Anda di halaman 1dari 57

GEOTHERMOMETRY

DAN
GEOKIMIA PANAS BUMI
Anggota Kelompok

Mochammad Ersyad (135090700111008)


Indri Dwi Yuliandari (145090700111001)
Rizkia Martinawati (145090701111004)
Krisnoadi Triharo (145090701111012)
Hakam Elsa ( 145090701111016)
Outline
1. Geokimia
2. Geothermometry
3.Study Kasus Geokimia
4. Study Kasus Geothermometry
Geokimia Panas
Bumi
Krisnoadi Triharto
145090701111012
Pendahuluan
Kegiatan Survey Panas Bumi
1. Geologi
2. Geokimia
3.Geofisika
Geokimia
Geokimia ilmu yang
mempelajari
kandungan unsur dan
isotop dalam lapisan
bumi, terutama yang
berhubungan dengan
kelimpahan,
penyebaran serta
hukum-hukum yang
mengaturnya.
Survey Geokimia
Survei geokimia dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi fisis dan
kimia dari beberapa unsur seperti air, gas, batuan. Kegiatan ini terdiri atas
studi literature dan survei lapangan. Survei lapangan meliputi kegiatan
pengamatan pengukuran dan pengambilan sampel terhadap air (panas dan
dingin), gas, dan batuan.
Data yang diukur pada manifestasi antara lain :
1.Temperatur manifestasi dan udara di sekitarnya, 2. PH
3. debit air panas/dingin, 4. DHL ( Daya Hantar Listrik)
5 .kandungan CO2, CO, H2S, dan NH3pada hembusan uap air, fumarol dan
solfatara dengan detector gas
6. luas manifestasi
Tujuan Metode Geokimia
Tujuan metode geokimia digunakan dalam penelitian
eksplorasi panasbumi adalah untuk mengkaji
kemungkinan pengembangan sumber daya panasbumi.
Data yang sering digunakan dalam metode geokimia ini
adalah data kimia manifestasi air panas, data kimia tanah
dan gas tanah
Analisis Kesetimbangan Ion
Salah satu cara untuk melakukan evaluasi terhadap
kelayakan analisa kimia
melakukan pengecekan kesetimbangan ion dengan
berarti membandingkan konsentrasi molal spesies-spesies
bermuatan positif dengan jumlah konsentrasi molal
spesies-spesies bermuatan negatif.
suatu hasil analisis kimia dikatakanlayak jika
kesetimbangan ini tidak lebih dari 5%.
Analisis Tipe Air Panas
a. Air Panas Klorida
b. Air Panas Sulfat
c. Air Panas Bikarbonat
d. Air Panas mixing Klorida-Sulfat
e. Air Panas Dilute Klorida-Bikarbonat
Diagram Segitiga Cl SO4
HCO3
GEOTHERMOMETRY
RIZKIA MARTINAWATI
145090701111004
Perhitungan Geotermometer Na-K-
Ca
Dari analisis kimia tersebut dapat diketahui suhu (T)
reservoir. Suhu (T) diketahui berdasarkan perhitungan
geothermometer Na-K-Ca. Rumus dari perhitungan
geothermometer NaK-Ca adalah:
TIPE-TIPE AIR DI DAERAH PANAS BUMI

1. Jumlahkan konsentrasi klorida (ppm), sulfat (ppm) dan bikarbonat (ppm)

. = Cl + SO4 + HCO3

2. Hitunglah proporsi relatif dari masing-masing komponen jumlah diatas dalam persen

. % Cl = (Cl / ) 100

. % SO4 = (SO4 / ) 100

. % HCO3 = (HCO3 / ) 100

3. Plot pada ternari diagram, yang paling sesuai untuk perhitungan geothermometer;
yang paling mendekati puncak titik Cl.
TIPE-TIPE AIR DI DAERAH PANAS BUMI

