DOSEN PEMBIMBING :
MUHAMMAD AZHARI NOOR, M.Eng
OLEH :
M. AQLY SATYAWAN H1E108056
MEVI AYUNINGTYAS H1E108055
NUGROHO PRATAMA H1E108058
M. SADIQUL IMAN H1E108059
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan petunjuk yang dicurahkan-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan ini.
Penulisan laporan Macam-Macam Akuifer dan Analisis Kondisi
Hidrogeologi Kota Banjarbaru ini merupakan tugas yang diberikan oleh bapak
Muhammad Azhari Noor, M.Eng., yang mana tujuan yang kami ambil dari
kegiatan penulisan laporan ini adalah untuk mengembangkan daya kreativitas
remaja khususnya mahasiswa dalam mengembangkan daya cipta untuk
melakukan suatu perubahan dalam upaya sumbangan pikiran untuk pengetahuan
yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penulisan laporan ini dapat diselesaikan karena berkat bimbingan secara
terpadu oleh bapak Muhammad Azhari Noor, M.Eng.,dan dukungan dari semua
pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Dan akhirnya diharapkan agar penulisan laporan ini dapat
berguna bagi kita semua serta kemajuan ilmu pengetahuan. Penulisan ini tentunya
tidak lepas dari kritik dan saran yang besifat membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi
rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air
akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.
Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air
yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan.
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air
tanah disebut zona saturasi air.
Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk
menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah.
Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan
kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami
perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan
sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah
tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk
keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan
pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.
Muka
keterangan :
I Muka air tanah
Zone I : tidak jenuh air (zone of aeration)
II Air tanah
Gambar 5. Letak Zone – zone jenuh air dan tidak jenuh air
4. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer.
Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu
membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya.
Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky
aquifer (Anonim2, 2009).
Air tanah berasal dari bermacam sumber. Air tanah yang berasal dari
peresapan air permukaan disebut air meteorik (meteoric water). Selain berasal
dari air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada waktu
pembentukan batuan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate
water). Aktivitas magma di dalam bumi dapat membentuk air tanah, karena
adanya unsur hidrogen dan oksigen yamg menyusun magma. Air tanah yang
berasal dari aktivitas magma ini disebut dengan air juvenil (juvenile water). Dari
ketiga sumber air tanah tersebut air meteorik merupakan sumber air tanah
terbesar.
Air tanah di temukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang
dikenal sebagai aquifer (juga disebut reservoir air tanah, fomasi pengikat air,
dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga di temukan pada akiklud (atau dasar
semi permeabel) yaitu suatu formasi yang berisi air tetapi tidak dapat
memindahkannya dengan cukup cepat untuk melengkapi persediaan yang berarti
pada sumur atau mata air. Deposit glasial pasir dan kerikil, kipas aluvial dataran
banjir dan deposit delta pasir semuanya merupakan sumbersumber air yang sangat
baik. Berdasarkan material penyusunnya, maka terdapatnya air tanah dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Material lepas (unconsolidated materials)
b. Material kompak (consolidated materials)
Kira–kira 90 % air tanah terdapat pada material lepas misalnya pasir,
kerikil, campuran pasir dan kerikil, dan sebagainya. Berdasarkan daerah
pembentukannya terdapat air tanah pada material lepas dapat dibedakan menjadi 4
wilayah, yaitu:
a. Daerah aliran air (water course). Daerah aliran air terdiri dari aluvial yang
terletak di kanan kiri sungai yang mengalir. Potensi air tanah cukup besar
apabila muka air sungainya lebih tinggi dari muka air tanah. Faktor ini
menyebabkan daerah ini sangat potensial sebab materialnya lepas dan air
sungai mensuplai air tanah.
b. Daerah lembah mati. Potensial air tanah di daerah ini cukup besar akan tetapi
suplai air yang diterima tidak sebesar daerah aliran air.
c. Daerah daratan. Daerah ini adalah dataran yang luas dengan endapan yang
belum mengeras misalnya pasir, kerikil.
d. Daerah lembah antar gunung. Lembah yang dikelilingi oleh pegunungan
biasanya terdiri dari material lepas yang jumlahnya sangat besar, material ini
berasal dari pegunungan sekitarnya. Materialnya berupa pasir kerikil dan
sifatnya akan menerima air di pengisian di atasnya.
Pada dataran antar gunung yang dibatasi oleh kaki-kaki gunung api akan
mempunyai perbedaan besar pada butir setiap tahap kegiatan gunung api tersebut
sehingga dapat menyebabkan terbentuknya kondisi air tanah tertekan, terutama
yang terletak tidak seberapa jauh dari bagian kaki gunung api. Lembah tersebut
dibatasi oleh lipatan, sangat perlu diperhatikan akan luasnya penyebaran litologi
yang diperkirakan dapat bertindak sebagai akuifer, Akuifer karena sifatnya seperti
yang disebutkan di depan merupakan lapisan batuan yang sangat penting dalam
usaha penyerapan air tanah. Litologi atau penyusupan batuan di lapisan akuifer di
Indonesia yang penting adalah:
a. Endapan aluvial : merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang
telah ada. Air tanah pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini
tersebar di daerah dataran.
b. Endapan Vulkanik muda : merupakan endapan hasil kegiatan gunung api,
yang terdiri dari batuan-batuan lepas maupun padu. Air tanah pada endapan
ini menempati baik ruang antar butir pada material lepas maupun mengisi
rekah-rekah atau rongga batuan padu. Endapan ini tersebar disekitar wilayah
gunung api.
c. Batu gamping : merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang
karena proses geologis diangkat ke permukaan. Air tanah di sini mengisi
terbatas pada rekahan rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini
tersebar di tempat-tempat yang dahulu berwujud lautan karena proses
geologis, fisik dan kimia. Di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini
membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst (Wuryantoro, 2007).
