Anda di halaman 1dari 15

GEOTHERMAL ENERGY

Pengertian
Energi panas bumi (geothermal energy) adalah energi thermal (panas)
yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Geothermal berasal dari bahasa
Yunani Geo yang berarti bumi dan therm yang berarti kalor atau panas. Energi
dihasilkan dari aktivitas tektonik yang terjadi di dalam bumi. Di samping itu dapat
pula berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Dapat
disimpulkan bahwa, energi panas bumi merupakan sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas
lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem
panas bumi, terdapat di daerah yang bergeografis kawasan jalur vulkanik, dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Pergerakan lapisan bumi yang saling bertumbukan menyebabkan
terjadinya proses radio aktif di kedalaman lapisan bumi sehingga menyebabkan
terbentuknya magma dengan temperatur lebih dari 2000oC. Setiap tahun air hujan
serta lelehan salju meresap kedalam lapisan bumi, dan tertampung di suatu lapisan
batuan yang telah terkena arus panas dan magma. Lapisan batuan itu disebut
dengan geothermal reservoir yang mempunyai kisaran temperatur antara 200o300oC. Siklus air yang setiap tahun berlangsung menyebabkan lapisan batuan
reservoir sebagai tempat penghasil energi panas bumi yang dapat terus menerus
diproduksi dalam jangka waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya mengapa panas
bumi disebut sebagai energi terbarukan. Untuk menjadi sumber panas bumi
diperlukan persyaratan-persyaratan berikut:
a. Adanya batuan panas bumi berupa magma
b. Adanya persediaan air tanah secukupnya yang sirkulasinya dekat dengan
sumber magma, agar dapat terbentuk uap air panas.
c. Adanya batuan berpori (poreous) yang menyimpan sumber uap dan air
panas (reservoir rock).
d. Adanya batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas (cap-rock).
e. Adanya gejala gejala tektonik, dimana dapat terbentuk rekahan-rekahan
dikulit bumi, yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak ke
permukaan bumi.

f. Panasnya harus mencapai suhu tertentu minimum sekitar 180o-250oC.


Terbentuknya Energi Panas Bumi
Geothermal terbentuk akibat adanya proses tektonik lempeng. Lempeng
tektonik yang

aktif bergerak di

Indonesia, yaitu lempeng

Eurasia, lempeng

Pasifik, dan lempeng Indo-Australia. Tumbukan antar tiga lempeng tektonik ini
telah memberikan pembentukan energi panas

bumi yang

sangat

penting di

Indonesia. Akhirnya Indonesia masuk menjadi zona subduksi, dimana pada zona
ini terjadi penunjaman di sekitar pulau Sumatra, Jawa-Nusa Tenggara, Maluku,
dan

Sulawesi. Lempeng tektonik

merupakan pengalir panas

dari

inti bumi,

sehingga banyak sekali geothermal yang dapat didirikan pada zona lempeng
tektonik. Pada di zona ini juga terbentuk gunung api yang berkontribusi pada
reservoir panas
mencapai
besar

di pulau jawa yang menempati batuan vulkanik.

Panas inti

5000oC lebih. Dua penyebab inti bumi itu panas tekanan yang begitu
karena gravitasi bumi mencoba mengkompres atau menekan materi,

sehingga bagian yang tengah menjadi paling terdesak.


Bumi mengandung
Uranium-235 dan

banyak

bahan radioaktif seperti Uranium-238,

Thorium-232. Bahan-bahan radioaktif ini membangkitkan

jumlah panas yang tinggi. Panas tersebut


mengalir

keluar, akan tetapi ditahan oleh

dengan sendirinya berusaha


mantel

untuk

yang mengelilinginya.

Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber uap
panas. Panas itu

datangnya dari batu-batu yang

meleleh atau

magma

yang

menerima panas dari inti bumi dengan menunjukkan secara skematis terjadinya
sumber uap, yang biasanya disebut fumarole atau geyser serta sumber air panas.
Magma
Diatas

yang terletak didalam lapisan mantel, memanasi


batu padat terletak

suatu lapisan batu berpori, yaitu

lapisan batu padat.


batu mempunyai

banyak lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air, air tersebut turut
dipanaskan oleh lapisan batu padat panas, maka dapat menghasilkan air panas
bahkan terbentuk uap. Bila diatas lapisan batu berpori terdapat satu lapisan batu
padat, maka lapisan batu berpori berfungsi sebagai boiler. Uap dan juga air panas
bertekanan akan berusaha keluar.

Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi berupa mata
air panas, fumarola, geyser dan sulfatora. Dengan jalan pengeboran, uap alam
yang bersuhu dan tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke
generator turbo yang selanjutnya menghasilkan tenaga listrik.
Tujuan dan Manfaat
Pemanfaatan energi panas bumi diyakini menjadi salah satu sumber energi
alternatif. Hal tersebut disebabkan energi panas bumi relatif ramah lingkungan,
terutama karena tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca. Pada pelaksanaan
jangka panjangnya, pemanfaatan energi panas bumi dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat
cadangan minyak bumi. Pengembangan energi panas bumi memiliki keunggulan
diberbagai sektor. Tidak hanya pada sektor perekonomian, namun dapat
mencakup pula pada sektor lingkungan. Sifat panas bumi sebagai energi
terbarukan menjamin kehandalan operasional pembangkit karena fluida panas
bumi sebagai sumber tenaga yang digunakan sebagai penggeraknya akan selalu
tersedia dan tidak akan mengalami penurunan jumlah.
Pada sektor lingkungan, berdirinya pembangkit panas bumi tidak akan
mempengaruhi persediaan air tanah di daerah tersebut karena sisa buangan air di
suntikkan ke bumi dengan kedalaman yang jauh dari lapisan air tanah. Limbah
yang dihasilkan juga hanya berupa air sehingga tidak mengotori udara dan
merusak atmosfir. Pengamat teknik panas bumi dari Institut Teknologi Bandung,
Nenny Miryani Saptadji, mengatakan pembangunan pembangkit listrik dari energi

panas bumi paling ramah lingkungan. Emisi karbon dioksida yang dihasilkan
pembangkit berbahan baku batu bara mencapai 980kg/MWh. Adapun untuk PLTP,
emisi karbonnya hanya sekitar 175kg/MWh. Kebersihan lingkungan sekitar
pembangkitpun tetap terjaga karena peng operasiannya tidak memerlukan bahan
bakar, tidak seperti pembangkit listrik tenaga lain yang memiliki gas buangan
berbahaya akibat pembakaran.
Di sektor ekonomi, pengembangan energi panas bumi dapat meningkatkan
devisa negara. Penggunaannya dapat meminimalkan pemakaian bahan bakar yang
berasal dari fosil (minyak bumi, gas, batu bara) di dalam negeri, sehingga mereka
dapat di ekspor dan menjadi pemasukkan bagi negara. Hal ini mengingat sifat
energi panas bumi yang tidak dapat diangkut jauh dari sumbernya. Energi panas
bumi digunakan manusia awalnya berupa sumber air panas untuk pengobatan
yang sampai saat ini juga masih banyak dilakukan orang, terutama sumber air
panas yang banyak mengandung garam dan belerang. Sedangkan energi panas
bumi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik baru dimulai di Italia pada
tahun 1904. Sejak itu energi panas bumi mulai dipikirkan secara komersial untuk
pembangkit tenaga listrik.
Jenis Energi Panas Bumi
1. Energi Panas Bumi Uap Kering (Dry Steam Power Plants)
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang
keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung
untuk menggerakkan turbin generator listrik. Dari hasil eksplorasi geologi,
geokimia, geofisika, study reservoir, maka dapat diperkirakan potensi tenaga
listrik yang dapat diperoleh dari lapangan sumur Kamojang (Jawa Barat) adalah
sebesar 100MW. Cadangan 100MW diperoleh dari daerah waduk uap seluas
14km2, dengan kedalaman 1-1,5km dari permukaan tanah. Uap yang dihasilkan
mempunyai komposisi terutama kadar Chloride (Cl) sejumlah 50ppm, dengan
demikian memberikan suatu indikasi bahwa sistem uapnya adalah uap kering
(vapour dominated system). Untuk membangkitkan tenaga listrik, maka konsumsi
uapnya berkisar dari 10kg/kWH (uap kering) - 15kg/kWH (uap basah/jot water
system). Diketahui juga bahwa cadangan uap alam Kamojang diperkirakan
sebesar 14x109 ton. Bila dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik dengan

