Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Pada tahun 2015 Perserikatan Bangsa- Bangsa ( PBB ) mengadakan Konfrensi Perubahan
Iklim di Paris, Perancis. Konfrensi ini adalah konfrensi tahunan ke 21 anggota UNFCCC
( Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ). Konfrensi UNFCCC
di Paris sendiri menghasilkan Persetujuan Paris yaitu sebuah traktat
internasional tentang mitigasi, adaptasi dan keuangan perubahan iklim pada tahun 2015.
Persetujuan ini mengawal negara-negara untuk mengurangkan emisi karbon
dioksida dan gas rumah kaca lain untuk membatasi pemanasan global dengan target "cukup
di bawah 2,0 derajat Celsius". Dalam upaya mengendalikan berlanjutnya perubahan iklim,
Pemerintah Indonesia pun telah mengadopsi Persetujuan Paris yang ditindaklanjuti dengan
penandatanganan persetujuan dimaksud pada tanggal 22 April 2016 di New York, Amerika
Serikat. Dan untuk itu Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016
tentang Pengesahan Persetujuan Paris.
Pemerintah Indonesia sendiri mencanangkan Indonesia mampu mencapai target netral
karbon pada 2060. Target ini adalah komitmen Indonesia kepada masyarakat dunia sebagai
upaya memenuhi mandat Persetujuan Paris, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengumumkan Strategi Jangka Panjang
Penurunan Emisi Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 yang salah satunya berisi komitmen
Indonesia untuk mengurangi emisi dalam 5 sektor yang meliputi energi, limbah, industri,
pertanian, dan kehutanan. Untuk merealisasikan hal tersebut dalam sektor energi sendiri
skenario transisi dan LCCP akan menjadi pilihan untuk diterapkan. Dalam target LCCP yang
lebih ambisius, bauran energi primer akan diisi salah satunya dengan gas 25% dan EBT 33%
di tahun 2050 sehingga penggunaan batubara akan menurun.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun menyinggung potensi energi hijau dalam hal ini
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia. Jokowi mencatat bahwa Indonesia memiliki
potensi sebesar 418 Giga Watt (GW). Dengan potensi kapasitas sebesar itu, Jokowi melihat
potensi itu bisa dikembangkan salah satunya lewat Geothermal, menurut beliau Indonesia
memiliki potensi geothermal 29 ribu Mega Watt, dan baru digunakan 2.000 Mega Watt.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan anugerah energi
panas bumi ini dimiliki Indonesia karena berada di kawasan cincin api atau "ring of fire".
Sebesar 40% cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia. Sumber energi tersebut adalah
panas bumi atau geothermal, yang sumber dayanya menjadi terbesar kedua di dunia setelah
Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah memulai upaya
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTPB ) dibeberapa daerah
diantaranya Tegal, Purwokerto, Cisolok, Mandailing Natal, Tangkuban Parahu, Tulehu,
Pandeglang, dan Cianjur.
Daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur, ternyata menyimpan harta karun berupa sumber energi
panas bumi atau geothermal. Dengan luas 3.180 hektar dan potensi sebesar 85 MWe
(cadangan). Adapun rencana penggarapan geotermal itu ditandai melalui penawaran
Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (WPSPE) Panas Bumi di Daerah
Cipanas dilakukan sejak 28 Januari-28 Februari 2022 lalu. Salah satu ketentuan terkait
penawaran WPSPE Panas Bumi ini menyebutkan bahwa perjanjian awal transaksi dengan PT
PLN (Persero) akan dilakukan setelah eksplorasi selesai dan Izin Panas Bumi diterbitkan
pemerintah.
Geothermal
Energi panas bumi juga dikenal dengan nama energi geothermal. Energi ini dihasilkan dan
disimpan di dalam inti bumi, sumber energi panas ini terkandung di dalam air panas, uap air,
dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya. Pemanfaatan energi panas bumi untuk
pembangkit listrik secara garis besar dilakukan dengan cara melihat resource dari panas
bumi tersebut. Apabila suatu daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air
(steam), maka steam tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut secara langsung
diarahkan menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah
selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut terkondensasi
menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi secara alami. Namun, bila
panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka air panas tersebut harus di ubah
terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses perubahan ini membutuhkan peralatan
yang disebut dengan heat exchanger, dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger
sehingga terbentuk uap air. Untuk mengeluarkan uap air maka perlu dilakukan pengeboran
lubang jauh ke dalam kerak bumi. Pengeboran sumur-sumur ini dapat mencapai kedalaman
tiga mil (5 km) atau lebih, tergantung dimana mereka berada. Meskipun ada panas yang
tersedia di semua bagian dunia, beberapa tempat harus menggali lebih dalam dari ini,
membuat sulit mendapatkan energi panas bumi. Dengan demikian, biaya pengeboran panas
bumi di wilayah tersebut kemungkinan akan sangat besar.
Masalah ( PLTPB Baturaden Gunung Slamet )
- Sebelum memulai pembangunan Wellpad atau tapak pengeboran yang merupakan salah
satu infrastruktur utama (karena memfasilitasi sumur sebagai aset utama dalam proyek
pengembangan panas bumi) wilayah disekitar perlu disterilkan terlebih dahulu. Luas wilayah
yang dibutuhkan untuk wellpad tergantung pada jenis sumur yang akan dibangun.

