Anda di halaman 1dari 17

BAB I ARTIKEL Penolakan PLTP Gedong Songo Terus Berlanjut

Forum Komukasi Masyarakat Seputar Gedongsongo, elemen, tokoh masyarakat, ormas dan OKP/LSM menolak pembangunan PLTPB (Pembangunan Listrik Tenaga Panas Bumi). Penolakan itu itu disampaikan demi kenyaman hidup masyarakat di sekitar proyek geothermal tersebut, yang sebgaian dikenal sangat peduli kepada lingkungan dan cagar budaya Gedong Songo. Penolakan itu juga dilakukan dengan melayangkan surat kepada Presiden RI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Energi Jakarta, DPR RI Jakarta, Gubernur Jawa Tengah, DPRD Jawa Tengah, Bupati Kabupaten Semarang, dan segenap media massa, ujar Koordinator Forum Komunitas (FK) Mujo Sigit Kurniarso, yang juga sebagai Penanggung jawab dan Pimpinan Umum LSM GERAKK (Gerakan Anti Kurupsi dan Kolusi) Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 1.1 Spanduk penolakan warga Gedongsongo

Menurut Mujo, elemen, komponen, tokoh masyarakat, masyarakat yang didampingi oleh ormas-ormas, OKP dan LSM, masing-masing telah membuat surat pernyataan, yang berisikan suatu penolakan. Konon dari pengeboran dari delapan titik panas bumi, membuat warga khawatir akan dampaknya, salah

satunya yang dapat dipastikan adalah kerusakan alam dan ekosistem, janga terjadi seperti kasus Lapindo, ujarnya. Mujo mengingatkan, Gunung Ungaran merupakan daerah wisata budaya (Cagar Budaya) dengan adanya Candi Songo atau Sembilan Candi yang dalam cerita pewayangan merupakan peninggalan Hanoman dan Dasamuka, yang disebut masyarakat sekitar sebagai Gunung Suroloyo. Ketenangan dan ketentraman penduduk lokal akan terusik sekali dengan proyek geothermal iitu. Biarkanlah daerah kami asri, nyaman, damai dengan keberadaan sembilan candi (Candi Songo) yang setiap hari ramai dikunjungi wisatawan lokal/domistik maupun internasional, karena kami sadar punya hak untuk hidup nyaman dan tentram sebagai warga negara yang dilindungi undangundang, tegas Mujo. (Yf-Tim) [Minggu, 10 Juli 2011 (Global Pos)]

BAB II URAIAN KASUS

2.1

Apa yang dimaksud dengan PLTP? Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah suatu sistem

pembangkit yang mengubah energi potensial ke energi listrik. Energi potensial dihasilkan dari turbin yang diputar oleh panas bumi (geothermal) yang keluar dari dalam bumi dengan bentuk uap. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang panas bumi, Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Gambar 2.1 Skema pengolahan PLTP

Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi karbondioksida pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO2 per megawatt-jam (MWh) listrik, kira-kira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik tenaga batubara. Indonesia dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas Bumi. Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 - 3 hektar. Sedangkan pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar 7,7 hektar.

2.2

Dimana tempat pembangunan PLTP? Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi pada daerah yang

didalamnya terakumulasi panas yang sangat tinggi dan ada materi yang menghantarkan panas tersebut sampai keluar ke permukaan bumi. Pada daerah Gedongsongo panas bumi berasal dari dapur magma Gunung Ungaran. Rencana proyek pembangunan PLTP yang mendapat penentangan di Jawa Tengah berada pada daerah Candi Gedongsongo. Candi Gedongsongo pada sekitar Candi IV terdapat fumarol yang menjadi manifestasi adanya akumulasi panas di dalam bumi yang terhantarkan oleh fluida yang terpanaskan. Panas yang terdapat di Gedongsongo berasal dari dapur magma Gunung Ungaran. Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung yang terdapat di Jawa Tengah, memiliki ketinggian 2.050m. Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan sumber panas bersuhu tinggi yang hanya dapat berasal dari jauh di bawah tanah. Panas tersebut harus dibawa ke permukaan lewat sirkulasi fluida, baik melalui saluran magma, mata air panas, sirkulasi hidrotermal, sumur minyak, sumur bor, atau gabungan dari contoh-contoh tersebut. Sirkulasi ini terkadang muncul secara alami pada tempat dimana kerak bumi tipis. Saluran magma membawa panas dekat ke

