang test berfungsi sebagai alat untuk mengangkat sampel yang berada
dicawan yang sudah dikeringkan didalam oven

5. Kaca berfungsi sebagai tempat mencampur sampel tanah dengan air

6. Grooving tool (spatula) berfungsi sebagai alat batas uji standar

7. Alat uji standar sebagai alat pengujian plastisitas tanah

5.3.3. Bahan dan Fungsi


Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel tanah kering
hasil lolos ayakan no. 20.

Ilham Ramadhan Lintang V - 11


15307009
5.4. Gambar Rangkaian Peralatan Percobaan

Cawan Neraca Analitik

Oven Tang

Spatula Alat uji standar

Tanah mesh 20 kaca

Gambar 5.2. Gambar rangkaian peralatan dan bahan percobaan

Ilham Ramadhan Lintang V - 12


15307009
5.5. Prosedur Percobaan

Adapun proses percobaan dalam kegiatan ini adalah :


1. Menimbang cawan dan mencatat nomornya.
2. Meletakkan sampel pada kaca, kemudian mencampurnya dengan air sesuai
dengan yang diinginkan
3. Memasukkan sampel ke mangkok alat penguji batas cair
4. Kemudian lakukan pukulan sebanyak 20-25
5. Setelah itu pisahkan menjadi dua bagian dan kemudian letakkan pada cawan
6. Menimbang cawan serta sampel
7. Keringkan sampel dengan menggunakan oven selama 6 jam
8. Setelah 6 jam, keluarkan cawan dari oven.
9. Kemudian menimbang dan mencatat beratnya setelah kering untuk dihitung.

Ilham Ramadhan Lintang V - 13


15307009
5.6. Pembahasan

Dari uji coba yang dilaksanakan di labolatorium maka didapat hasil data dari tanah mess
20.

No keterangan I II
1 Weight of container (W1) 78,1 82,6
2 Weight of soil + container (W2) 162,5 169,3
3 Weight of dry soil + container (W3) 132,4 138,3
4 Weight of water (Ww) 30,1 31
5 Weight of dry soil (W4) 54,3 55,7
6 Weight of wet soil (W5) 84,4 86,7
7 % Moisture content (W6) 35,6635 35,7555
8 Average 35,7095

Ww = W2 – W3

Ww = Berat air

W2 = Berat cawan + tanah basah

W3 = Berat cawan + tanah kering

Ww I = 162,5 – 132,4

= 30,1

Ww II = 169,3 – 138,4

= 31

W4 = W3 – W1

W4 = Berat tanah kering

W1 = Berat cawan

W3 = Berat cawan + tanah kering

W4 I = 132,4 – 78,1

= 54,3

W4 II = 138,3 – 82,6

= 55,7

W5 = W2 – W1

Ilham Ramadhan Lintang V - 14


15307009
W5 = Berat tanah basah

W2 = Berat cawan + tanah basah

W1 = Berat cawan

W5 I = 162,5 – 78,1

= 84,4

W5 II = 169,3 – 82,6

= 86,7

% Moisture Content (W6) = Ww/ W5 x 100 %

Ww = Berat Air

W5 = Berat tanah basah

(%) Moisture Content I (W6) = 30,1 / 84,4 x 100 %

= 35,6635 %

(%) Moisture Content II (W6) = 31/ 86,7 X 100 %

= 35,7555 %

Average = W6 I (%) + W6 II (%) / 2

Average = 35,6635 + 35,7555 / 2

= 35,7095 %

Ilham Ramadhan Lintang V - 15


15307009
5.6. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :


1. Batas cair didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
dan keadaan plastis (batas atas dari daerah plastis).
2. Dari data yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan antara lain :

 % Moisture content I = 35,6635

 % Moisture content II = 35,7555

3. Maka average yang diperoleh adalah 35,7095

Ilham Ramadhan Lintang V - 16


15307009

Anda mungkin juga menyukai