pemakaian 30MW, cukup sampai 538,5 tahun dan bila dimanfaatkan untuk
100MW cukup selama 161,5 tahun.
Panas bumi terbentuk hanya pada kondisi geologi tertentu yang pada
umumnya mengandung bahan bahan mineral tertentu pula, dengan demikian
pemanfaatan uapnya dapat membawa konsekuensi pencemaran baik terhadap
lingkungan hidup maupun terhadap bahan/logam dari peralatan PLTP, karena
selalu membawa beberapa kandungan mineral serta gas-gas pada kadar yang
berbeda beda antara lapangan yang satu dengan lapangan panas bumi lainnya.
Walaupun sifat uap dari lapangan panas bumi Kamojang termasuk yang baik
selain uapnya kering, kandungan gas baik yang larut maupun yang tak larut dan
kandungan mineralnya masih dalam batas-batas ekonomis serta persyaratan untuk
bisa dimanfaatkan. Untuk mengatasi konsekuensi pencemaran lingkungan hidup,
uap yang telah digunakan di-injeksikan kembali ke dalam bumi, dan untuk
menghindari/mengurangi

pengaruh

terhadap

bahan/logam

dari

peralatan,

digunakan separator. Uap tersebut, setelah meliwati separator (yang membuang


pasir-pasir kecil dan partikel-partikel batu) langsung digunakan untuk
menggerakkan turbin. Siklus Pusat Tenaga Listrik Panas Bumi Kamojang dapat
dilihat pada gambar 1.

2. Energi Panas Bumi Air Panas (Flash Steam Power Plants)


Enegi panas bumi yang sebagian besar berupa air panas atau kombinasi
uap dan air panas (hot water dominated) dengan temperatur diatas 360oF (182oC)

dapat digunakan dalam flash plants untuk menghasilkan energi listrik. Fluida di
semprotkan (sprayed) ke dalam suatu tanki yang mempunyai tekanan jauh lebih
rendah daripada tekanan fluida tersebut. Hal ini menyebabkan sejumlah fluida
tersebut akan dengan cepat menguap atau flash. Uap fluida ini selanjutnya akan
memutar turbin, yang mana selanjutnya memutar generator. Sisa fluida (air) dapat
langsung di injeksikan kedalam bumi. Tergantung pada temperatur fluida sumber
panas bumi tersebut adalah mungkin untuk menggunakan dua tingkat tanki flash.
Air yang dipisahkan (sisa) pada tanki pertama diteruskan ke tanki flash kedua,
sehingga lebih banyak uap (tapi pada tekanan yang lebih rendah) dapat dipisahkan
dan digunakan untuk menggerakkan turbin. Sisa air pada tanki kedua selanjutnya
langsung dibuang (di injeksikan kembali kedalam bumi). Hal ini disebut sebagai
double flash plant yang meneruskan uap pada dua tekanan yang berbeda ke
turbin. Diagram Flash Steam Power Plants ini dapat dilihat pada gambar 2.

3. Energi Panas Bumi Dengan Temperatur Rendah (Binary Cycle Power Plants)
Sebagian besar lapangan panas bumi mempunyai temperature air yang
agak rendah (di bawah 400oF ). Energi diambil dari fluida ini dalam binary-cycle
power plants. Nama ini didasarkan pada kenyataan bahwa bukan fluida panas
bumi, tapi fluida kedua dalam lingkaran tertutup yang digunakan untuk
menjalankan turbin. Gambar 3, memperlihatkan diagram sederhana dari suatn
binary type geothermal plant. Fluida panas bumi dilakukan melalui suatu heat
exchanger yang disebut sebagai suatu boiler atau vaporizer (alat penguap). Dalam