permukaan, dan mata air panas membawanya ke permukaan. Jika tidak tersedia mata air panas maka sumur harus dibor untuk menjadi akuifer air panas. Jika jauh dari batas lempeng tektonik, gradien panas bumi di sebagian besar tempat adalah 25-30C per kilometer kedalaman, sehingga membuat sumur menjadi harus beberapa kilometer dalamnya untuk dapat membangkitkan listrik. Jumlah dan mutu sumber daya panas yang dapat dipulihkan meningkat sebanding dengan kedalaman pengeboran dan kedekatan dengan batas lempeng tektonik.

Gambar 2.2 Keadaan normal panas bumi di areal gunung berapi

Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.

2.3

Kapan Tindakan Protes Dari Warga Dilayangkan Terhadap Pembangunan PLTP Di Gedongsongo. Tindakan protes yang dilakukan warga Gedongsongo berawal dari

kebijakan pemerintah untuk melakukan pengembangan panas bumi untuk dijadikan pembangkit listrik. Protes ini mulai terjadi pada tahun 2010 sampai sekarang. Pada tahun 2011 pemerintah memenangkan PT Giri Indah Sejahtera untuk mengembangkan panas bumi pada Gedongsongo dengan kontrak selama 35 tahun dengan kapasitas produksi energi listrik 155 megawatt. Sampai saat ini belum ada pemboran yang dilakuakan oleh perusahaan pengembang untuk mengambil panas bumi yang terdapat di areal Gedungsongo, hal ini dikarenakan masih adanya penentangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang diukung oleh komunitas lingkungan dan budaya.

2.4

Mengapa

Warga

Tidak

Menyetujui

Adanya

Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Di Daerah Gedungsongo. Masyarakat sekitar menolak pembangkit listrik tenaga panas bumi pada Daerah Gedongsongo dikarenakan masyarakat beranggapan kegiatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan fisik dari sejumlah candi yang tersebar di kawasan situs sejarah Candi Gedungsongo ini. Lokasi fumarol yang berada di Areal Candi Gedongsongo menjadi perhatian warga, penyebabnya candi merupakan cagar budaya yang harus dilindungi, dilestarikan dan dijaga. Padahal lokasi manifestasi fumarol tidak sera merta lokasi tersebut yang akan dilakukan pengeboran.

2.5

Siapa Yang Setuju Dan Menolak Adanya Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Di Gedongsongo. Umumnya yang menyetujui proyek pembangunan PLTP

Gedongsongo ini didominasi oleh masyarakat Ungaran yang memandang potensi Geothermal ini sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik di Ungaran yang sampai sekarang masih dikoneksikan dengan listrik Jawa -

Bali. Sehingga beberapa waktu daerah Jawa dapat mengalami pemadaman dikarenakan kekurangannya pasokan listrik untuk daerah Jawa Bali. Masyarakat sekitar yang secara langsung akan terkena dampak

lingkungannya sebagian besar menyetujui pembangunan tersebut. Hal ini disebabkan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat diajak melihat langsung (studi banding) pada daerah yang dijadikan lokasi tempat pemboran panas bumi di Gunung Salak. Sebelumnya mereka tidak sependapat, namun setelah melihat langsung bagaimana kondisi hutan setelah dilakukannya pemboran, kehidupan binatang, pengolahan dan penanganan gasnya, maka mereka sependapat dibangunnya pembangkit panas bumi di Ungaran tersebut. Dari tokoh-tokoh masyarakat inilah yang akhirnya menyampaikan kondisi kegiatan pemboran panas bumi yang telah berlangsung kepada masyarakat yang menjadi komunitasnya maupun masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian masyarakat sekitar sebagian besar menyetujuai