Pembangunan Wellpad/ Tapak Pengeboran di Gunung Slamet

Pada tahun 2017 dalam rangka sterilisasi wilayah pembangunan fasilitas panas bumi di
Gunung Slamet wilayah hutan pun dibersihkan ( ditebang ) untuk selanjutnya dilakukan
pengerukan agar wilayah tersebut lebih landai sehingga fasilitas bisa dibangun. Sayangnya,
hal ini memicu ketidakstabilan tanah yang menyebabkan maraknya longsor di Gunung
Slamet, ditambah karena wilayah hutan yang digunakan cukup luas penyerapan air hujan
pun melemah sehingga marak juga terjadi banjir bandang di wilayah Gunung Slamet.
- Pengeboran panas bumi bisa mencapai kedalaman 3000 sampai 10000 kaki hingga
mencapai sumber panas. Proses pengeboran ini bisa menghasilkan limbah berupa lumpur
bor dan serbuk bor yang berpotensi mencemari sumber air masyarakat. Pengeboran panas
bumi menghasilkan limbah terutama limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah
yang dihasilkan industri PLTP berupa geothermal brine dan sludge, jika limbah tersebut
dibuang ke lingkungan akan mengakibatkan masalah pencemaran lingkungan dan
membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Limbah sludge maupun
brine dari PLTP mengandung silika.
Di Gunung Slamet pencemaran sumber air ini berdampak pada bangkrutnya 500- 600 usaha
tempe kecil milik masyarakat di kecamatan Cilongok, Banyumas yang terletak di kaki
Gunung Slamet, rusaknya belasan tambak ikan warga, juga rusaknya sawah hingga
kegagalan panen.

- Setelah dilakukan pengeboran dan ditemukan uap, uap panas tersebut dialirkan pada pipa
yang akhirnya dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin, air sisa uap panas sendiri akan
didinginkan untuk selanjutnya disuntikan kembali ke perut bumi. jika volume air yang
dimasukan dirasa kurang maka akan ditambah kembali dengan menggunakan sumber air
lain yang ada di wilayah sekitar. Aktivitas ini bisa berakibat pada kekeringan dan
berkurangnya sumber air bagi warga sekitar dan dalam jangka panjang berpotensi
memperparah ketidakstabilan tanah. Pada kasus yang terjadi di Gunung Slamet hal ini
memicu bencana tanah bergerak yang dialami oleh masyarakat di kaki Gunung Slamet di
Brebes, lebih jauhnya pada kondisi tertentu hal ini bisa juga memicu gempa bumi.
- Pengeboran panas bumi jika tidak berhati- hati juga berpotensi melepaskan gas-
gas berbahaya ke permukaan bumi. Kasus ini terjadi di PLTPB Sibongor, Mandailing
Natal, Sumatra Utara, saat melakukan pengeboran justru terjadi ledakan yang
melepaskan gas metana. Hal ini menyebabkan 21 warga keracunan dan 5
diantaranya meninggal dunia. Pelepasan gas efek rumah kaca seperti ini juga bisa
memperburuk kondisi iklim disekitar dalam kasus yang terjadi di Gunung Slamet hal
ini menyebabkan kekeringan parah.

Ledakan pipa pengeboran & kebocoran gas


Kondisi Gunung Slamet yang kering dampak proyek geothermal

Anda mungkin juga menyukai