beberapa PLTP, digunakan dua heat exchanger yang dihubungkan seri; yang
pertama disebut sebagai pemanas mula (pre heater), dan yang kedua disebut
sebagai penguap (vaporizer), dimana panas dalam fluida panas bumi tersebut
dipindahkan ke fluida kerja yang membuat fluida tersebut mendidih. Di masa lalu,
fluida kerja dalam binary plants dengan temperature rendah adalah CFC (tipe
Freon) refrigeramts.
Mesin-mesin saat ini menggunakan hydrocarbons (isobutane, pentane,
dsb) yang merupakan refrigerant refrigerant tipe HFC dimana fluida yang
digunakan dipilih sesuai dengan temperature sumber fluida panas bumi. Uap
fluida kerja diteruskan ke turbin, dimana energi yang dikandungnya dikonversikan
menjadi energi mekanis dan diteruskan melalui poros generator. Uap ini keluar
dari turbin menuju Condenser, dimana ia dikembalikan ke bentuk cairan. Pada
kebanyakan PLTP, air pendingin disirkulasikan antara condenser dan cooling
tower untuk membuang panas ini langsung ke udara tanpa perlu menggunakan air
pendingin. Rancangan (design) ini mencegah/mengurangi penggunaan (konsumsi)
air pendingin.
Cairan fluida kerja selanjutnya dari condenser dipompa kembali ke pre
heater/vaporizer tekanan tinggi dengan menggunakan pompa untuk mengulangi
proses tersebut. Binary cycle adalah tipe PLTP yang bias digunakan sebagai energi
panas bumi dengan temperatur rendah. Saat ini tersedia peralatan binary cycle
plant dengan kapasitas 200-1000kW. Teknologi binary geothermal power plant
ini dimanfaatkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk
memproduksi prototipe pembangkit listrik berkapasitas 1kW dari panas bumi.
Temperatur panas bumi yang digunakan bias cukup rendah, berkisar antara 60100oC.
Hal ini di informasikan oleh Direktur Pusat Teknologi Konversi dan
Konservasi Energi BPPT, Arya Rezavidi pada Senin 25 Februari 2008 di Jakarta.
Prototipe tersebut selanjutnya telah berhasil sukses di uji cobakan dalam tahun
2008 di Pangalengan Jawa Barat. Selanjutnya Arya mengatakan, Lumpur panas
yang muncul di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas dengan suhu berkisar 60 oC
saja, semestinya juga bias digunakan untuk prototipe BPPT ini. Energiportal
memberitakan pada 11 Juli 2008, bahwa Velocity Holding Inc, sebuah perusahaan

energi bermarkas di Amerika Serikat rencananya akan membangun Pembangkit


Listrik tenaga Panas Bumi dikawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur.
Dana yang dipersiapkan sebesar US$ 5,2 miliar. Menurut Velocity Holding, yang
diwakili Taswin Tarib sebagai salah satu CEO, mengatakan listrik yang dihasilkan
bias mencapai 2000MW dengan masa pembangunan selama 3-4 tahun. Hal ini
tentu saja masih harus didahului dengan analisis kemampuan pembangunan PLTP
tersebut.

Tahapan Kegiatan Operasional Panas Bumi


Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi panas bumi
terbesar di dunia. Namun, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih
belum maksimal. Pemerintah menargetkan produksi listrik panas bumi pada tahun
2025 mencapai 9500MW. Untuk mencapai target tersebut, eksplorasi panas bumi
di berbagai wilayah harus dilakukan. Namun, eksplorasi panas bumi ini
mengalami hambatan pada masalah investasi. Eksplorasi panas bumi memerlukan
biaya yang tentunya tidak sedikit, seperti eksplorasi minyak bumi, namun energi
panas bumi dijual jauh lebih murah sehingga tidak banyak investor yang
melakukan investasi di bisnis energi panas bumi.
Di Indonesia, tahapan kegiatan pengembangan panas bumi diatur dalam
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Kegiatan
operasional energi panas bumi terdiri dari survey pendahuluan, eksplorasi,
pemboran eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, dan pemanfaatan. Menurut
(Wards S.H dkk, 1982), tahapan tersebut meliputi:
1. Survei Pendahuluan, dilakukan oleh pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya, namun demikian dapat juga menugasi

