Anda di halaman 1dari 9

Energi Panas Bumi adalah energi yang bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan

dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil
fuel). Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya
yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga
keseimbangannya. Studi manifestasi panas bumi adalah untuk mengetahui kondisi keterdapatan
panas bumi pada daerah pemetaan berupa manifestasi titik-titik sumber mata air panas dan
keadaan lain yang berhubungan dengan keberadaan panas bumi.
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air,
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfataannya diperlukan proses
penambangan. Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable),
berpotensi besar serta sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi.
Panas bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan
bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain
yang dikandung panas bumi yang tersimpan di dalam kerak bumi.

Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknyadijelaskan oleh


Budihardi (1998) sebagaiberikut. Ada tiga lempengan yangberinteraksi di Indonesia, yaitu
lempengPasifik, lempengIndiaAustralia danlempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadiantara
ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
terbentuknya sumber energy panas bumi di Indonesia.

1
Tumbukan antara lempeng IndiaAustralia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah
utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 210 km di bawah Pulau
Jawa Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau
Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman
jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang
dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatic yang lebih
tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan
reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada
kedalaman yang lebih dangkal. Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan
dengan kegiatan gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat
lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya
berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitisbasaltis dengan sumber magma yang
lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi
memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa. Akibat dari sistim penunjaman
yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara
lempeng IndiaAustralia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang
sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumbersumber panas bumi
yang berkaitan dengan gununggunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistim
panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional yang
terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas buminya
lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim depresi kaldera yang
terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang
intensif dan ekstensif. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen
yang telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidaktidaknya sejak
Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder
pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir
panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan
lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.

2
MANI FESTASI PANAS BUMI

1. Warm Ground (Tanah Hangat)


Salah satu pertanda adanya potensi geothermal di suatu area adalah tanah hangat
(warm ground). Tanah hangat ditandai dengan temperatur sebuah area tanah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan temperature tanah di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
suhu yang lebih tinggi pada batuan bawah permukaan berpindah secara konduksi menuju
batuan yang ada di atas permukaan.
Wilayah bumi berdasarkan temperatur tanahnya dibagi menjadi dua yaitu
kasawasan non thermal dan kawasan thermal. Kawasan non thermal memiliki gradien
temperatur berkisar 10-40C/km. Kawasan thermal terbagi menjadi dua, yaitu kawasan
semi thermal dengan gradient temperature 70-80C/km dan kawasan hiperthermal dengan
gradient temperature yang sangat tinggi sehingga sering dinyatakan dalam C/cm

2. Hot Steaming Ground (Tanah Beruap)

3
Hot steaming ground adalah hasil dari konduksi panas bawah tanah yang
menyebabkan terciptanya uap panas yang keluar dari bawah tanah. Uap panas naik ke
sekitar permukaan tetapi tidak benar-benar habis. Uap mengembun dan menguras pergi
tanpa dilepaskan ke atmosfer. Lapisan tipis dari uap mengembun dibawah kondisi udara
lembab. Jika udara kering, maka tidak ada uap yang diamati. Uap panas yang keluar dari
bawah tanah ini dapat menjadi indikasi bahwa keadaan bawah permukaan daerah tersebut
sangat panas dan terdapat akifer sumber air tanah yang dapat dimanfaatkan dalam
eksplorasi energi panas bumi.

3. Hydrothermal Eruption (Letusan Hidrotermal)


Letusan hidrothermal adalah erupsi uap yang membawa tephra atau material kecil
yang merupakan karakter sifat periodik dari banyak area fumarol. Letusan ini membuat
kawah kecil berukuran kurang dari 1000 meter dan dikelilingi oleh endapan silica sinter,
travertine dan lapisan breksi. Letusan hydrothermal terjadi di area dimana tekanan uap
dari fluida geothermal melewati tekanan didih hidrostatik. Letusan ini terdapat pada titik
dimana peningkatan konveksi dari fluida geothermal terhambat oleh lapisan relatif
impermeable yang disebut caprock. Fenomena erupsi hidrothermal merupakan indicator
kuat dari reservoir hydrothermal aktif. Contoh letusan hydrothermal antara lain: Waiotapu
(New Zealand), Rotarua ( New Zealand), Kawah Kamojang (Indonesia), Yangbajing
(Tibet)

4. Geothermal Seepages (Rembesan Panas Bumi)

Rembesan panas bumi merupakan salah satu manifestasi permukaan dari sistem
geothermal. Rembesan panas bumi berupa air panas maupun uap air yang keluar ke
permukaan bumi, yang melewati rekahan-rekahan batuan yang ada di atasnya. Sistem
yang bekerja pada rembesan panas bumi ini hampir sama dengan mata air panas, namun
yang membedakan dari kedua manifestasi tersebut adalah dari debit fluida panas yang
dikeluarkannya. Rembesan panas bumi ini juga hampir setipe dengan fumarol, karena
bentuk fluida yang dikeluarkan juga hampir sama. Rembesan bisa masuk ke sungai atau
ke danau. Sebuah sungai rembesan bisa diidentifikasi dengan membedakan konstituen
tidak reaktif di atas dan di bawah rembesan keluar. Dapat bercampur di atas maupun
dibawah aliran sungai.

