geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau
1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
Paleogen ,
dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotite, harzburgit,
3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea
1986 ) adalah termasuk dalam Mandala Indonesia bagian Timur yang dicirikan
dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di beberapa tempat tertindih oleh sedimen
Mesozoikum.
Gambar 2.1. Geologi umum dan Tektonik Sulawesi ( Hamilton 1972 )
tersusun dari 2 zona melange subduksi yang terangkat pada pre – dan post-Miocene
(107 tahun lalu). Melange yang paling tua tersusun dari sekis yang berorientasi
penyebarannya sempit dengan stadia geomorfik tua. Sementara yang berumur post
Miocene telah mengalami pelapukan yang cukup luas sehingga cukup untuk
membentuk endapan nikel laterite yang ekonomis, seperti yang ada di daerah
Pomalaa.
lengan North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga karena
desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua dengan density yang rendah
mantel.Pada bagian Selatan dari zona melange ini terdapat kompleks batuan
ini menempati luas sekitar 11,000 km persegi dengan stadia geomorfik menengah,
diselingi oleh blok-blok sesar dari cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh
chert.
secara umum oleh Brouwer (1934), van Bemmelen (1949), Soeria Atmadja et al
(1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi
deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly membagi geologi daerah
Soroako menjadi tiga bagian, seperti yang terlihat dalam Gambar. 2, yaitu :
- Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batugamping laut dalam
dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan
- Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri dari jenis
- Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya
Sesar besar disekitar daerah ini menyebabkan relief topografi sampai 600 m dpl dan
sampai sekarang aktif tererosi. Sejarah tektonik dan geomorfik di kompleks ini
sangat penting untuk pembentukan nikel laterite yang bernilai ekonomis. Matano
fault yang membuat topographic liniament yang cukup kuat adalah sesar mendatar
sinistral aktif yang termasuk strike slip fault dan menggeser Matano limestone dan
batuan lainnya sejauh 18 km kearah barat pada sisi Utara. Danau Matano yang
akibat efek zona dilatasi dari sesar tersebut. Danau Towuti pada sisi selatan dari sesar
Matano. Pergerakan sesar ini memblok aliran air ke arah utara sepanjang lembah dan
membentuk danau Towuti dan aliran airnya beralih ke barat menuju sungai Larona.
Danau-danau yang terbentuk akibat dari “damming effect” dari sesar ini merupakan
bendungan alami yang menahan laju erosi dan membantu mempertahankan deposit
nikel laterit yang terbentuk di daerah Soroako dan sekitar kompleks danau.
Gambar 2.3. Geologi Struktur Danau Matano - Soroako dan sekitarnya
menjadi 2 blok berdasarkan batuan dasarnya. West Block hampir seluruhnya dilandasi
dan sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili, Sulawesi
yang disusun oleh Simandjuntak, dkk (1991). Daerah penelitian termasuk dalam
yang dapat dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah krast dan
daerah pedataran.
batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara ditempati Pegunungan Verbeek
dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut disusun oleh batuan
ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak
diantara daerah pegunungan dan daerah pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh
batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah Bukit
Bukila (645m)
dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan sungai
aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai - sungai
besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili yang
mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke selatan.
Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk Bone.
Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi
Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara - selatan.
Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan
lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen
pelagis Mesozoikum.
Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan
Di Mandala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang
wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal.
Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan ofiolit
1991).
rijang, batugamping terdaunkan sekis, ampibolit dan eklogit (?) yang tertanam
dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik
sekitarnya merupakan bagian Mandala Sulawesi Timur yang tersusun oleh kompleks
serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorit (Simandjuntak, 1991). Sekuen
ini tersingkap dengan baik di bagian utara , sedangkan dibagian tengah dan selatan,
komplek ofiolit ini umumnya tidak lengkap lagi dan telah terombakkan /
terdeformasi.
Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan
ultrabasa (MTosu) yang terdapat disekitar danau Matano terdiri dari dunit, harzburgit,
lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit dan. Dunit berwarna hijau pekat kehitaman,
padu dan pejal, bertekstur faneritik, mineral penyusunnya adalah olivin, piroksen,
plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral
deformasi yang dialami oleh batuan ini. Dibeberapa tempat dunit terserpentinkan kuat
yang ditunjukkan oleh struktur seperti jaring dan barik-barik mineral olivin dan
padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas olivin, (60%), dan piroksen
ulang pada mineral piroksin dan olivin mencirikan batas masing-masing kristal
bergerigi.
penyusunnya ialah olivin (45%), piroksin (25%) dan sisanya epidot, yakut, dan bijih
bentuk mineral hypidioblastik. Mineral utama yang menyusun batuan ini adalah
persekisan yang setempat terlipat, dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi bagian
sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit
yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini
adalah endapan danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil dan sebagian
pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi dan
umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang sangat berbeda, yakni :
Alohton yang terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan Autohton terdiri dari :
Batuan gunungapi dan pluton Tersier dari pinggiran Sunda land, serta kelompok
Molasa Sulawesi.
Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan dan
kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar
sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak
Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan
Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan
menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang,
keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk
sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu
sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan
atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.
Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano dan Palu
Koro mulai aktif dalam bentuk sesar transcurrent. Akibatnya mikro kontinen Banggai
Sula bergerak ke arah barat dan terpisah dari benua Australia (gambar 3). Lipatan
yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan tertutup
dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua jenis
Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat tersorong naik
yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro sesar Matano
ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang membelah timur Sulawesi dan
bertemu kira-kira disebelah utara Bone, pada kelurusan Palu-Koro. Sesar-sesar sistem
Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart”. Yang
paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600 m dan
dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan Matano.
cekungan dan teluk Losoni sebagai “pull apart basin” dan menerus ke laut sampai ke
0º TELUK GORONTALO
2º BANGGAI
KEP. SULA
MAKASS
SULAWESI
AR
BO TELUK TOLO
NE
4º
LUK
E
T
6º
LAUT FLORES
8º 0