pihak lain untuk melakukannya. Survai pendahuluan ini dilakukan untuk


mencari daerah prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tandatanda adanya sumber daya panas bumi dilihat dari kenampakan di permukaan,
serta untuk mendapatkan gambaran mengenai geologi regional di daerah
tersebut. Secara garis besar pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini terdiri
dari: studi literatur, survey lapangan, analisa data, menentukan daerah
prospek, spekulasi besar potensi listrik dan menentukan jenis survey yang
akan dilakukan selanjutnya. Tahap ini memerlukan waktu beberapa bulan
sampai satu tahun.
2. Eksplorasi, merupakan tahap survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari
survey geologi, geokimia dan geofisika. Tujuan dari survey tersebut adalah:
a. Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi
permukaan dan bawah permukaan
b. Mengidentifikasi daerah yang diduga mengandung sumber daya panas
bumi.
Dari hasil eksplorasi dapat diketahui dengan lebih baik mengenai
penyebaran batuan, struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri
cadangan panas bumi, hidrologi, sistem panas bumi, temperatur reservoir,
potensi sumber daya serta potensi listriknya. Untuk mencapai tujuan tersebut
diatas, survey umumnya dilakukan ditempat-tempat yang diusulkan dari
survey pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei tergantung dari keadaan
geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvey adalah sekitar 5001000km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100km2. Waktu yang
diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis
pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya
diperkirakan mempunyai temperatur tinggi dan mempunyai potensi untuk
pembangkit listrik, biasanya luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga
untuk menyelesaikan tahap ini diperlukan waktu sekitar satu tahun.
3. Pemboran Eksplorasi, apabila dari data geologi, data geokimia dan data
geofisika yang diperoleh menunjukkan bahwa didaerah yang diselidiki

terdapat sumberdaya panas bumi yang ekonomis untuk dikembangkan, maka


tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur eksplorasi. Tujuan dari
pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya sumberdaya
panas bumi didaerah yang diselidiki dan menguji model system panas bumi
yang dibuat berdasarkan data data hasil eksplorasi. Jumlah sumur eksplorasi
tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga mengandung energi panas
bumi. Biasanya didalam satu prospek dibor 3-5 sumur eksplorasi. Kedalaman
sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data hasil
eksplorasi, batasan anggaran, dan teknologi yang ada. Tetapi sumur eksplorasi
umumnya dibor hingga kedalaman 1000-3000 m. Menurut Cataldi (1982),
tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur panas bumi lebih
tinggi dari pada pemboran minyak. Success rati dari pemboran sumur panas
bumi umumnya 50-70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang dibor,
ada 2-3 sumur yang menghasilkan. Setelah pemboran selesai, yaitu saat
pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan, dilakukan pengujian sumur.
Jenis-jenis pengujian sumur yang dilakukan adalah:
a. Uji hilang air
b. Uji permeabilitas total
c. Uji panas
d. Uji produksi
e. Uji transient
Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi data
yang lebih akurat mengenai:
a. Jenis dan sifat fluida produksi
b. Kedalaman reservoir
c. Jenis reservoir
d. Temperatur reservoir
e. Sifat batuan reservoir
f. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan
kepala sumur
g. Kapasitas produksi sumur (dalam MW).

Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil


keputusan apakah perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur
eksplorasi yang ada telah cukup untuk memberikan informasi mengenai
potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur eksplorasi mempunyai potensi
cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan tersebut menarik untuk
dikembangkan atau tidak. Masa eksplorasi dan pemboran eksplorasi adalah
tiga tahun sejak diterbitkannya Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi (IUP),
dan dapat diperpanjang dua kali masing-masing selama satu tahun.
4. Studi Kelayakan (feasibility study), perlu dilakukan apabila ada beberapa
sumur eksplorasi menghasilkan fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah
untuk menilai apakah sumberdaya panas bumi yang terdapat didaerah tersebut
secara teknis dan ekonomis menarik untuk diproduksikan. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika dan data sumur

b. Memperbaiki model sistem panas bumi


c. Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi serta potensi

listrik yang dapat dihasilkannya


d. Mengevaluasi potensi sumur serta memperkirakan kinerjanya
e. Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensanble gas

serta memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan


scale
f.

Mempelajari apakah ada permintaan energi listrik, untuk apa dan berapa
banyak

g. Mengusulkan alternatif pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit

listrik
h. Melakukan analisa ke ekonomian untuk semua aternatif yang diusulkan

Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas


bumi tersebut menarik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis
maupun ekonomis, maka tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan
eksploitasi secara detail. Masa studi kelayakan berlangsung paling lama dua
tahun sejak masa eksplorasi berakhir.

5. Eksploitasi, rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik


mencakup usulan secara rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas
produksi dan injeksi dipermukaan, sistem pipa alir dipermukaan, fasilitas
pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini gambar teknik perlu dibuat secara
rinci, mencakup ukuran pipa alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan katup
(valve), perangkat pembuang kondensat, dan lain-lain. Eksploitasi merupakan
pemboran sumur produksi, Injeksi, dan Pembangunan Pusat Listrik Tenaga
Panas Bumi. Untuk menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh
pembangkit listrik, diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain itu juga
diperlukan sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran sumur
dapat dilakukan secara bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan
PLTP.
6. Pemanfaatan, pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama
adalah menjaga kelangsungan produksi uap dari sumur-sumur produksi dan
produksi listrik dari PLTP. Masa eksploitasi dan pemanfaatan berlangsung
selama 30 tahun sejak berakhirnya masa eksplorasi.
Komponen Mesin Pembangkit Energi Panas Bumi
Selain sumur produksi panas bumi, diperlukan instalasi pembangkit tenaga
uap seperti pada pembangkit listrik batu bara. Fungsinya adalah untuk
mengonversi energi panas bumi yang dibawa uap untuk memutar turbin generator.
Energi listrik yang dihasilkan oleh generator selanjutnya akan didistribusikan
konsumen. Beberapa komponen utama pembangkit panas bumi antara lain adalah:
1. Sumur dan pipeline, uap diproduksi dari sumur produksi dan diinjeksikan
kembali melalui sumur injeksi
2. Separator dan demister, uap yang berasal dari sumur produksi sebelum
masuk separator dan demister, diatur terlebih dahulu jumlah uap yang akan
digunakan oleh control valve. Separator berfungsi untuk memisahkan uap dari
moisture air. Separator yang digunakan berjenis cyclone dimana aliran uap
diarahkan dan berputar menimbulkan gaya sentrifugal. Karena gaya buoyancy
yang kecil maka uap akan naik keatas dan air terlempar ke dinding dan

dibuang melalui drain. Demister berfungsi untuk memisahkan uap dari


material padat. Uap dilewatkan pada kisi-kisi penampang yang sangat kecil
sehingga material-material padat terjebak dan uap yang akan masuk kedalam
turbin kering dan bersih.
3. Rock Muffler, merupakan bangunan yang terbuka dan terdiri dari batu-batuan
yang berguna untuk meredam suara dari kebisingan uap. Sejumlah uap
dibuang ke atmosfir saat unit tidak beroperasi atau pada saat penurunan beban.
Rock muffler juga berfungsi untuk mengontrol uap yang akan dibuang. Pada
saat unit tidak beroperasi (trip) uap yang berasal dari cluster seluruhnya akan
dibuang ke rock muffler, akan terlihat uap dengan kapasitas yang besar
terbuang.
4. Pompa, berfungsi untuk mengalirkan air.
5. Cooling Tower, berfungsi sebagai penyedia sumber air pendingin untuk
digunakan pada kondenser untuk mengkondensasi uap yang keluar dari turbin.
Selain itu air di cooling tower juga berfungsi untuk mengalirkan air ke aux
cooling water dan fire water. Sebagian besar air dari cooling tower disupply
dari hotwell pump da aux cooling water. Apabila level pada cooling tower
berkurang maka penambahan air akan dilakukan oleh Raw Water Facility.
Selain itu, pada bagian atas dari cooling water terdapat fan yang salah satu
fungsinya untuk menyemburkan hasil dari gas extraction.
6. Non Ccondensable Gas Removal, adanya sejumlah gas dan udara yang tidak
terkondensasi (NCG) akan mengurangi laju perpindahan panas. Pengurangan
laju perpindahan panas antara uap bekas dan air pendingin akan menyebabkan
penurunan vakum di dalam kondensor yang berarti mengurangi kemampuan
kerjanya. Mengurangi dan membuang NCG dapat meningkatkan power output
dari plant dan mengurangi capital cost dan biaya maintenance.
7. Water Treatment System, raw water akan masuk ke dalam 2 tank untuk
diberi perlakuan khusus agar air dalam kondisi yang baik. Setelah mendapat
perlakuan khusus maka air akan disimpan dalam wadah penampung. Wadah
penampung ini akan menyalurkan air ke hotwell, chemical dosing (mengatur
PH), untuk distribusi air (penggunaan sendiri ex: WC), dan komponen cooling
water.