TERNARY DIAGRAM
Na-k-Mg ternary diagram
Jenis-jenis geotermometer yang dipakai
sebagai parameter untuk menentukan
suhu atau temperatur reservoar
1) Geotermometer Silika (Fournier, 1977)
digunakan berdasarkan pada kelarutan berbagai jenis silika dalam air
sebagai fungsi dari temperatur. Reaksi yang menjadi dasar pelarutan
silika dalam air adalah:
SiO2 (s) + 2 H2O = H4SiO4
Pada kebanyakan sistem panasbumi, fluida di kedalaman mengalami
ekuilibrium dengan kuarsa. Untuk menentukan temperatur bawah
permukaan dengan menggunakan geotermometer dengan kandungan
SiO2 dapat menggunakan persamaan diantaranya:
Geotermometer kuarsa umumnya baik digunakan untuk
reservoir bertemperatur >150oC. Dibawah 150oC kandungan
silika dikontrol oleh kalsedon (Simmons, 1998).
2) Geotermometer Na-K (Fournier, 1979 ; Giggenbach, 1988)
Respon rasio konsentrasi Na terhadap K yang menurun terhadap
meningkatnya temperatur fluida didasarkan pada reaksi pertukaran
kation yang sangat bergantung pada suhu yaitu:
K+ + Na Felspar = Na+ + K Felspar
Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoar air klorida
dengan nilai T>180oC. Dapat menggunakan persamaan diantaranya:
3) Geotermometer Na-K-Ca (Fournier dan Truesdell,
1973)
Geotermometer ini diterapkan untuk air yang memiliki
konsentrasi Ca tinggi. Geotermometer ini bersifat empiris
dengan landasan teori yang belum dipahami secara
sempurna (Giggenbach, 1988). Batasan teoritis untuk
geotermometer ini adalah ekuilibrium antara Na dan K
Felspar serta konversi mineral kalsium alumino silikat
(misalnya plagioklas) menjadi kalsit (Simmons, 1998).
4) Geotermometer Gas
Manifestasi permukaan dikebanyakan lapangan panasbumi
terdiri dari fumarol, mata air panas, dan tanah panas
(Arnorsson, 2000). Dimana keberadaan air tanah jauh dibawah
permukaan, maka mata air panas ini tidak tersedia. Untuk itu
geotermometer air tidak dapat digunakan untuk memprediksi
temperatur bawah permukaan. Hal ini yang memotivasi para
ilmuwan untuk mengembangkan geothermometer gas,
diantaranya DAmore dan Panichi (1980).
Studi Kasus
Geokimia
Mochammad Ersyad (135090700111008)
Indri Dwi Yuliandari (145090700111001)
STUDI GEOKIMIA FLUIDA PANAS
BUMI
DAERAH JAWA TENGAH BAGIAN
SELATAN
PROVINSI JAWA TENGAH

