Anda di halaman 1dari 9

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN MANIFESTASI PANASBUMI NGEBEL

PONOROGO, JAWA TIMUR

Intan Paramita Haty


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condong Catur Sleman Yogyakarta 55283
Email : intanparamitahaty@yahoo.co.id
Abstrack

Penyelidikan pendahuluan panasbumi yang dilakukan di Daerah Ngebel,


Propinsi Jawa Timur menemukan indikasi keberadaan potensi panasbumi
dengan pemunculan manifestasi panasbumi berupa mataair panas yang
muncul di batuan breksi.
Berdasarkan pengamatan lapangan diketahui suhu mataair panas di Kali
Padosan sebesar 62C, suhu udara sekitar 22C, debit mataair panas <1L/s
pada ketinggian 662m. Berdasarkan analisis senyawa kimia, ditunjukkan
bahwa konsentrasi SiO2 hanya 262,44 mg/L, sedangkan konsentrasi Cl dan
Na relatif lebih tinggi, Cl = 529,25 mg/L; Na = 461,60 mg/L, dengan pH
7,22 dan DHL 3810(umhos/cm). dan termasuk tipe air klorida (Cl-SO4HCO3), terletak pada zona partial equilibrium (Na-K-Mg).
Data hasil analisa geokimia dapat digunakan untuk menentukan jenis
fluida manifestasi dan menghitung geothermometer.
Kata kunci: panasbumi, manifestasi, mataairpanas, geothermometer.
Pendahuluan
Aktifitas magmatisme volkanisme yang
terjadi karena tumbukan konvergen antara
lempeng samudra Indo-Australia yang
bergerak menunjam ke utara di bagian
bawah Lempeng Eurasia (Gambar 1) dan
memanjang dari Laut Andaman menerus
ke timur melalui Sumatra, Jawa, Bali
sampai Pulau Flores mengakibatkan
munculnya banyak gunungapi di sepanjang
jalur subduksi tersebut. Munculnya
gunungapi disepanjang jalur subduksi
menyebabkan
banyaknya
cebakan
panasbumi yang merupakan salah satu
sumber energi terbarukan. Panasbumi di
Indonesia ditemukan membujur dari
daerah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok,
Flores,
Sumbawa,
Sulawesi,
dan
Halmahera.

Berdasarkan distribusi Wilayah Kerja


Panasbumi di Indonesia yang dikeluarkan
oleh Badan Geologi, Kementrian ESDM,
2011 (Gambar 2) terdapat pada 11 lokasi
potensi panas bumi di Propinsi Jawa Timur
yang bisa dioptimalkan, dan tersebar di
Pacitan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto,
Probolinggo, Sumenep, Banyuwangi,
Bondowoso, dan Situbondo. Salah satu
daerah potensi panasbumi di kabupaten
Ponorogo
adalah
Telaga
Ngebel,
Kecamatan Ngebel di lereng Gunung Wilis
(Potensi Panasbumi Telaga Ngebel
Ponorogo, Pembangkit Dan Managemen
Energi Listrik, Ahmad Afif Fahmi)
ditandai dengan munculnya mataair panas
di Kali Padosan. Survai penyelidikan
pendahuluan ini dilakukan untuk dapat
mengetahui besarnya kandungan unsur

kimia mata air panas Ngebel sehingga


dapat menentukan karakteristik geokimia
tipe air panas dan perkiraan suhu
perkiraan di bawah permukaan.
Metodologi

