ABSTRACT
In arranging human life, irrigate a lot of playing a part important for example to
drink, to cooking, cleaning and take a bath. Despitefully irrigate also a lot of needed to
to irrigate the rice field, farm, industrial, and still a lot of again. So that do not realize
the ugly impact contaminating the water source like river and situ.
Research conducted in area of DKI Jakarta at 2005, where in this research was
that calculation Result to value IKA indicated that 83 % river and 79 % situ in DKI
Jakarta there was in ugly category. This matter was caused do not look after of river
and situ better, lack of society awareness and governmental in the effort looking after
river and situ.
Keywords : River, situ, quality irrigate
ABSTRAK
Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara
lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak
diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Sehingga
tidak menyadari dampak buruk yang mencemari sumber air tersebut seperti sungai dan
situ.
Maka dari itu diperlukannya pengelolaan terpadu serta pengklasifikasian
penduga adanya zat pencemar yang efektif dalam menangani pengelolaan dan
pemeliharaan pada sungai ataupun situ sehingga dapat menjaga kualitas air
sebagimana mestinya.
Penelitian dilakukan pada daerah DKI Jakarta pada tahun 2005, dimana dalam
penelitian ini menunjukan bahwa Hasil perhitungan terhadap nilai IKA menunjukkan
bahwa 83 % sungai dan 79 % situ yang ada di DKI Jakarta ada dalam kategori buruk.
Hal ini disebabkan tidak terpeliharanya sungai dan situ dengan baik, kurangnya
kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam upaya memelihara sungai dan situ.
Kata kunci : Sungai, situ, kualitas air.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Mengingat bahwa air adalah komponen dari lingkungan hidup, maka
pencemaran air merupakan bagian dari pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran air
perlu di kendalikan karena akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air
sebagai modal dasar dan faktor utama pembangunan. Pengendalian pencemaran air
adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas
air untuk menjamin agar sesuai dengan baku mutu air.
Istilah pencemaran air terbentuk akibat adanya cairan bekas pakai yang di alirkan
kembali begitu saja ke perairan terbuka, dan menimbulkan berbagai dampak yang
merugikan masyarakat ataupun lingkungan. Seperti yang kita ketahui air yang tercemar
merupakan kumpulan dari bibit- bibit penyakit yang berdampak sangat buruk bagi
kesehatan manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Terkecuali bakteri- bakteri berupa
patogen dan bakteri pendukung kerusakan kualitas air lainnya.
Batasan Masalah
Dalam hal ini maka dapat dirumuskan masalah yakni bagaimana dampak
pengaruh dari pencemaran air sungai ataupun situ serta bagaimana pengelolaan dan
pemeliharaan sebagaimana dapat memperbaiki kualitas air yang tercemar yang dilakukan
oleh pihak pemerintah serta masyarakat.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yakni untuk memberikan penjelasan ataupun informasi
mengenai dampak pencemaran sungai maupun situ serta tindakan operasi pengelolaan
yang dilakukan pemerintah sehingga dapat mengembalikan fungsi air dan kualitas
sumber air tersebut sebagaimana mestinya.
Metode Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Pencemaran air tentunya dapat membawa dampak buruk yang dapat
merugikan baik manusia ataupun makhluk hidup lainnya, karena air merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana air memiliki multi fungsi,
baik untuk sumber air minum ataupun aktivitas manusia lainnya yang tidak pernah luput
dari sektor air. Maka dari itu diperlukannya kesadaran masyarakat dalam menjaga serta
memelihara kualitas sumber air yang dewasa ini kerap diabaikan oleh masyarakat.
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter
ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan
kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata.
Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan,
warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.
Pengelolaan sungai/situ
Adapun faktor-faktor yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat adalah : alur
sungai, debit sungai dan elevasi muka air sungai. Pengaturan alur sungai suatu pekerjaan
yang tidak mudah bahkan ada kekurangannya dan ketidak berhasilan yang antara lain
karena keterbatasan pengetahuan kita pada bidang teknik sungai serta pengenalan sifat-
sifat sungai. Pengaturan alur sungai sungai harus dilakukan dengan hati-hati di dasari
oleh ilmu pengetahuan. Untuk mengetahui perubahan berangsur-angsur pada bangunan
maupun sungainya.
Metode Penelitian
Dari ke 40 situ tersebut 12 situ (30 %) merupakan buatan yaitu Situ Taman Ria Remaja,
Waduk Kebon Melati, Waduk PIK I, Waduk PIK II, Waduk Muara Angke, Waduk
Sunter I, Waduk Sunter III, Waduk Setiabudi, Situ Elok, Waduk PDAM, Situ TMII
(Archipelago Indonesia) dan Situ TMII. Sedangkan 28 Situ (70 %) lainnya merupakan
situ alami.
Berdasarkan fungsi dan kondisi situ di DKI dapat diketahui bahwa 19 situ (47,5
%) dalam kondisi terawat, 14 situ (35%) dalam kondii tidak terawat dan 5 situ (12,5 %)
telah berubah menjadi daratan yaitu Situ Rawa Kendal, Situ Rawa Rorotan, Situ Rawa
Penggilingan, Situ Rawa Segaran dan Situ Dirgantara. Pada ke-19 situ yang terawat
secara fisik, 5 situ ternyata tercemar oleh limbah rumah tangga dan limbah industri.
Perairan berwarna kehitaman dan berbau busuk. Perawatan yang dilakukan terhadap situ
misalnya dengan mengerasan pada sekeliling situ, upaya penghilangan sampah yang ada
dan memelihara kontinuitas air. Sedangkan pada situ yang tidak terawat karena
masyarakat masih menganggap bahwa situ sebagai tempat penampungan sampah dan
terlihat pada situ yang sekelilingnya terdapat permukiman kumuh. Dari penelitian terlihat
bahwa 83 % sungai dan 79 % situ yang ada di DKI Jakarta ada dalam kategori buruk. Hal
ini disebabkan tidak terpeliharanya perairan dengan baik, kurangnya kesadaran
masyarakat dan pemerintah dalam upaya memelihara sungai dan situ. Baru beberapa situ
yang dilindungi dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1873 Tahun 1987 dan SK
Gubernur DKI Jakarta No. 138 Tahun 1990 yaitu Situ Babakan, Situ Mangga Bolong,
Situ Rawa Dongkal, Situ Kelapa Dua Wetan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus dengan kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta, didapat
beberapa kesimpulan bahwa :
Secara umum sungai dan situ di DKI Jakarta telah mengalami perubahan pada
kualitas airnya. Indeks Kualitas Air pada sungai mupun situ di DKI Jakarta menunjukkan
nilai buruk sampai sedang, padahal perairan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan
manusia. Dampak buruk yang terjadi pada perairan di sungai dan situ di DKI Jakarta
dapat berdampak balik negatif berupa timbulnya berbagai bibit penyakit. Perlu adanya
tindakan nyata dari seluruh lapisan masyarakat untuk memperbaiki kualitas perairan yang
ada yaitu dimulai dari diri sendiri untuk secara bijak melihat lingkungan sebagai suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari manusia dan mentaati peraturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Diana Hendrawan.2005. Kualitas air sungai dan situ di daerah DKI Jakarta
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/03_KUALITAS%20AIR%20SUNGAI%20DAN
%20SITU%20DI%20DKI%20JAKARTA_Diana.pdf
Masduqi, Ali.2007. Kualitas air sebagai indikator DAS
http://blog.its.ac.id/masduqi/2007/11/04/kualitas-air-sebagai-indikator-pengelolaan-
daerah-pengaliran-sungai/