Lano Adhitya Permana, Eddy Mulyadi


Kelompok Penelitian Panas Bumi, Pusat
Sumber Daya Geologi, Badan Geologi
Outline
o ABSTRAK
o PENDAHULUAN
o METODOLOGI
o HASIL PENELITIAN
o PEMBAHASAN
o KESIMPULAN
Abstrak
Manifestasi panas bumi permukaan di daerah Jawa Tengah bagian selatan dicirikan
oleh kehadiran mata air panas pada lima lokasi berbeda dengan temperatur berkisar
36 50,8C. Fluida panas yang muncul pada mata air panas Cipari, Krakal dan
Panulisan merupakan air bertipe klorida, sedangkan mata air panas Wadas Malang
dan Wadas Lintang termasuk dalam tipe air bikarbonat. Mata air panas yang berada
di Wadas Malang , Wadas Lintang dan Panulisan memiliki karakteristik tipe air yang
terletak pada zona immature waters, sedangkan karakteristik mata air panas Cipari
dan Krakal terletak pada zona partial equilibrium menuju kearah zona full
equilibrium. Pendugaan temperatur reservoir sistem panas bumi di daerah Jawa
Tengah bagian selatan menunjukkan rentang temperatur 700 1600C yang termasuk
dalam entalpi rendah hingga sedang.
Kata kunci: panas bumi, Jawa Tengah bagian selatan, mata air panas.
Pendahuluan
Indonesia memiliki sumber daya
panas bumi yang besar, tercatat
hingga tahun 2014, total potensi
panas bumi di Indonesia sebesar
28,9 Gwe (Badan Geologi, 2013).
Salah satu wilayah yang memiliki
potensi panas bumi yaitu wilayah
Jawa Tengah bagian selatan, Provinsi
Jawa Tengah.
Keberadaan potensi panas bumi di
daerah ini ditandai dengan kehadiran
manifestasi panas bumi permukaan
berupa mata air panas di Kabupaten
Cilacap, Kebumen dan Wonosobo
yang belum diteliti lebih lanjut.
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
1. Pengamatan di lapangan
2. Pengambilan conto
3. Analisis laboratorium
4. Interpretasi data
Hasil Penelitian
o Geologi
o Manifestasi
o Kimia Air
o Isotop
o Geothermometry
Geologi
o Pulau Jawa memiliki rangkaian gunungapi yang berumur Oligosen-Miosen Tengah
dan Pliosen-Kuarter. Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen, Majenang,
Pangandaran dan Banyumas (Kastowo,1975; Simandjuntak dan Surono, 1992;
Asikin, dkk.,1992,a,b), batuan yang ada di daerah penelitian terdiri dari batuan
sedimen, batuan terobosan, batuan hasil kegiatan tektonik dan endapan permukaan
yang berumur mulai dari Pra-Tersier sampai Kuarter
o Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan tepatnya pada bagian selatan wilayah
tersebut, terdapat aktifitas vulkanisme berumur Tersier yang dikenal sebagai
sebagai old andesite formation (Yuwono dkk, 2012).
o Di Pulau Jawa, pada umur Tersier bagian akhir aktivitas vulkanisme berlangsung
kembali secara intensif (Soeria-Atmadja, 1994). Hal tersebut tercermin dengan
diendapkannya satuan batupasir di daerah Cipari .
Manifestasi
Manifestasi panas bumi permukaan di daerah penelitian
berupa mata air panas yang tersebar di lima lokasi yang
berbeda dengan temperatur antara 36C 50,8C, pada
daerah Cipari, Krakal, Panulisan, Wadas Malang dan
Wadas Lintang.
Secara lengkap karakteristik mata air panas dan dingin
serta hasil analisis kimia air yang terdapat di daerah
penelitian ditampilkan dalam tabel 1 dan 2.
Kimia Air
Isotop
Geotermometri
o Manifestasi panas bumi di daerah Cipari, Krakal dan
Panulisan berupa mata air dengan temperatur 36
50,8oC. Air panas di daerah Cipari, Krakal dan Panulisan
umumnya termasuk tipe air klorida, sedangkan air panas
di daerah Wadas Malang dan Wadas Lintang bertipe air
bikarbonat dan dengan konsentrasi HCO3 cukup tinggi.
o Hasil perhitungan dengan menggunakan geotermometer
silika (Fournier, 1977 dalam Nicholson, 1993)
menunjukkan rentang temperatur 700 1600C yang
termasuk dalam entalpi rendah hingga sedang.
PEMBAHASAN
o Keempat lokasi daerah penelitian (Cipari, Krakal, Wadas Malang dan Wadas
Lintang), cenderung tidak menunjukkan adanya jejak-jejak aktivitas magmatisme
yang berperan sebagai sumber panas (heat source), sehingga kemungkinan petunjuk
yang menyatakan adanya sumber panas diduga berasal dari terpendamnya material
sedimen yang tebal dan telah mengalami pembebanan.
o Fluida panas yang muncul pada mata air panas Cipari, Krakal dan Panulisan
merupakan air bertipe klorida, sedangkan mata air panas Wadas Malang dan Wadas
Lintang termasuk dalam tipe air bikarbonat.
o Mata air panas yang berada di Wadas Malang , Wadas Lintang dan Panulisan
memiliki karakteristik tipe air yang terletak pada zona immature waters,
diperkirakan merupakan fluida panas bumi yang banyak tercampur air permukaan
atau air permukaan yang terpanaskan
o Hasil isotop menunjukkan bahwa fluida panas bumi
daerah Wadas Lintang-1 dan Wadas Malang memiliki
keterkaitan dengan pengaruh air meteorik, sedangkan
mata air panas Cipari-1, Krakal-1 dan Panulisan
memperlihatkan adanya pengkayaan isotop Oksigen-18
dan Deuterium yang cukup signifikan, terlihat air
panasnya relatif menjauh ke arah kanan garis air meteorik
(meteoric water line).
o
KESIMPULAN
Sistem panas bumi di daerah Cipari, Krakal, Wadas Malang dan Wadas Lintang
diperkirakan berkaitan dengan cekungan sedimen dan cenderung tidak
ditemukan adanya jejak-jejak kegiatan magmatisme. Sedangkan daerah
Panulisan, merupakan daerah yang berasosiasi dengan kegiatan magmatisme
dan vulkanisme Kuarter. Geotermometer larutan menunjukkan rentang
temperatur 70 1600C yang termasuk dalam entalpi rendah hingga sedang.
Mata air panas di daerah Cipari dan Krakal diduga merupakan upflow suatu
sistem panasbumi. Sementara itu, mata air panas Wadaslintang-1 dan
Wadaslintang-2 diperkirakan merupakan daerah outflow suatu sistem
panasbumi. Namun demikian, masih diperlukan penelitian yang lebih rinci
untuk mengkonfirmasi reservoir dan model hidrologi yang terdapat di daerah
Jawa Tengah bagian selatan.
Abstrak
Keberadaan dan jenis manifestasi panasbumi mata air panas berperan penting dalam