Tahapan yang digunakan dipergunakan


untuk melakukan penelitian ini yaitu
kajian pustaka, persiapan lapangan,
penelitian lapangan, dan pemrosesan data.
Penelitian lapangan ini dilakukan untuk
memperoleh data lapangan terhadap
gejala-gelaja geologi dan kimia yang
difokuskan di daerah sekitar manifestasi.
Tahap ini dibagi menjadi dua tahapan,
yaitu pengambilan data lapangan (struktur
geologi, litologi, jenis manifestasi,
temperatur manifestasi, temperatur udara
di sekitar manifestasi, dan pengambilan
sampel manifestasi) dan pengamatan
lapangan (manifestasi, morfologi, jenis
batuan dan penyebaran, serta struktur
geologi yang berkembang di daerah
penelitian).
Pengambilan
sampel
manifestasi dilakukan pada mata air panas
untuk
dianalisa
kandungan
unsur
kimianya. Pengukuran parameter pada
pengambilan sampel mata air panas di
lapangan meliputi : temperatur manifestasi
dan udara di sekitarnya, pH air, serta
koordinat
dan
ketinggian
lokasi
pengambilan sampel. Peralatan yang
digunakan untuk mengambil sampel mata
air panas yaitu botol polyethylene
bervolume 500 ml (tahan terhadap asam,
panas, korosif), kertas filter porositas 0,45
m, syringe, GPS, altimeter, Stop Wacth,
pH meter digital, kamera, peta kerja.
Analisis
sampel
geokimia
air
menggunakan
metode
titrasi,
dan
pengolahan data kimia tersebut berupa
pembuatan diagram segi tiga: klasifikasi
air panas Cl - SO4 HCO3, diagram
Na/1000- K/100- Mg , dan Cl-Li-B.

Geologi Regional

Daerah penyelidikan berada di bagian


barat geologi lembar Madiun, Jawa skala 1
: 100.000 tersusun oleh batuan gunungapi
yang berumur Plistosen Awal. Batuan
gunungapi tersebut terdiri dari Morfoset
Jeding-Patukbanteng tersusun oleh lava
andesit piroksen, breksi gunung api, serta
sisipan tuf dan batuapung;
Morfonit
Tanjungsari dengan litologi tuf lapili
batuapung bersisipan tuf kasar; dan
Morfonit Ngebel yang tersusun oleh breksi
gunungapi berkeping andesit piroksen,
andesit hornblende dan diorite, tuf dan
konglomerat gunungapi (U. Hartono,
Baharuddin dan K. Brata, 1992).
Cekungan Jawa Timur terbentuk karena
proses pengangkatan dan ketidakselarasan
serta proses-proses lain, seperti penurunan
muka air laut dan pergerakan lempeng
tektonik. Tahap awal pembentukan
cekungan tersebut ditandai dengan adanya
half graben yang dipengaruhi oleh struktur
yang terbentuk sebelumnya. Tatanan
tektonik yang paling muda dipengaruhi
oleh pergerakan Lempeng Australia dan
Sunda. Secara regional perbedaan bentuk
struktural sejalan dengan perubahan
waktu. Aktifitas tektonik utama yang
berlangsung pada umur Plio Pleistosen,
menyebabkan terjadinya pengangkatan
daerah regional Cekungan Jawa Timur dan
menghasilkan bentuk morfologi seperti
sekarang ini. Struktur geologi daerah
Cekungan Jawa Timur umumnya berupa
sesar naik, sesar turun, sesar geser, dan
pelipatan yang mengarah Barat-Timur
akibat pengaruh gaya kompresi dari arah
Utara-Selatan. Tatanan geologi Pulau Jawa
secara umum dibagi berdasarkan posisi
tektoniknya. Secara struktural Blok Tuban
dikontrol oleh half graben yang berumur
PreTersier. Peta Top struktur daerah
telitian dapat dilihat pada Perkembangan
tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari
pola-pola struktur geologi dari waktu ke
waktu. Struktur geologi yang ada di pulau

Jawa memiliki pola-pola yang teratur.


Secara geologi pulau Jawa merupakan
suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di
bawah pengaruh stress regime yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara
umum, ada tiga arah pola umum struktur
yaitu arah Timur Laut Barat Daya (NESW) yang disebut pola Meratus, arah
Utara Selatan (N-S) atau pola Sunda dan
arah Timur Barat (E-W). Perubahan jalur
penunjaman berumur kapur yang berarah
Timur Laut - Barat Daya (NE-SW)
menjadi relatif Timur - Barat (E-W) sejak
kala Oligosen sampai sekarang telah
menghasilkan tatanan geologi Tersier di
Pulau Jawa yang sangat rumit disamping
mengundang pertanyaan bagaimanakah
mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan
tersebut dapat terlihat pada unsur struktur
Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.
(http://aditgeoholic.blogspot.com/2011/06/
cekungan-geologi-paparan-sunda.html).
Secara regional, struktur geologi daerah
penelitian termasuk ke dalam pola Meratus
(timur laut barat daya)
Hasil Analisis dan Pembahasan
Keberadaan sistem panasbumi dapat
ditandai dengan keberadaan manifestasi
panasbumi yang merupakan ekspresi
sistem panasbumi di permukaan yang
dapat
diamati
secara
langsung.
Berdasarkan
pengamatan
dilapangan
dijumpai mataair panas berada di
sepanjang Kali Padosan dengan litologi
batuan breksi. Mataair panas tersebut
memiliki suhu 62C, debit mataair panas
<1L/s pada ketinggian 662m.
Sampel mataair panas diambil untuk
analisa laboratorium geokimia air. Tujuan
eksplorasi geokimia ini adalah untuk
mengkaji kemungkinan pengembangan
sumberdaya
panasbumi.
Parameterperameter penting yang diperhitungkan

pada penyelidikan geokimia untuk


kemudian digunakan dalam penentuan
keberlanjutan eksplorasi panasbumi, antara
lain (Sumintadireja A, P., 2005) :
Perkiraan besarnya sumberdaya
Prediksi temperature reservoar
Permeabilitas formasi reservoar
Jenis fluida di dalam reservoar
Tingkat keasaman fluida
Jumlah kandungan gas
Potensi pergerakan
Prediksi dampak pengembangan
sumberdaya
panasbumi
bagi
lingkungan sekitarnya
Hasil analisa laboratorium, diketahui
kandungan unsur kimia dalam manifestasi
mata airpanas Ngebel adalah SiO2= 262,44
mg/L, B = 14,06 mg/L, Fe3+ = 1,37 mg/L,
Ca2+ = 16,83 mg/L, Mg2+ = 15,56 mg/L,
Na2+ = 461,60 mg/L, K+ = 32,8 mg/L, Li+ =
1,14 mg/L, As3+ = 1,00 mg/L, NH4+ = 1,39
mg/L, Cl-= 529,25 mg/L, SO42- = 18.00
mg/L, HCO3- =385,01 mg/L, Al3+ = 0.00
mg/L, F- = 0.00 mg/L, dan CO3- = 0.00
mg/L.
Dalam penelitian pendahuluan ini, analisa
geokimia digunakan untuk menentukan
jenis fluida manifestasi dan memprediksi
temperature reservoar panasbumi.
Penentuan
jenis
fluida
panasbumi
menggunakan diagram segitiga Cl - SO4
HCO3 (Giggenbach, 1991). Mataair panas
Ngebel termasuk ke dalam tipe Klorida
(Gambar 7), ditunjukkan dengan jumlah
kandungan ion klorida yang cukup tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa airpanas
tersebut kemungkinan berasal dari tempat
yang dalam.
Analisa kimia lainnya menggunakan
diagram
segitiga
Na-K-Mg,
yang
digunakan untuk menentukan apakah
fluida panasbumi tersebut berada dalam
kesetimbangan dengan batuan pada
temperatur
tertentu,
kesetimbangan
sebagian, atau immature water (Geomag,

2014). Hasil pengeplotan data unsur


geokimia mataair panas Ngebel dalam
segitiga Na-K-Mg menunjukkan mata air
panas tersebut berada di zona immature
water (Gambar 8). Hal ini menandakan
unsur kimia dari sampel mata air panas
Ngebel bukan merupakan hasil reaksi
kesetimbangan batuan reservoar dengan
fluida.
Penentuan
asal
air
panas
berdasarkananalisis geokimia mataair
panas daerah penelitian menggunakan
klasifikasi diagram Trilinier
Cl-Li-B
(Giggenbach, 1991) yang digunakan untuk
membedakan sumber yang berbeda dari
fluida dengan mengungkapkan asosiasi
fraksi fluida tersebut baik dari zona
boiling, mixing maupun dari berbagai
sumber high temperature steam (Fathan.
Q, 2013). Berdasarkan hasil plot data pada
diagram terniary Cl, Li, dan B
menunjukkan
bahwa
kandungan
persentase cenderung mendekati Cl. Hal
ini mengindikasikan bahwa fluida berasal
dari reservoir.
Perkiraan geothermometer berdasarkan
data geokimia manifestasi panas bumi dari
suatu
daerah
penyelidikan
mempertimbangkan
beberapa
faktor,
diantaranya adalah: manifestasi panas
bumi temperatur air panas relatif tinggi,
pH air netral dan tipe air panas termasuk
air klorida. Pada kondisi demikian
diasumsikan bahwa konsentrasi senyawa
kimia terlarut secara kualitatif dan
kuantitatif dalam air panas merupakan
produk akhir dari proses yang alami.
(http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202
005/panas%20bumi/Sabang%20Makalah%
20Geokimia.pdf)
Untuk memperkirakan temperatur bawah
permukaan berdasarkan geotermometer
NaK yang mengacu pada Fournier 1981
dan Giggenbach, 1988, maka diperoleh
nilai temperatur sebesar 189C dan 206C.

