Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA KESTABILAN LERENG DENGAN METODE SMR


(SLOPE MASS RATING) MENGGUNAKAN SOFTWARE
SLIDE PADA PIT PURNAMA (KONTRAK KARYA PT
AGINCOURT RESOURCES)

Disusun Oleh :

Muhammad Tandi
16 307 011

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MEINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2018
ANALISA KESTABILAN LERENG DENGAN METODE SMR
(SLOPE MASS RATING) MENGGUNAKAN SOFTWARE
SLIDE PADA PIT PURNAMA (KONTRAK KARYA PT
AGINCOURT RESOURCES)

LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademis


Tingkat Sarjana Untuk Melaksanakan Tugas Akhir
Pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Medan

Disusun Oleh :

Muhammad Tandi
16 307 011

Medan, 18 Oktober 2018

Disetujui Oleh : Diketahui Oleh :

Ketua Jurusan Teknik Geologi Koordinator Tugas Akhir

( Dr.Ir Said Muzambiq, M.Si ) ( Edi Yasa Ardianyah, ST.MT )

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MEINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.

Adapun maksud dan tujuan dari proposal ini disusun untuk melakukan

penelitian Tugas Akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut

Teknologi Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua Tercinta penulis yang selalu membantu baik secara moril

maupun materil.

2. Bapak Ir. Syafriadi MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Mineral, Institut

Teknologi Medan.

3. Bapak Dr.Ir Said Muzambiq, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi,

Institut Teknologi Medan.

4. Bapak Edi Yasa Ardianyah, ST.MT, Sebagai Sekretaris Jurusan Teknik

Geologi dan juga sebagai koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Geologi,

Institut Teknologi Medan.

5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga

terselesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kesalahan dan

kekurangan serta masih jauh dari kesempuranaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

penyempurnaan proposal ini.

Medan, Maret 2018

Muhammad Tandi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Longsoran merupakan suatu bencana alam yang sering terjadi pada lereng –

lereng alami maupun buatan kebanyakan longsor terjadi pada saat tekanan tanah

meningkat yang mengaibatan penurunan kuat geser tanah (c), dan sudut geser

dalam (α) yang menyebabkan kelongsoran.

Pada saat merancang suatu tambang terbuka maka dilakukan suatu analisis

terhadap kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan atau penggalian

sehingga dapat memberikan keamanan pada rancangan tersebut. Stabilitas dari

suatu lereng biasanya menjadi masalah yang membutuhkan perhatian yang lebih

bagi kelangsungan operasi penambangan setiap harinya.

Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya,

oleh sebab itu analisis kestabilan lereng sangat diperlukan. Ukuran kestabilan

lereng dapat diketahui dengan menghitung nilai faktor keamanan.

Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan

permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang rendah. Lereng

umunya terbentuk baik secara alami maupun dibuat oleh manusia.

Penelitian yang dilakukan dilapangan oleh mahasiswa dimaksudkan sebagai

penerapan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama masa kuliah, terutama

dalam hal pengumpulan dan pengolahan data lapangan. Penelitian yang dibuat

berjudul ‘’ Analisa Kestabilan Lereng Dengan Metode SMR (Slope Mass


Rating) Menggunakan Software Slide Pada Pit Purnama (kontrak karya PT

Agincourt Resources)”.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengamati karakteristik

lereng pertambangan pada PT AGINCOURT RECOURCES, dengan mengamati

lereng dari geometri lereng baik itu panjang, sudut lereng dan sifat keteknikannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat keamanan kestabilan lereng (FK)

2. Mengetahui penyebab ketidakstabilan lereng.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode Slope

Mass Rating (SMR). Slope mass rating (SMR) merupakan sistem klasifikasi

massa batuan yang dirancang khusus untuk lereng. Metode ini dikemukakan oleh

Romana (1985). Sistem ini mendasarkan pada hasil RMR dengan memberikan

beberapa penyelarasan. Parameter yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass

rating (SMR) adalah arah kemiringan (dip direction) dari permukaan lereng (αs),

Arah kemiringan (dip direction) diskontinuitas (αj), sudut kemiringan

diskontinuitas (βj).