menentukan besarnya suhu reservoar dan dapat digunakan untuk menghitung besarnya hilang

panas alamiah panasbumi (heat loss). Berdasarkan pengolahan data lapangan, diperoleh nilai

geothermometer panasbumi Cisukarame berkisar 188C-212C. Diperoleh pula nilai heat

loss daerah Cisukarame sebesar 19.367 kj/kg. Nilai hilang panas alamiah ini dapat digunakan

untuk menentukan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga

panasbumi.
eothermometer Panasbumi Cisukarame
Fournier, 1979 menyebutkan bahwa
Pada sistem panasbumi bertemperatur tinggi, penentuan suhu bawah permukaan dengan
variasi Na dan K sangat dikontrol oleh perbandingan Na/K sedikit mempunyai
perubahan temperatur dan pertukaran ion-ion keuntungan karena tidak dipengaruhi oleh
ini yang terdapat dalam mineral alkali pengenceran.
feldspar-nya. Dalam menggunakan
persamaan Na/K geothermometer sebaiknya
Persamaan empiris Persamaan empiris
perhitungan
digunakan 2 atau 3 persamaan agar kita perhitungan
geothermometerNa/K menurut
geothermometer Na/K
menurut Fournier, 1979 Giggenbach, 1988 yaitu
dapat memperoleh gambaran besar rentangan yaitu

perbedaannya. Apabila hanya menggunakan


satu persamaan saja maka sebaiknya
menggunakan formula dari Fournier (1979).
Data Geokimia Panasbumi Cisukarame
Data hasil analisa geokimia digunakan untuk menghitung prosentase unsur
SO4, Cl, dan HCO3 terlebih dahulu untuk menentukan jenis fluida
manifestasi kemudian digunakan untuk menghitung geothermometer.
Untuk menghitung konsentrasi klorida, sulfat, dan bikarbonat dengan
cara menjumlahkan
kandungan unsur Konsentrasi = Cl + S04 + HCO3
kemudian menghitung proporsi relatif
dari masing-masing komponen jumlah di
atas dalam persen sebagai berikut :
% Cl = (Cl / Konsentrasi) x 100
% S04 = (S04 / Konsentrasi) x 100
% HCO3= (HCO3 - / Konsentrasi) x 100
Hasil perhitungan geothermometer

Hasil penentuan jenis fluida panas bumi yang


dapat digunakan untuk menghitung
geothermometer yaitu manifestasi C11, C12, C13,
C14, C15, dan C16, sehingga dapat diketahui
geothermeter panasbumi daerah Cisukarame
berkisar antara 185C 195C (Fornier, 1979)
atau 202C 212C
(Giggenbach, 1988)
Heatloss Panasbumi Cisukarame Untuk menghitung heat loss, nilai T dan To
dikonversikan ke dalam steam table dengan
Hasil pengambilan data dilapangan, terdapat
cara perhitungan ekstrapolasi sehingga T dan
1 manifestasi panasbumi yang bisa
To daerah prospek panasbumi Cisukarame
digunakan untuk menghitung besarnya heat
adalah sebagai berikut :
loss yaitu manifestasi kolam air panas C15
Nilai To = 25,1C
dengan data sebagai berikut :
Diketahui :
T pada 25C di steam table adalah 104,8C
Berdasarkan perhitungan
Nilai T Manifestasi C15 = 98,9C tersebut diatas
Diketahui : nilai T dan To untuk manifestasi
T pada 95C di steam table adalah 398C C15 adalah
T pada 100C di steam table adalah 419,9C
Cara ekstrapolasi :