pembangunan tersebut. Namun tidak sedikit pula yang menolak keberadaan proyek PLTP ini. Alasan mereka yang menolak proyek pembangunan PLTP ini disebabkan keberadaan lokasi yang akan dijadikan area eksploitasi panas bumi yang sudah menjadi obyek wisata Candi Gedongsongo dan telah menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar Candi Gedongsongo. Penolakan pembangunan pusat listrik tenaga panas bumi di Gedongsongo juga di lakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang perduli lingkungan. Mereka menolak karena kurangnya pemahaman atau

pengetahuan di bidang geothermal. Kurangnya pemahaman ditunjukkan dengan logika-logika umum yang sangat berbeda dengan pengetahuan geothermal. Namun demikian semangat protes tidak surut karena kurang pemahaman, bahkan berusaha membangun wacana-wacana berdasarkan pada logika-logika umum terprovokasi. Alasan lain LSM lingkungan menolak adalah karena merasa dikhianati oleh anggota kelompoknya. Dahulu ideologinya sangat tersebut, sehingga sebagian masyarakat

menentang pembangunan oleh investor

yang berdampak terhadap

lingkungan, kini justru berada di lingkungan investor yang menguasai modal dengan paham kapitalisme. Personel pengelola PT Giri Indah Sejahtera (GIS) adalah mantan aktivis yang sangat intensif menyuarakan lingkungan berkelanjutan, namun sekarang dipandang sebaliknya oleh rekan LSM. Walaupun personel GIS tersebut terjun ke investor tersebut karena pembangunan tersebut ramah lingkungan, bukan memandang dari aspek yang lain (kapitalisme). Namun demikian, karena rekan-rekan LSM dipandang menyeberang, maka penolakan tersebut terus berlanjut.

2.6 Bagaimana langkah pemerintah agar pembangunan pembangkit listrik tenaga panasbumi ini tetap dilaksanakan? Pada tanggal 22 Mei 2002 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 15/2002 tentang pencabutan Keputusan Presiden Nomor 39/1997 tentang Status Proyek Ditunda. Dengan dikelurakannya Kepres tersebut maka berarti kegiatan dapat dilanjutkan kembali. Berkaitan dengan hal diatas, maka diperlukan adanya sinergisitas antara tokoh masyarakat, pihak PT Pertamina Geothermal Energi PT Giri Indah Sejahtera, dan Pemerintah untuk menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan proyek pembangunan PLTP Gedongsongo ini. Pada dasarnya, listrik sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menunjang aktifitas manusia.

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR DAN INDIKATOR

IDENTIFIKASI FAKTOR
1. Minimnya pemahaman atau informasi yang disosialisasikan oleh pihak yang terkait kepada masyarakat luas tentang energi panas bumi Sosialisasi tentang informasi yang lebih ilmiah kurang

diinformasikan kepada masyarakat luas sehingga banyak masyarakat banyak yang menghubungkan bencana alam dengan perusahaan perusahaan di bidang energi. Mereka (perusahaan energi) dituding sebagai biang atau pelaku bila adanya bencana alam. Padahal, tidak 100% terjadinya bencana alam disebabkan oleh adanya kegiatan eksplorasi oleh perusahaan energi. Hal ini yang membuat dugaan dugaan yang tidak ilmiah dilontarkan kepada Pemerintah sehingga menjadi sebuah tameng terhadap kemajuan teknologi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional.

2. Kurangnya sinergisitas antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah berkaitan dengan kebijakan publik Banyak kebijakan Pemerintah Pusat yang tidak dikomunikasikan terhadap Pemerintah Daerah. Akibatnya banyak terjadi kebijakan sepihak demi keuntungan pihak tertentu saja. Hal ini lah yang memperburuk atau memperlambat pembangunan di daerah daerah lain dan cenderung terpusat di Ibukota saja. Padahal potensi potensi energi banyak diluar ibukota dan cenderung di wilayah yang cukup sulit dijangkau. Ini yang membuat jurang pemisah yang semakin jauh antara ibukota dengan wilayah lain. Padahal daerah tersebut memiliki cadangan atau potensi untuk mendatangkan devisa bagi Negara. 3. Pendekatan antar budaya, adat, dan istiadat tidak atau kurang diperhatikan dalam tahap eksplorasi

Kita sebagai pihak ketiga setelah masyarakat dan Pemerintah sudah sepantasnya melakukan pendekatan sosial, budaya, adat, istiadat, dan lain lain. Fungsi pendekatan ini adalah untuk menumbuhkan kepercayaan antara pihak yang terkait dengan adanya kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi di masa mendatang. Kita bukanlah seorang yang memiliki daerah tersebut, jadi setidaknya kita harus memberikan salam dan melakukan pendekatan untuk memperoleh apa yang kita cari walaupun kita sudah memiliki kontrak kerja, maupun izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi daerah tersebut.

4. Sifat tertutup terhadap kemajuan teknologi baru dari dunia luar Sifat dan sikap masyarakat yang cenderung tertutup akan kemajuan teknologi demi memenuhi kebutuhan energi dirasa masih kurang. Mereka masih mengganggap seseorang dari luar sebagai orang asing yang ingin berbuat jahat terhadap masyarakat. Mereka pada dasarnya menolak karena menganggap proyek ini bakal merusak lingkungan dan merusak kebudayaan yang selama ini mereka anut. Namun melalui serangkaian uji ilmiah, justru berkebalikan dengan anggapan masyarakat tersebut. Energi panas bumi ini sangatlah ramah lingkungan, dan juga berfungsi memiliki kemandirian listrik terutama didaerah Bali.

INDIKATOR
1. Bentuk protes yang dilayangkan segenap masyarakat Bali terhadap pembangunan Gedongsongo Protes yang mereka layangkan kepada Pemerintah Pusat melalui melalui keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Ungaran Nomor 7 Tahun 2005. Keputusan DPRD Ungaran nomor & Tahun 2005 ini diperoleh setelah melalui musyawarah tokoh tokoh masyarakat daerah Gedongsongo dengan pihak Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi

Mereka pada dasarnya menolak karena menganggap proyek ini bakal merusak peninggalan pra sejarah yang ada pada daerah tersebut.

2. Arti penting listrik dalam kehidupan bermasyarakat dikesampingkan Listrik memegang peranan penting terhadap kehidupan

bermasyarakat dalam hal menunjang aktifitas masyarakat. Bisa dibayangkan apabila kehidupan tanpa ada listrik sehingga mengacaukan semua aktifitas masyarakat. Listrik ini pun bisa menerangkan kehidupan masyarakat. Salah satunya energi alternatif adalah energi panasbumi. Untuk menunjang energi ini, diperlukan adanya dukungan geologi berupa keterdapatan gunung api. Dan di Indonesia ini lah potensi panasbumi terbesar. Indonesia memiliki garis busur gunung api sehingga Indonesia menjadi penyumbang 40% panasbumi dunia.

3. Mengenali budaya, agama, adat, dan istiadat daerah eksplorasi dikesampingkan demi keuntungan Mereka (perusahaan energi) cenderung bergerak hanya

berdasarkan surat izin usaha yang dikeluarkan Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Daerah. Padahal daerah yang mereka eksplorasi adalah daerah penduduk yang mereka tinggali sudah sejak lama. Oleh karena itu diperlukannya pendekatan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar kalau apa yang kita eksplorasi adalah aman bagi lingkungan dan tidak mengancam keberlangsungan hidup mereka.

BAB IV ANALISIS FAKTOR DAN INDIKATOR


Sampai saat ini, sumber energi dunia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil yang persediaannya semakin menipis. Akibatnya, setiap terjadi kenaikan harga bahan bakar fosil selalu menimbulkan dampak ekonomi yang sangat besar. Demi ketersedian energi (khususnya listrik) di seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat mulai mencanangkan program panas bumi atau Geothermal sebagai salah satu solusi demi ketersedian energi di Indonesia. Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia. Bentuk protes yang dilayangkan segenap masyarakat Bali terhadap pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Gedongsongo disebabkan oleh beberapa faktor antara lain Minimnya pemahaman atau informasi yang disosialisasikan oleh pihak yang terkait kepada masyarakat luas tentang energi panas bumi, Kurangnya sinergisitas antara Pemerintah Pusat dengan

Pemerintah Daerah berkaitan dengan kebijakan publik, Pendekatan antar budaya, adat, dan istiadat tidak

BAB V SOLUSI

1. Perbanyak sosialisasi kepada masyarakat tentang energi panasbumi Sosialisasi tentang informasi yang lebih ilmiah kurang

diinformasikan kepada masyarakat luas sehingga banyak masyarakat banyak yang menghubungkan bencana alam dengan perusahaan perusahaan di bidang energi. Mereka (perusahaan energi) dituding sebagai biang atau pelaku bila adanya bencana alam. Padahal, tidak 100% terjadinya bencana alam disebabkan oleh adanya kegiatan eksplorasi oleh perusahaan energi. Hal ini yang membuat dugaan dugaan yang tidak ilmiah dilontarkan kepada Pemerintah sehingga menjadi sebuah tameng terhadap kemajuan teknologi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional.

2. Negoisasi ulang proyek PLTP ini kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat Kabupaten Semarang Pada tanggal 22 Mei 2002 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 15/2002 tentang pencabutan Keputusan Presiden Nomor 39/1997 tentang Status Proyek Ditunda. Dengan dikelurakannya Kepres tersebut maka berarti kegiatan dapat dilanjutkan kembali. Berkaitan dengan hal diatas, maka diperlukan adanya sinergisitas antara tokoh masyarakat, pihak PT Pertamina Geothermal Energi PT Giri Indah Sejahtera, dan Pemerintah untuk menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan proyek pembangunan PLTP Gedongsongo ini. Meskipun izin kerja dari Pemerintah Pusat didapat, tetapi Pemerintah Daerah masih belum bisa mengambil sisi positif dari pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Gedongsongo

ini. Diperlukan adanya negoisasi yang ditengahi oleh Pemerintah Pusat demi mendapatkan kesepakatan yang mufakat antara pihak PT Pertamina Geothermal Energi PT Giri Indah Sejahtera sebagai operator PLTP Gedongsongo dan Masyarakat Ungaran dan sekitarnya yang dapat juga mengambil peran serta dalam pembangunan ataupun pengelolaan PLTP Gedongsongo.

3. Bangkitkan juga Pembangkit Listrik tenaga lain yang juga berpotensi untuk diterapkan di Bali Meskipun Gedongsongo memiliki potensi Panasbumi yang besar, namun diperlukan juga energi alternatif lainnya untuk membantu ketersedian listrik di daerah Bali secara menyeluruh. Yang saat ini gencar disosialisasikan selain Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi, juga disosialisasikan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang rencananya akan dibangun dan dioptimalisasikan di Celukan Bawang, Buleleng maupun Pemaron.

4. Berikanlah kesempatan masyarakat lokal Bali untuk mengelola potensi mereka ini Apabila sudah mencapai kesepakatan antara Pemerintah Bali Masyarakat Bali, PT Pertamina Geothermal Energi PT Giri Indah Sejahteradan juga Pemerintah Pusat mengenai titik terang proyek ini, berikanlah kesempatan putra putri Ungaran dan sekitarnya untuk bekerja mengelola potensi daerah mereka agar tidak ada lagi kecemburuan karena perusahaan terlalu banyak mendatangkan pegawai dari daerah lain yang sama sekali tidak mengenali budaya, adat, dan istiadat daerah Gedongsongo. Hindarilah campur tangan asing dan juga perbanyaklah tenaga kerja asal Indonesia supaya mereka (tenaga kerja asal Indonesia) lebih mencintai Indonesia dan juga menjaga bersama sama potensi yang diberikan Tuhan kepada negeri tercinta kita ini.

BAB VI RELEVANSI KASUS DENGAN TEMA


Sampai saat ini, sumber energi dunia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil yang persediaannya semakin menipis. Akibatnya, setiap terjadi kenaikan harga bahan bakar fosil selalu menimbulkan dampak ekonomi yang sangat besar. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil juga terbukti memberikan kontribusi yang besar terhadap emisi CO2 sebagai gas rumah kaca penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Karena itu sudah saatnya ketergantungan terhadap sumber energi fosil dikurangi dan dialihkan pada sumber energi alternatif yang tidak hanya melimpah tetapi juga ramah lingkungan. Salah satu sumber energi yang memenuhi kriteria tersebut adalah energi panasbumi. Demi ketersedian energi (khususnya listrik) di seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat mulai mencanangkan program panas bumi atau Geothermal sebagai salah satu solusi demi ketersedian energi di Indonesia. Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia.

Dari proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Gedongsongo ini, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk daerah Jawa Tengah dan Sekitarnya. Potensi 400 MW yang dimiliki panasbumi Gedongsongo diharapkan menjadi salah satu solusi meminimalisirkan Pemakaian bahan bakar fosil yang terus menipis persediaannya.. Sehingga diharapkan kedepannya PLTP ini bisa menjadi solusi meminimalisirkan pemakaian sehingga import bahan bakar fosil yang dilakukan negara Indonesia dapat diminimalisir semaksimal mungkin. Namun proyek pembangunan yang diperkirakan akan menyuplai listrik di wilayah Ungaran ini tidaklah berjalan dengan mulus. Hal ini disebabkan oleh sebagian masyarakat Ungaran, wakil rakyat Ungaran menolak rencana tersebut. Penolakan disebabkan oleh lokasi pemboran yang terletak di daerah wisata, sedangkan seluruh masyarakat bergantung pada daerah objek wisata candi tersebut, selain itu candi Gedongsongo juga dianggap peninggalan prasejarah yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Lokasi pemboran PLTP Gedongsongo berada pada kawasan wisata yang merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat Ungaran dan sekitarnya. Masalah lainnya adalah pembangunan PLTP Gedongsongo, yang dibangun bersama oleh PT Pertamina dan PT Giri Indah Sejahtera. ini akan dibangun di dalam area yang tidak jauh dari letak candi Gedongsongo yang merupakan peninggalan prasejarah. Candi yang merupakan candi tertua di jawa ini dinilai sangat berharga dan sangat beresiko jika lokasi pemboran hanya berjarak 600m dari lokasi wisata candi Gedongsongo. Solusi kedepannya adalah perbanyak sosialisasi kepada masyarakat tentang energi panasbumi, negoisasi ulang proyek PLTP ini kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat Ungaran, bangkitkan juga Pembangkit Listrik tenaga lain yang juga berpotensi untuk diterapkan di Ungaran, dan berikanlah kesempatan masyarakat lokal di Ungaran dan sekitarnya untuk mengelola potensi mereka ini. Apabila solusi ini diterapkan secara benar, maka akan menambah cadangan energi alternatif dan mengurangi pemakaian energi fosil yang selama ini masih import dari pasar dunia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/08/09/128905warga-gedongsongo-tolak-plttb
http://sains.kompas.com/read/2011/04/22/21132452/Tahun.Ini.PLTP.Gedong.Songo.M ulai.Dibor http://www.tenderindonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=6895&cat=CT002 http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2010/11/03/128973/BedahProblem-Sosial-di-Gedongsongo http://www.tempo.co/read/news/2010/08/24/177273640/PKL-Candi-GedongsongoTolak-Proyek-Pembangkit-Listrik

Anda mungkin juga menyukai