Anda di halaman 1dari 4

Nama: Adhis Hikmah Tiar

NIM : F1D214018
Prodi : Teknik Geologi
Sumber Daya Alam dan Hubungan dengan Stratigrafi Sumatera

A. Cekungan Sumatera Selatan

- Litologi dan Stratigrafi Lapangan MSM


Urutan formasi batuan yang telah tertembus oleh pemboran sumur-sumur di Struktur MSM,
dari bawah ke atas adalah sebagai berikut:
a) Formasi Lahat (LAF)
Formasi Lahat di Struktur MSM belum terdefenisi secara pasti dan masih menjadi
pembahasan. Lapisan batuserpih tebal di bawah Formasi Talang Akar yang memiliki karakter
yang mirip dengan Benakat Shale dimasukkan ke dalam Formasi Lahat. Litologi terdiri dari
shale abu-abu hingga cokelat tua, non-karbonatan pada bagian atas dan karbonatan di bagian
bawah, dengan sisipan batupasir yang kadang-kadang tidak terkonsolidasi baik. Karakteristik
log Benakat Shale menunjukkan, bahwa pada bagian atas memiliki nilai GR yang tinggi dan
nilai PEF yang kecil (diinterpretasikan diendapkan pada lingkungan transisi), sedangkan di
bagian bawah dengan nilai GR kecil dan PEF besar (diendapkan di laut dangkal).
b. Formasi Talang Akar (TAF)
Formasi Talang Akar di Struktur MSM terdiri dari shale berwarna cokelat muda, karbonan,
berselang-seling dengan batupasir (clean sand), berwarna cokelat muda hingga cokelat tua,
berukuran pasir halus sedang, kadang-kadang mengandung pirit dan sisipan tipis batubara.
Formasi ini merupakan batuan reservoar utama di Struktur MSM, dengan ketebalan formasi
lebih dari 1000 m.
c. Baturaja (BRF)
Di struktur MSM, Formasi Baturaja diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar.
Tersusun atas shale berwarna cokelat keabuan, gampingan, mengandung pirit, berselang-
seling dengan batugamping berwarna cokelat keabuan, berfragmen koral, dan mengandung
gloukonit. Formasi ini umumnya sangat tight dengan ketebalan rata-rata 35 m. Sifat fisik
yang tight tersebut membuat BRF bertindak sebagai super seal di daerah MSM.
d. Formasi Gumai
Di Struktur MSM Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja.
Formasi ini terdiri dari lapisan tebal Shale berwarna abu-abu muda hingga cokelat muda,
kadang gampingan dan mengandung pirit, dengan sisipan tipis batupasir, batupasir
gampingan.
e. Formasi Muaraenim

Tersusun atas batulempung dan batupasir, dengan lapisan batubara tebal berwarna cokelat
gelap hingga hitam, dan formasi ini tersingkap di permukaan.
Petroleum system
Pada Lapangan MSM, sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon yang ekonomis di Formasi
Talang Akar. Tinjauan detail dari keberadaan petroleum system di Lapangan MSM, dapat
dijelaskan sebagai berikut (Laporan Internal PT. PERTAMINA EP Asset 2, 2013) :
a. Source Rock (batuan induk)
Batuan induk Lapangan MSM, diinterpretasikan berasal dari batuan serpih Formasi Lahat dan
Formasi Talang Akar yang terdapat di Dalaman Tanjung Miring dan sekitarnya, maupun dari
Lematang Depression.
b. Reservoar
Batuan yang berfungsi sebagai reservoar utama adalah batupasir Formasi Talang Akar (TAF).
Batuan ini telah terbukti menghasilkan hidrokarbon baik di lapisan existing maupun upside
potentials, dan berkembang bagus pada interval kedalaman 1600 2600 mbpl. 22
c. Cap Rock (batuan penyekat)
Beberapa sekuen batuserpih tebal yang diendapkan di antara lapisan-lapisan batupasir
Formasi Talang Akar, merupakan batuan penyekat yang efektif. Batugamping Formasi
Baturaja diperkirakan bertindak sebagai penyekat yang sangat efektif (super seal) di
Lapangan MSM, sedangkan Formasi Gumai merupakan penyekat regional di Komplek
Palembang Selatan.
d. Trap (perangkap)
Didominasi oleh perangkap struktur, berupa antiklin yang dikontrol oleh Sesar Naik
Lematang, dan secara setempat, berkembang perangkap stratigrafi. Bentuk antiklin tersebut
berarah Barat Baratlaut Timur Tengggara.
e. Migration Pada miosen akhir, Formasi Lahan (LAF) dan Talang akar (TAF) yang
merupakan endapan syn-rift telah matang, dan terjadi migrasi secara insitu (Primary
migration).

B. Cekungan Sumatera Tengah Lokasi


daerah penelitian berada di Lapangan BSP yang terletak pada Cekungan Sumatera Tengah
dan termasuk dalam wilayah kerja PT. Sumatera Persada Energi (PSC). Formasi Sihapas pada
daerah penelitian memliki 3 fasies pengendapan, yaitu amalgamated braided channel,
transgressive channel-fill, dan prograding mouth bar denganlingkungan pengendapan
estuarin mengacu pada model pengendapan Budianto Toha (1999).Petroleum system pada
daerah penelitian, batuan reservoar adalah batupasir FormasiSihapas, batuan induk adalah
shale Formasi Pematang, batuan penutup adalah batulempung Formasi Telisa, jebakan
hidrokarbon adalah struktur geologi berupa antiklin, dan migrasi hidrokarbon melalui
permeabilitas batuan dan sesar-sesar yang terdapat pada daerah penelitian pada sekitar 6,5
juta tahun yang lalu (Miosen Akhir)

Anda mungkin juga menyukai