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian terletak di PT AGINCOURT RESOURCES pada daerah

Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra

Utara yang berada di bagian Barat Pulau Sumatera dan dapat ditempuh selama ±
12 jam menggunakan kendaraan roda dua atau empat dengan jarak tempuh ± 418

km dari kota Medan.

Secara atministratif daerah penelitian berada dalam lokasi Desa Aek Pining,

Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara yang berada

di bagian Barat Pulau Sumatera. Merupakan wilayah Kontrak Karya PT

Agincourt Resources. Secara geografis terletak pada koordinat dapat ditempuh

selama ± 12 jam menggunakan kendaraan roda dua atau empat dengan jarak

tempuh ± 418 km dari kota Medan.

Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitian ( sumber: peta atministrasi sumatra utara, tahun 2015)

1.5 Tahapan Penelitian

a. Tahapan Persiapan

 Studi literatur

Tahap studi literatur ini merupakan tahapan awal dari penelitian, pada

tahap ini perlengkapan penelitian serta data-data sekunder dikumpulkan


dan dipelajari.

 Persiapan administrasi dan pengajuan proposal

Tahapan ini merupakan tahap kedua setelah studi literatur dimana tahapan

ini menyelesaikan segala administrasi dan pengajuan proposal ke

perusahaan yaitu PT. Agincourt Resources.

 Perlengkapan dan Akomodasi

Tahapan selanjutnya adalah perlengkapan dan akomodasi, Adapun

perlengkapan yang penulis punya berupa laptop untuk pembuatan laporan.

Sedangkan kebutuhan akomodasi mahasiswa selama melakukan

pengambilan data dimohonkan kepada pihak perusahaan melengkapi

selama kegiatan penelitian berlangsung.

b. Tahapan Pengambilan Data di Lapangan

Pada tahapan ini Penulis melakukan kegiatan-kegiatan lapangan untuk

mendapatkan data primer dan data sekunder. Selama kegiatan pengambilan data di

lapangan, penulis membutuhkan pembimbing dari perusahaan selama

kegiatan penelitian berlangsung.

Adapun kegiatan lapangan yang dilakukan adalah:

 Mengamati elevasi lereng dan geometri lereng

 Pengambilan contoh batuan dari singkapan secara representatif.

 Mendokumentasikan contoh lereng dan daerah penelitian untuk

mendukung dalam penelitian ini dengan menggunakan kamera.

c. Tahap Analisa Laboratorium

Pada tahap analisa laboratorium merupakan tahapan yang dilakukan


untuk menganalisa secara detail dari data sampel batuan. Adapun analisa yang

dilakukan adalah analisa kandungan mineral pada sampel batuan yang

bertujuan untuk mengetahui komposisi mineral yang hadir serta kehadiran

persentasenya. Data diperoleh dari pihak perusahaan.

d. Tahap Analisa dan Interpretasi

Data-data yang diperoleh baik dilapangan maupun dari laboratorium yang

dianalisa dan diinterpretasikan untuk menjawab tujuan. Data-data tersebut adalah :

1. Jenis batuan diinterpretasikan dari data tekstur struktur batuan

2. Nilai kekar batuan

e. Tahapan Penulisan Laporan

Setelah pengolahan data dan analisa selesai, maka tahapan yang selanjutnya

adalah menuangkannya dalam bentuk laporan yang didiskusikan dengan dosen

pembimbing, baik berupa tulisan, gambar, diagram dan peta. Laporan ini

kemudian diseminarkan diakademik.