2.2 Akuifer
Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer
tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka
air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan
pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan
tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa
muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah
permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone
yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone
yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian
aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007).
Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai
keperluan dengan kedalaman sumur umumnya antara 1 – 25 meter. Air tanah
bebas masih merupakan sumber utama air bersih bagi sebagian besar
penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatannya dilakukan
dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur pantek pada kedalaman kurang
dari 20 meter di bawah permukaan, umumnya terdapat pada lapisan pasir,
pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan. Air tanah bebas di dataran
aluvial terdapat dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir kerikilan dan pasir
lempungan.
Mutu air tanah bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya
hingga tawar, berwarna keruh hingga jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5
– 16,7, pH sekitar 6,7 – 11,2, sisa kering 353 – 580, sisa pijar 252 – 420, kadar
kandungan ion klorida berkisar 25,5 – 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5 – 246,9
mg/l. Khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air
tanah bebas di dataran aluvial terkecuali daerah-daerah sekitar pantai,
pemanfaatannya masih dapat dikembangkan. Sedangkan untuk daerah-daerah
yang terletak sekitar 1 – 3 km dari garis pantai, penggunaan air tanah
bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau rasa airnya.
(Anonim3, 2008).
Gambar 11. Ilustrasi dari tiga jenis akifer menurut Kruseman dan deRieder, 1994
Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan
potensi akuifer. Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan
berpengaruh terhadap akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer, serta kedudukan
air tanah. Jenis dan umur batuan juga berpengaruh terhadap daya hantar listrik,
dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada mulanya air memasuki akuifer
melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih tinggi daripada
daerah buangan (discharge area).
Daerah tangkapan biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan
daerah buangan terletak di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir
kebawah karena pengaruh gaya gravitasi melalui pori-pori akuifer. Air yang
berada dibagian bawah akuifer mendapat tekanan yang besar oleh berat air
diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer terisolasi
oleh akiklud diatas dan dibawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan
konduktivitas hidrolik sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air
melewatinya. Jika sumur di bor hingga confined aquifer, maka air akan memancar
ke atas melawan gaya gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah. Sumur
yang airnya memancar keatas karena tekanannya sendiri di sebut sumur artesis
(Wuryantoro, 2007).
n= Vv X 100 %
V
Di mana: n = persen porositas (%)
Vv = volume rongga (cm3)
V = volume total batuan (gas, cair, dan padat (cm3)
Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan dalam
bentuk %. Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas berkisar antara 25
% sampai 75 % sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock)
berkisar antara 0 sampai 10 %. Material dengan diameter kecil mempunyai
porositas besar, hal ini dapat dilihat dari diameter butiran material. Hal ini dapat
dilihat dengan besarnya porositas untuk jenis tanah di bawah ini:
a. Kerikil → porositas berkisar antara 25 – 40 %
b. Pasir → porositas berkisar antara 25 – 50 %
c. Lanau → porositas berkisar antara 35 – 50 %
d. Lempung → porositas berkisar antara 40 – 75 %
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang
batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami
mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz,
2000:81).
2. Aquifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air
dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya.
Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa
air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.
3. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan
praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung,
serpih, tuf halus, lanau.
4. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak.
misalnya lempung pasiran (sandy clay).
5. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer.
Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu
membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya.
6. Berdasarkan litologinya, akuifer dibagi menjadi 4 macam, yaitu : akuifer
bebas, akuifer tertekan, akuifer bocor dan akuifer melayang.
7. Permeabilitas merupakan kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan
atau meloloskan air. Sedangkan porositas adalah jumlah atau persentase
pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen.
8. Secara Topografi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru terletak pada
wilayah memiliki ketinggian antara 0 – 10 m, sedangkan wilayah bagian
Selatan memiliki ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut. Dari
hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa dugaan akuifer berada
pada kedalaman dangkal 10-30 meter dari permukaan yang terdiri atas
lapisan pasir, akuifer dalam pertama berada pada kedalaman 20 hingga 60
meter, dan akuifer yang lebih dalam lagi diduga terdapat pada kedalaman
40 hingga kedalaman 100 meter yang terdiri atas lapisan pasir tufaan.
Ketebalan lapisan akuifer bervariasi bergantung pada topografi permukaan
dan lapisan kedap air di bawah lapisan akuifer dengan kecenderungan
semakin menebal ke bagian bawah. Dengan estimasi luas daerah yang
terlingkupi survey penelitian yakni sebesar 280.000 meter persegi, dan
ketebalan rata-rata akuifer sebesar 30 meter
3.2 Saran
Pemanfaatan sumber air tanah dengan bijak khususnya akuifer hendaknya
digunakan dengan sebaik-baiknya, agar keberadaan air tanah tersebut tersedia
dalam jumlah yang cukup untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA