Anda di halaman 1dari 13

Geologi Regional

2. 1. Geologi Umum Daerah Sorowako

Ada beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan

geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau

Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu :

1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api

Paleogen ,

2. Intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi Timur,

dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotite, harzburgit,

dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.

3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan

metamorf Permo-Karbon, batuan batuan plutonik yang bersifat granitis berumur

Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.

Menurut Hamilton ( 1979 ) dan Simanjuntak ( 1991 ), Mandala Geologi banggai

Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea

yang bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong.( Gambar 2.1 )

Daerah Soroako dan sekitarnya menurut ( Sukamto,1975,1982 & Simanjuntak,

1986 ) adalah termasuk dalam Mandala Indonesia bagian Timur yang dicirikan

dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di beberapa tempat tertindih oleh sedimen

Mesozoikum.
Gambar 2.1. Geologi umum dan Tektonik Sulawesi ( Hamilton 1972 )

Sedangkan Golightly ( 1979 ) mengemukakan bagian Timur Sulawesi

tersusun dari 2 zona melange subduksi yang terangkat pada pre – dan post-Miocene

(107 tahun lalu). Melange yang paling tua tersusun dari sekis yang berorientasi

kearah Tenggara dengan disertai beberapa tubuh batuan ultrabasa yang

penyebarannya sempit dengan stadia geomorfik tua. Sementara yang berumur post

Miocene telah mengalami pelapukan yang cukup luas sehingga cukup untuk
membentuk endapan nikel laterite yang ekonomis, seperti yang ada di daerah

Pomalaa.

Melange yang berumur Miocene – post Miocene menempati central dan

lengan North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga karena

desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua dengan density yang rendah

menyebabkan terexpose-nya batuan-batuan laut dalam dari kerak samudera dan

mantel.Pada bagian Selatan dari zona melange ini terdapat kompleks batuan

ultramafik Soroako-Bahodopi yang pengangkatannya tidak terlalu intensif. Kompleks

ini menempati luas sekitar 11,000 km persegi dengan stadia geomorfik menengah,

diselingi oleh blok-blok sesar dari cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh

chert.

Geologi daerah Soroako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya

secara umum oleh Brouwer (1934), van Bemmelen (1949), Soeria Atmadja et al

(1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi

deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly membagi geologi daerah

Soroako menjadi tiga bagian, seperti yang terlihat dalam Gambar. 2, yaitu :

- Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batugamping laut dalam

dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan

kemiringan ke arah barat.

- Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri dari jenis

peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan


umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga terdapat terdapat intrusi-

intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat di bagian utara.

- Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya

terdapat di bagian utara dekat desa Soroako.

Gambar 2.2. Geology daerah Soroako ( Golightly 1979 )

Sesar besar disekitar daerah ini menyebabkan relief topografi sampai 600 m dpl dan

sampai sekarang aktif tererosi. Sejarah tektonik dan geomorfik di kompleks ini

sangat penting untuk pembentukan nikel laterite yang bernilai ekonomis. Matano

fault yang membuat topographic liniament yang cukup kuat adalah sesar mendatar
sinistral aktif yang termasuk strike slip fault dan menggeser Matano limestone dan

batuan lainnya sejauh 18 km kearah barat pada sisi Utara. Danau Matano yang

mempunyai kedalaman sekitar 600 m diperkirakan adalah graben yang terbentuk

akibat efek zona dilatasi dari sesar tersebut. Danau Towuti pada sisi selatan dari sesar

diperkirakan merupakan pergeseran dari lembah Tambalako akibat pergerakan sesar

Matano. Pergerakan sesar ini memblok aliran air ke arah utara sepanjang lembah dan

membentuk danau Towuti dan aliran airnya beralih ke barat menuju sungai Larona.

Danau-danau yang terbentuk akibat dari “damming effect” dari sesar ini merupakan

bendungan alami yang menahan laju erosi dan membantu mempertahankan deposit

nikel laterit yang terbentuk di daerah Soroako dan sekitar kompleks danau.
Gambar 2.3. Geologi Struktur Danau Matano - Soroako dan sekitarnya

2.2. Variasi Batuan Dasar

Seperti yang dikemukakan oleh Golightly,(1979), daerah Soroako dibagi

menjadi 2 blok berdasarkan batuan dasarnya. West Block hampir seluruhnya dilandasi

oleh “Fine-grained unserpentinized peridotite”, sedangkan East Block didominasi

oleh “Serpentinized coarse-grained peridotit” dengan beberapa derajat serpentinisasi.

Tipe batuan dasar yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

- Fine grained, unserpentinized harzburgite

- Coarse grained, weakly (<10%) serpentinized peridotite

- Coarse grained, strongly (10 – 100%)serpentinized lherzolite

- Serpentinized peridotite mylonite

2.3. Geomorfologi Regional

Tinjauan mengenai geomorfologi regional yang meliputi daerah penelitian

dan sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili, Sulawesi

yang disusun oleh Simandjuntak, dkk (1991). Daerah penelitian termasuk dalam

geomorfologi regional Lembar Malili yang merupakan Mandala Sulawesi Timur,

yang dapat dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah krast dan

daerah pedataran.

Daerah pegunungan menempati bagian barat dan tenggara. Di bagian barat

terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan Pegunungan

Koroue ( 700 - 3.016 m ) yang memanjang dari baratlaut-tenggara dibentuk oleh

batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara ditempati Pegunungan Verbeek
dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut disusun oleh batuan

basa, ultrabasa dan batugamping.

Daerah perbukitan menempati bagian tenggara dan timurlaut dengan

ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak

diantara daerah pegunungan dan daerah pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh

batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah Bukit

Bukila (645m)

Daerah karst menempati bagian timurlaut dengan ketinggian 800 – 1700 m

dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan sungai

bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit Wasopute ( 1.768 m ).

Daerah pedataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh endapan

aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran

sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai - sungai

besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili yang

mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke selatan.

Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk Bone.

2.4. Stratigrafi Regional

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional

Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi

Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara - selatan.

Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan
lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen

pelagis Mesozoikum.

Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan

Neogen, intrusi neogen dan sedimen flysch Mezosoikum yang diendapkan di

pinggiran benua (Paparan Sunda).

Di Mandala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang

terdiri dari ultramafik termasuk dunit, harzburgit, lherzolit, piroksenit websterit,

wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal.

Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan ofiolit

di Lengan Timur Sulawesi yang berumur Kapur Awal - Tersier (Simandjuntak,

1991).

Pada Mandala ini dijumpai kompleks batuan bancuh (Melange

Wasuponda) terdiri atas bongkahan asing batuan mafik, serpentinit, pikrit,

rijang, batugamping terdaunkan sekis, ampibolit dan eklogit (?) yang tertanam

dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik

di daerah Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli, dan Patumbea,

diduga terbentuk sebelum Tersier (Simandjuntak, 1991).Daerah Soroako dan

sekitarnya merupakan bagian Mandala Sulawesi Timur yang tersusun oleh kompleks

ofiolit, batuan metamorf, kompleks melange dan batuan sedimen pelagis.

Kompleks ofiolit tersebut memanjang dari utara Pegunungan Balantak ke

arah tenggara Pegunungan Verbeek, tersusun oleh dunit, harzburgit, lerzolit,

serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorit (Simandjuntak, 1991). Sekuen
ini tersingkap dengan baik di bagian utara , sedangkan dibagian tengah dan selatan,

komplek ofiolit ini umumnya tidak lengkap lagi dan telah terombakkan /

terdeformasi.

Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan

ultrabasa (MTosu) yang terdapat disekitar danau Matano terdiri dari dunit, harzburgit,

lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit dan. Dunit berwarna hijau pekat kehitaman,

padu dan pejal, bertekstur faneritik, mineral penyusunnya adalah olivin, piroksen,

plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral

utama olivin berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya penyimpangan dan

pelengkungan kembaran yang dijumpai pada piroksen, mencirikan adanya gejala

deformasi yang dialami oleh batuan ini. Dibeberapa tempat dunit terserpentinkan kuat

yang ditunjukkan oleh struktur seperti jaring dan barik-barik mineral olivin dan

piroksen, serpentin dan talkum sebagai mineral pengganti. Harzburgit

memperlihatkan kenampakan fisik berwarna hijau sampai kehitaman, holokristalin,

padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas olivin, (60%), dan piroksen

(40%). Pada beberapa tempat menunjukkan struktur perdaunan. Hasil penghabluran

ulang pada mineral piroksin dan olivin mencirikan batas masing-masing kristal

bergerigi.

Lherzolit berwarna hijau kehitaman, holokristalin, padu dan pejal. Mineral

penyusunnya ialah olivin (45%), piroksin (25%) dan sisanya epidot, yakut, dan bijih

dengan mineral berukuran halus sampai kasar.


Serpentinit berwarna biru tua, tekstur lepidoblastik, struktur “schistosity”,

bentuk mineral hypidioblastik. Mineral utama yang menyusun batuan ini adalah

mineral serpentin , sedikit olivin dan piroksin. Umumnya memperlihatkan

persekisan yang setempat terlipat, dan dapat dilihat dengan mata telanjang.

Batuan serpentinit merupakan hasil ubahan batuan ultramafik. Ketebalan sulit

diperkirakan, berdasarkan penampang ketebalan sekitar 1000 m. Hubungan

sekitarnya berupa persentuhan tektonik.

Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi bagian

atas berupa batugamping kalsilutit, rijang, argilit dan batulempung napalan,

sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit

yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini

menunjukan umur Kapur. Endapan termuda di daerah Lengan Timur Sulawesi

adalah endapan danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil dan sebagian

berupa konglomerat yang terdapat di daerah sekitar Danau Matano, Danau

Towuti dan Danau Mahalona. Sedang endapan-endapan aluvial dapat ditemui di

sekitar daerah aliran sungai (Simandjuntak, 1981dalam Simandjuntak, 1991).

2.5. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi Lembar Malili memperlihatkan ciri kompleks tumbrukan dari

pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi dan

umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang sangat berbeda, yakni :

Alohton yang terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan Autohton terdiri dari :
Batuan gunungapi dan pluton Tersier dari pinggiran Sunda land, serta kelompok

Molasa Sulawesi.

Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan dan

kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar

sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak

Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan

Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan

menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang,

keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk

sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu

sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan

atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.

Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano dan Palu

Koro mulai aktif dalam bentuk sesar transcurrent. Akibatnya mikro kontinen Banggai

Sula bergerak ke arah barat dan terpisah dari benua Australia (gambar 3). Lipatan

yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan tertutup

dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua jenis

batuan dan tampaknya terjadi dalam beberapa periode.


Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera di Mandala Sulawesi

Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat tersorong naik

(terobduksi). Di bagian barat lajur penunjaman dan busur luar tersesarsungkupkan di

atas busur gunungapi, mengakibatkan ketiga Mandala tersebut saling berhimpit.

Kelurusan Matano sepanjang 170 km dinamakan berdasarkan nama danau

yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro sesar Matano

ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang membelah timur Sulawesi dan

bertemu kira-kira disebelah utara Bone, pada kelurusan Palu-Koro. Sesar-sesar sistem

Riedel berkembang dan membentuk sistem rekahan umum.

Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart”. Yang

paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600 m dan

dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan Matano.

Medan gaya yang diamati di lapangan memperlihatkan bahwa tekanan

umumnya horizontal dan berarah tenggara - baratlaut didampingi tarikan

timurlaut-baratdaya (gambar 4). Sesar Matano bermuara di Laut Banda pada

cekungan dan teluk Losoni sebagai “pull apart basin” dan menerus ke laut sampai ke

utara anjakan bawah laut Tolo (Magetsari, 1987)


118º 120º 122º 124º

0º TELUK GORONTALO

2º BANGGAI
KEP. SULA
MAKASS

SULAWESI
AR

BO TELUK TOLO
NE


LUK
E
T

LAUT FLORES

8º 0

Gambar 2. 4. Struktur Geologi Regional Pulau Sulawesi

Anda mungkin juga menyukai