MULAI

STUDI PUSTAKA

PENGUMPULAN DATA

Primer Sekunder
1.6 Bagan Alir Penelitian

Pengambilan Sampel Sampel Batuan Geometri Lereng Pengamatan Kondisi Geologi - Studi literatur
Tahapan Pengabilan
- Penelitian terdahulu
Data di Lapangan - Pengambilan Batuan (Coring) - Tinggi dan Lebar Lereng - Morfologi
- Kemiringan Lereng - Peta geologi
- Strutur Geologi
- Bentuk Lereng - Peta topografi
- Litologi

Analisa Laboratorium
Analisa Laboratorium
Tahapan Analisa Analisa sifat keteknikan
- Kuat tekan - Sudut geser dalam - Analisa Morfologi
Laboratorium - Analisa Petrografi
- Kuat tarik - Kohesi
- Modulus elastisitas - Derajat kejenuhan
- Poisson ratio - Kohesi Software Rocciencce Slide 6.0
- Kuat Geser

Model Lereng Kondisi Geologi


Tahapan Analisa
dan Interpretasi
Data
Faktor Keamanan

Selesai
1.7. Waktu Penelitian Tugas Akhir

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan dan jadwal dimulainya

tahap lapangan menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan oleh PT.

Agincourt Resources. Adapun jadwal berikut kegiatan yang dilakukan selama

penelitian seperti tabel 1.1.

Tabel 1. Jadwal dan Perencanaan Penelitian

Tahap April Mei Juni Juli Agustus

Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Preparasi dan

Studi Pustaka

Pelaksanaan

di Perusahaan

dan analisa

Penulisan

laporan dan

seminar
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lereng

Lereng adalah bagian dari permukaan bumi yang berbentuk miring sedangkan

kestabilan atau kemantapan lereng adalah suatu kondisi atau keadaan yang mantap

atau stabil terhadap suatu bentuk dan dimensi lereng. Analisa kestabilan lereng

bertujuan untuk menentukan faktor keamanan dari bidang longsor yang

berpotensial (Hardiyatmo, 1994).

2.2 Jenis-Jenis Lereng

Dalam bidang teknik sipil ada 3 macam lereng yang perlu kita perhatikan

yaitu adalah :

1. Lereng alam

Lereng alam yaitu lereng yang terbentuk karena proses-proses alam, misalnya

lereng suatu bukit. Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap

kestabilan terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang

menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama

bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal-hal berikut :

1). Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.

2). Gempa.
3). Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan

yang berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada

sistem drainase dan lain-lain.

4). Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang

bidang yang berpotensi longsor.

5). Proses pelapukan.

Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi geologi

dan topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air

bawah tanah dan kecepatan pelapukan.

2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)

Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)

Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan

tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan

pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air

akibat rembesan, dan cara pemotongan.

Gambar 2.1 Lereng alam (sumber:www.google.co.id/search?q=lereng+alam)


2. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment)

Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan

kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan

derajat kepadatan tanah.

Gambar 2.2. lereng buatan (sumber : tambang newmont)

2.3. Jenis-Jenis Runtuhan Lereng

Secara umum, keruntuhan pada lereng batuan dapat terjadi melalui

mekanisme longsor (slide), dan robohan (topple) yang seringkali diikuti dengan

jatuhan (fall).

Menurut Hoek dan Bray (1981) longsoran batuan adalah suatu proses masa

dimana batuan pada suatu lereng menggelincir melalui bidang gelincir.

Berdasaran bidang gelincirya, longsoran batuan dapat meliputi :

1. Longsoran translasi (plane failure)

Longsoran Translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang

gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.


Gambar 2.3 Longsoran translasi

2. Longsoran Rotasi ( Circular Failure)

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang

gelincir berbentuk cekung.

Gambar 2.4 Longsoran rotasi

3. Longsoran baji (Wedge Failure)

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang

lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang

lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini

dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara

longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun

melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat

terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut :


 Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan

bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.

 Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan

lereng.

 Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua

bidang lemah.

Gambar 2.5 Longsoran baji

2.4. Faktor Penyebab dan Pemicu Terjadinya Longsor/Keruntuhan Lereng

Faktor – faktor penyebab terjadinya tanah longsor dapat disebabkan karena adanya

gaya gravitasi. Selain itu pula, faktor penyebab tanah longsor dapat dipengaruhi oleh :

1. Kemiringan lereng

Semakin besar sudut lereng, semakin besar pula daya dorong yang disebabkan

meningkatnya tegangan geser (shearing stress) berbanding terbalik dengan

tegangan normal (normal strength) berupa kekuatan penahan.

2. Litologi

Tergantung mudah/tidaknya batuan mengalami pelapukan batuan, besar kecilnya

porositas/permeability. Semakin mudah batuan melapuk, semakin mengurangi kohesi dan

kekuatan batuan penyusun kondisi stratigrafi batuan, terutama jika lapisan batuan keras
berselang-seling dengan lapisan batuan lunak, maka batuan yang lunak dapat menjadi

faktor penyebab tanah longsor.

3. Struktur geologi dan batuan

Zona sesar merupakan zona batuan yang mengalami penghancuran disebabkan

pergeseran blok – blok batuan pada bidang patahan. Pada zona sesar tersebut daya

tahan menjadi lemah, sehingga lebih mudah mengalami proses pelapukan, erosi

dan tanah longsor.Bidang permukaan sesar, lapisan batuan, kekar, retakan, zona

bidang batas soil dan batuan dasar, kontak batuan merupakan bidang

diskontibuitas, dapat menjadi bidang gelincir apabila arah kemiringannya searah

dengan kemiringan lereng.

4. Kandungan air pori

Tinggi rendahnya permukaan airtanah (water table), terhadap bidang

diskontinuitas dan permukaan lereng juga merupakan salah satu faktor pendorong

terjadinya gesekan massa. Beberapa macam kondisi yang dapat memicu

terjadinya proses tanah longsor, diantaranya:

a. Infiltrasi air kedalam lereng

b. Pembebanan lereng

c. Perubahan fisik lereng

d. Getaran mesin, alat berat dan gaya berat.


2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng

Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor, antara

lain:

1. Geometri Lereng

Geometri lereng meliputi bentukan lereng, baik tinggi lereng dan besar sudut lereng.

Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya. Semakin besar

kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan semakin berkurang.

2. Struktur Geologi

Batuan Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-

bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang

lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan

lebih mudah longsor. Jika orientasi umum bidang-bidang lemah tersebut searah dengan

arah lereng dan kemiringan bidang lemah lebih landai dari kemiringan bidang lereng.

Maka struktur tersebut mempunyai pengaruh langsung yang lebih besar terhadap

stabilitas lereng, sebaliknya jika arah dan kemiringan bidang lereng berlawanan maka

struktur bidang lemah tersebut mempunyai pengaruh langsung yang lebih kecil terhadap

stabilitas lereng.

Struktur geologi mempunyai kemantapan lereng adalah adanya bidang

ketidakmenerusan. Hal yang paling penting dalam bidang ketidakmenerusan adalah

adanya pengaruh tekanan air yang berbeda pada saat rekahan ditarik. Selain adanya

rembesan air pada bidang ketidakmenerusan tersebut, rekahan tarik juga akan terisi oleh

material pengisi yang dapat memisahkan dua sisi batuan, batuan tersebut akan memiliki

kuat geser yang kecil untuk menahan potensi longsoran. Kondisi bidang lemah dan

penyebaran perlu diketahui untuk menentukan arah dan jenis longsoran yang terjadi pada

massa batuan tersebut.


Bila jenis longsoran diketahui, maka lebih mudah untuk menentukan geometri yang

mantap dengan melakukan analisa kestabilan lereng.