8. Chemical Dosing System, berfungsi untuk mengatur PH air yang akan di


supply menuju raw water dan reinjeksi pump. PH yang diinginkan adalah
berkisar dipoint 7 (keadaan normal). Pengaturan PH dilakukan dengan
menggunakan zat basa kuat NaOH.
9. Kondenser, berfungsi untuk mongkondensasi uap.
10. Turbin dan Generator, berfungsi untuk mengonversi energi uap menjadi
energi listrik.
11. Transformator, berfungsi untuk menaikkan (step-up) dan menurunkan (step
down) tegangan. Tegangan output dari power plant yang akan di transmisi
melalui jarak yang jauh harus di naikkan dahulu melalui transformator stepup. Dengan demikian pada daya yang konstan, tegangan di naikkan maka arus
akan menjadi kecil, dalam hal ini dapat memperkecil kerugian tegangan.
Potensi di Indonesia
Berdasarkan RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
tahun 2008-2027, potensi panas bumi diperkirakan mencapai 28.994MWe dan
merupakan potensi terbesar di dunia yakni 40% dari potensi dunia terdapat di 256
lokasi yang tersebar di wilayah Indonesia. Cadangan terduga panas bumi
diperkirakan mencapai 10.835MWe yang cadangan terduga terbesarnya berada di
Propinsi Sumatra Utara (1.384MWe), Jawa Barat (1.452MWe) dan Lampung
(1.072MWe). Sedangkan cadangan terbukti panas bumi yang dimiliki adalah
sebesar 2.287MWe dengan potensi cadangan terbukti terbesar berada di Propinsi
Jawa Barat, yaitu sebesar 1.535MWe. Dari jumlah tersebut, kapasitas pembangkit
panas bumi yang beroperasi saat ini sebesar 1052MWe atau sekitar 3.8% dari total
potensi yang ada dan sebagian besar yang beroperasi terdapat pada sistem
JAMALI. Diharapkan tambahan kapasitas pembangkit dari panas bumi yang
segera dikembangkan hingga tahun 2018 adalah sebesar 5.998MW, sehingga
sampai tahun 2018 total pembangkit dari panas bumi menjadi 7.050MW.
Pengembangan panas bumi masih terkendala namun mengingat sifat dari
panas bumi yang termasuk energi terbarukan dan bersih lingkungan, sehingga
perannya perlu ditingkatkan sejalan dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Sedangkan Sekjen Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Energi dan Sumber daya Mineral, R. Sukhyar mengungkapkan di

Samarinda (Kaltim), pada Senin 25 Juli 2005 dalam seminar Strategi Pengelolaan
Energi nasional dan Sumber Daya Mineral dengan makalahnya Panas Bumi
Merupakan Energi Terbarukan yang Bersih Lingkungan bahwa kebijakan energi
nasional menargetkan pemakaian energi panas bumi untuk pembangkit energi
listrik sebesar 9,5GW pada tahun 2025.
Sampai dengan akhir 2008, dengan jumlah daya terpasang sebesar
1052MW. Ini berarti 3,5% dari keseluruhan daya terpasang saat ini (29.765MW).
Dari seluruh daya terpasang PLTP tersebut 940MW (89,3%) berada di Jawa Barat.
Terdapat pula sumber-sumber energi panas bumi yang sedang dalam tahap atau
proses pengembangan atau pembangunan atau pelelangan.

Anda mungkin juga menyukai