Maka heat loss di daerah Cisolok


dapat
dihitung dengan memakai rumus Q = m
(T To),heat
Perhitungan dimana
lossmCisukarame
= V x f
manifestasi C15 adalah sebagai berikut :
Q =Vx
f x (T To) = 62,5x10-3x 1000 x (415,082 - 105,21)
= 62,5x10-3x 1000 x 309,872
= 19.367 kj/kg
Kesimpulan
1. Manifestasi panasbumi Cisukarame
berada di sepanjang sungai Cisukarame
berupa steaming ground dan mata air
panas sebanyak 8 titik.
2. Perhitungan geothermometer dari hasil
analisa geokimia menunjukkan suhu
reservoar berkisar 185C-212C sehingga
lapangan panasbumi ini termasuk dalam
klasifikasi system panasbumi entalphi
sedang.
3. Hilang panas alamiah (heat loss) prospek
lapangan panasbumi daerah Cisukarame
sebesar 19.367 kj/kg.
4. Studi geothermometer kimia sangat
berperan dalam suatu rencana
pengembangan lapangan panasbumi pada
tahapan eksplorasi pendahuluan maupun
eksplorasi rinci.
MATURNUWUN
DISKUSI
PERTANYAAN DISKUSI
Luthfan Fajri. Bagaimanakah perbedaan, asosiasi serta alasan diagram ternary
Cl-SO4-HCO3?
Hazqial Hafazhah. Bagaimana cara mencari spot untuk survey geokimia? Dan
bagaimana pengaruhnya ketika menguji sample dilokasi dengan di lab?
Rizal Aulia N. Bagaimanakah Geokimia dan Geotermometri menggambarkan
geotermal sistem?
Restu Ari W. Apakah bisa mengambil data gas? Bagaimana overview nya dari
geokimia dan geotermometri? Pada study kasus dijelaskan bahwa suatu daerah
pengamatan merupakan upflow, padahal ia tergolong bikarbonat, mengapa?
Rossy YS. Bagaimana cara menentukan suhu tersebut berada di kedalaman
berapa?
Luthfan Fajri. Bagaimanakah perbedaan,
asosiasi serta alasan diagram ternary Cl-SO4-
HCO3?
Diagram ternary tersebut membedakan tipe-tipe air di daerah panas bumi yang
bergantung pada kandungan unsur terbanyak dalam air. Dimana fluida panasbumi
cenderung memiliki kandungan senyawa hampir sama, dengan konsentrasi bervariasi.
Variasi tersebut disebabkan oleh temperatur, komposisi magma, jenis batuan yang dilewati,
kondisi dan lamanya interaksi fluida, serta proses boiling dan mixing.
Air Clorida menunjukan air reservoir, berasosiasi dengan gas CO 2 dan H2S; Air
sulfat terbentuk di bagian paling dangkal sistem geotermal, akibat kondensasi uap air ke
dalam air permukaan (steam heated water); dan air bikarbonat terbentuk pada daerah
pinggir dan dangkal sistem geotermal, akibat adsorbsi gas CO 2 dan kondensasi uap air ke
dalam air tanah (steam heated water).
Hazqial Hafazhah. Bagaimana cara mencari
spot untuk survey geokimia? Dan bagaimana
pengaruhnya ketika menguji sample dilokasi
dengan di lab?
Rizal Aulia N. Bagaimanakah Geokimia dan
Geotermometri menggambarkan geotermal sistem?
Restu Ari W. Apakah bisa mengambil data gas?
Bagaimana overview nya dari geokimia dan
geotermometri? Pada study kasus dijelaskan bahwa suatu
daerah pengamatan merupakan upflow, padahal ia
tergolong bikarbonat, mengapa?
Rossy YS. Bagaimana cara menentukan suhu
tersebut berada di kedalaman berapa?

Suhu yang ditentukan pada sample merupakan suhu manifestasi,


sehingga suhu asli di dalam permukaan bumi tidak dapat diketahui.
Sehingga untuk mengetahui kedalaman pastinya juga tidak dapat dilakukan.
Prinsip geotermometri ini didasarkan pada perilaku kimiawi unsur
terlarut dalam fluida panasbumi. Dengan aplikasi konsep berdasar
asumsinya bahwa apabila fluida bergerak dengan cepat ke permukaan,
fluida akan mempertahankan komposisi kimianya selama perjalanan dari
reservoir ke permukaan, karena tidak atau sedikit sekali mengalami
pencampuran. Namun, adanya perubahan disebabkan proses mixing,
dilution, boiling dan juga pelarutan batuan sampling.

Anda mungkin juga menyukai