3. Air Tanah

Kandungan air tanah sebagai moisture tanah pada lereng yang bersangkutan akan

memberikan tambahan beban yang besar pada lereng. Selain itu juga, kondisi material

yang jenuh dengan air tanah akan mengalami penurunan kekuatan geser akibat adanya

tekanan air pori di dalam tubuh material tersebut. Penambahan air tanah pada pori-pori

tanah atau batuan akan memperbesar beban dan pada akhirnya menimbulkan gaya

penggerak yang dapat mengakibatkan terjadinya longsor.

Kondisi air tanah yang dimaksud disini adalah ketinggian level air tanah yang berada

di bawah permukaan lereng. Pengaruh air tanah terhadap kestabilan lereng yaitu adanya

tekanan ke atas dari air pada bidang – bidang lemah yang secara efektif mengurangi

kekuatan geser dan mempercepat proses pelapukan dari batuan.

4. Berat

Beban Yang Ditanggung Oleh Lereng Pada suatu lereng yang menanggung beban

massa, semakin berat beban yang ditanggung lereng maka semakin besar potensi lereng

untuk mengalami pergerakan. (Bowles, 1989)

5. Gaya Dari Luar

Gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan suatu lereng

adalah:

a. Getaran yang diakibatkan oleh gempa.

b. Peledakan di dekat lereng.

c. Pemakaian alat – alat mekanis yang berat. (Bowles, 1989)


2.6 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan

a. Sifat Fisik Batuan

Sifat fisik batuan terdiri dari:

1. Bobot isi asli (natural density)

2. Bobot isi kering (dry density)

3. Bobot isi (saturated density)

4. Berat Jenis Semu (apparent specific gravity) Berat jenis sejati (true

specific gravity) Kadar air asli (natural water content) Saturated water

content (absorption)

5. Derajat Kejenuhan

6. Porositas

7. Void Ratio

b. Uji Sifat Mekanik

1. Uji Kuat Tekan (Unconfiend Compression Strength/UCS)

Data hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan –

regangan (stress – strain) untuk tiap percontoh batuan. Kemudian dari kurva

ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan:

a) Kuat tekan ( σc )

b) Batas elastik (σE )

c) Modulus young

d) Poisson’s ratio: pada tegangan σ1

c. Uji Triaksial

Salah satu uji yang terpenting di dalam mekanika batuan, untuk menentukan

kekuatan batuan dibawah tiga komponen tegangan adalah uji triaksial. Contoh
yang digunnakan berbentuk silinder dengan syarat – syarat sama pada uji kuat

tekan:

Dari hasil uji triaksial dapat ditemukan:

a) Strength envelope (kurva intrinsic)

b) Kuat geser (shear strength)

c) Sudut geser dalam (Φ)

d) Kohesi (C)

d. Uji Geser Langsung

1. Uji ini digunakan untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal

tertentu.

2. Garis coulomb’s shear strength

3. Kuat geser (shear strength)

4. Sudut geser dalam (Φ)

2.7 Kestabilan Lereng

Kestabilan suatu lereng dikontrol oleh kondisi geologi daerah setempat,

bentuk keseluruhan lereng, kondisi air tanah dan juga teknik penggalian dalam

pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi

penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang

umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng agar

dapat dipastikan lereng tersebut disebut aman atau stabil.

Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan

meragukan, maka kestabilannya harus dimulai berdasarkan struktur geologi,

kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng.
Kestabilan pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat

fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut.

Satu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan

adalah faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya

penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang

mnyebabkan terjadinya longsor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan studi tentang kestabilan lereng,

maka dibagi tiga kelompok rentang Faktor Keamanan (FK) yang ditinjau dari

intensitas kelongsorannya.

Tabel 2.1. Tabel Faktor Keamanan Ditinjau dari Intensitas Kelongsoran (Bowles, 1991).