Kesimpulan
Manifestasi panasbumi di daerah Kali
Padosan, Ngebel berupa pemunculan
mataair panas dengan suhu 62C yang
termasuk ke dalam jenis fluida Cl.
Perhitungan geothermometer dari hasil
analisa geokimia menunjukkan suhu
reservoar berkisar 206C yang termasuk
dalam klasifikasi system panasbumi
entalphi sedang (T 125-225oC).
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kami sampaikan kepada Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo yang telah
memberikan ijin pemakaian data. Penghargaan
juga disampaikan atas partisipasi dan bantuan
seluruh tim peneliti sehingga pengambilan data
penyelidikan
pendahuluan
geokimia
panasbumi daerah Gunung Pandan dan
Ngebel, Gunung Wilis Propinsi Jawa Timur
berjalan dengan lancar dan selanjutnya bisa
berbentuk tulisan ini.

Daftar Pustaka
Browne, P. R. L.,and Freeston, D.H., 1994,
Teaching
The
Teachers
:
Geotyhermal
Technology,
Geothermal Institute University of
Auckland.
Fahmi, A.A., Potensi Panasbumi Telaga
Ngebel Ponorogo : Pembangkit dan
Managemen Energi Listrik, Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS),
Surabaya.
Fatan, Q., 2013, Studi Potensi Panasbumi

Daerah Hululais Kabupaten Lebong


Provinsi Bengkulu, Sumatera, Teknik
Geologi Universitas Hasanuddin
Fournier, R.O., 1979, A revised equation
for the Na/K geothermometer,
Geothermal resources council, 221224p.
Giggenbach, W. F., 1988, Geothermal
solute equilibria. Derivation of Na-

K-Mg-Ca geoindicator. Geochim.


Cosmochim. Acta, 52, 2749-2765
Kusnadi, D., Supeno, dan Edi Purwoto.,
2005, Penyelidikan Geokimia Panas
Bumi Daerah Jaboi Kota Sabang,
Nangroe Aceh Darussalam, Badan
Geologi Subdit Panasbumi.
Sukyar,
R.,
2010,
Potensi
Dan
Pengembangan
Sumber
Daya
Panasbumi Indonesia, Pusat Sumber
Daya Geologi Badan Geologi
Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Bandung.
Sumintadireja A, P., 2005, Vulkanologi
dan
Geothermal,
Departemen
Teknik Geologi Institut Teknologi
Bandung, Bandung.

U. Hartono, Baharuddin dan K. Brata,


1992, Peta Geologi Lembar Madiun,
Jawa, Lembar 1508-2, Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
http://pbindonesia.blogspot.com/2008/08/d
ieng-geothermal-field.html
http://isticlyne.blogspot.com/2013/06/wkppanas-bumi-indonesia.html
http://aditgeoholic.blogspot.com/2011/06/c
ekungan-geologi-paparan-sunda.html
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202
005/panas%20bumi/Sabang%20Makalah%
20Geokimia.pdf

Gambar 1. Jalur tumbukan konvergen Indonesia


http://pbindonesia.blogspot.com/2008/08/dieng-geothermal-field.html

Gambar 2. Peta Wilayah Kerja Panasbumi Indonesia


http://isticlyne.blogspot.com/2013/06/wkp-panas-bumi-indonesia.html

Gambar 3. Lokasi daerah penelitian (ditunjukkan arah panah)

Gambar 4. Geologi regional daerah penelitian (U. Hartono, Baharuddin dan K. Brata, 1992)

Gambar 5. Pengambilan sampel geokimia matairpanas Ngebel

Gambar 6. Pengambilan data suhu matairpanas Ngebel

Gambar 7. Diagram Cl - SO4 HCO3 mata airpanas Ngebel

Gambar 8. Diagram Na-K-Mg mata airpanas Ngebel

Gambar 9. Diagram Cl-Li-B mata airpanas Ngebel

Anda mungkin juga menyukai