Nilai Faktor Keamanan (FK) Intensitas Longsor

FK < 1,07 Labil

FK antara 1,07 – 1,25 Kritis

FK > 1,25 Stabil

Lereng yang stabil memiliki harga FK yang tinggi dan lereng yang tidak

stabil memiliki harga FK yang rendah. Faktor keamanan lereng tersebut harganya

tergantung pada besaran ketahanan geser dan tegangan geser, dimana keduanya

bekerja saling berlawanan arah disepanjang bidang gelincir. Bidang gelincir

tersebut terletak pada zona terlemah didalam tubuh lereng. Jika harga FK = 1,07

maka longsor akan berhenti jika ketahanan geser batuan penyusun mampu

menopang geometri lereng yang baru (yang lebih landai) dan FKnya menjadi

lebih tinggi.

Romana (1985) mengembangkan suatu sistem klasifikasi slope mass rating

(SMR) yang memungkinkan sistem RMR diaplikasikan untuk menganalisis


kemantapan lereng. SMR menyertakan bobot parameter pengaruh orientasi kekar

terhadap metode penggalian lereng yang diterapkan.


BAB III

PENUTUP

Proposal usulan Tugas Akhir ini kami ajukan dengan tujuan memberi

penjelasan maksud dan tujuan dari Tugas Akhir di PT. Agincourt Resources dan

berharap dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengajuan program Tugas

Akhir Mahasiswa. Kesempatan yang diberikan oleh perusahaan dalam hal ini

PT. Agincourt Resources kepada kami tentunya akan dimanfaatkan seoptimal

mungkin oleh mahasiswa peneliti yang hasilnya akan disusun dalam bentuk

laporan hasil Tugas Akhir yang terbaik bagi PT. Agincourt Resources.

Semoga dengan kesempatan ini akan selalu terjalin kerjasama yang baik dan

saling menguntungkan antara lembaga Perguruan Tinggi dalam hal ini Institut

Teknologi Medan dengan pihak PT. Agincourt Resources. Kami mengucapkan

terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa memberkati kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar

dan memberikan manfaat bagi semua pihak.


DAFTAR PUSTAKA

Azizi, S.M, Kramadibrata, A, K.Wattimena Ridho, S,Indra Djati, Adriansyah,

Yan. (2012). Kestabilan Lereng. ANALISIS RISIKO KESTABILAN

LERENG TAMBANG TERBUKA (STUDI KASUS TAMBANG

MINERAL X), 1, 1-9

Bria Kornelis , & Ag. Isjudarto, ( - ). Kestabilan Lereng. Analisis Kestabilan

Lereng Pada Tambang Batubara Terbuka PIT di Selatan PT. Artha

Niaga Cakrabuana Job Site Cv. Prima Mandiri Desa Dondang

Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi kalimantan timur, 1-4

Kusuma, Arin Chandra, & Sudaryanto, Bagus Wiyono, (2015). Kestabilan Lereng

PIT. ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT.

TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA,

Volume. 1, 1-3

Rahman, Imamur, 2016. Analisa Kestabilan Lereng Pada Daerah Wisata

Pemandian Sibiru-Biru Kec. Sibiru-Biru Kab. Deli Serdang Sumatra

Utara. Tugas akhir, Jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Medan.

Subakti, Imam, 2017. Geologi Teknik. Yogyakarta

Web Site

Peta Tematik Indonesia. 2013. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara. 1

Maret 2018. https://petatematikindo.wordpress.com/2013/03/13/administrasi-

provinsi-sumatera-utara/
Pixabay. 1 desembar 2010. Nature Farm Slope. 17 Maret 2018.

https://pixabay.com/en/meadow-mountain-farm-slope-nature-628/

Jejak-Jejak Perjalanan. 10 maret 2012. Analisa Kestabilan Lereng. 17 Maret 2018.

http://thegoldenjubilee.blogspot.co.id/2012/03/analisis-kestabilan-lereng-

batuan.html

Anda mungkin juga menyukai