4
5. Hot Pools (Kolam Panas)

Kolam panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang disebabkan
oleh perpindahan panas dari permukaan air ke atmosfer. Kolam panas terbagi menjadi
tiga, yaitu calm pools, boiling pools, dan ebullient pools. Temperature pada calm pools
umumnya berada di bawah titik didih sehingga kecepatan aliran air pada kolam ini kecil
sekali. Pada boiling pools temperature air merupakan titik didihnya, hal ini menyebabkan
sering kali terjadi semburan air. Boiling pools juga sering diklasifikasikan sebagai mata
air panas. Ebullient pools merupakan kolam panas dengan air yang bergejolak disebabkan
oleh letupan-letupan kuat yang muncul tidak beraturan. Letupan-letupan ini disebabkan
karena terlepasnya uap panas dari dalam air. Letupan-letupan yang lebih kecil dapat
disebabkan oleh adanya non-condensible gas seperti CO2

6. Hot Springs (Mata Air Panas)


Mata air panas juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya
panasbumi di bawah permukaan. Mata air panas merupakan mata air yang sumber airnya
berasal dari air tanah yang memiliki suhu yang tinggi akibat pemanasan secara
geothermal, dimana adanya aliran air tanah yang bersuhu tinggi muncul ke permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan.

5
Gambar 1. Kaitan Mata Air Panas sebagai Manifestasi Permukaan dari Geothermal

Bentuk dari mata air panas yang berada di permukaan juga memiliki berbagai macam
jenis. Mata air panas yang muncul di kawasan gunungapi sering mengalami pemanasan
oleh magma, yang menyembur ke permukaan bumi karena adanya tekanan uap di bawah
permukaan, yang sering kita sebut sebagai Geyser.
Sifat kimia air dari mata air panas seringkali digunakan untuk mengetahui jenis
reservoir di bawah permukaan. Mata air panas yang bersifat asam merupakan manifestasi
permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi uap, sementara mata air panas yang
bersifat netral merupakan manifestasi permukaan untuk sistem panasbumi yang
didominasi air.
Pemanfaatan mata air panas sangat bervariasi. Selain dalam ekplorasi energi
sumberdaya panasbumi, mata air panas juga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
manusia. Salah satu contohnya yaitu dengan adanya pemanfaatan mata air panas sebagai
sumber air pemandian air panas sebagai bagian dari pemanfaatan dari segi pariwisata.
Uap air yang dihasilkan dari mata air panas juga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak
mesin turbin pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dari segi kesehatan, uap air dari
mata air panas juga sering dimanfaatkan sebagai spa.

7. Fumalores

6
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam) dengan kecepatan
tinggi. Tingginya kecepatan dari fumarole sendiri seringkali menimbulkan suara bising.
Fumarole memiliki kandungan gas yang beraneka ragam. Apabila uap tersebut
mengandung gas H2S maka manifestasi permukaan tersebut disebut solfatar, sedangkan
fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya disebut
soffioni.

Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim


dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap umumnya tidak lebih dari
100C. Fumarole jenis ini sering disebut fumarole basah (wet fumarole). Pada daerah
dimana terdapat sistim dominasi uap selain wet fumarole juga terdapat istilah dry
fumarole, yaitu fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi sekitar 100-150C.
Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam.

8. Batuan Alterasi

Alterasi hidrothermal ialah sebuah proses yang terjadi akibat adanya reaksi
antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal ini sangat
bergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis
batuan asal, komposisi fluida (hususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984).
Alterasi dapat menghasilkan mineral bijih beserta mineral penyerta (gangue
mineral). Namun, tidak semua batuan yang mengalami alterasi hidrotermal dapat
mengalami mineralisasi bijih. Tipe alterasi tertentu biasanya akan menunjukan suatu
zona kumpulan mineral tertentu akibat ubahan oleh larutan hidrotermal yang melewati
batuan sampingnya (Guilbert dan Park, 1986, Evans, 1993).
Sekumpulan mineral ubahan tersebut terbentuk bersamaan pada kondisi
keseimbangan yang sama (aqulibrium assemblage). Mineral-mineral baru yang
terbentuk, diendapkan mengisi rekahan-rekahan halus atau dengan proses penggantian
(replacement). Mineral-mineral baru ini dikenal sebagai mineral sekunder (Anonim,
1996).

9. Mud Pools (Kolam Lumpur)


7
Mud pools merupakan bagian dari mata air panas asam atau fumarole dengan air yang
terbatas. Mud pools terbentuk ketika uap dan gas muncul dibawah kolam air hujan. Gas-gas
tersebut bereaksi dengan batu untuk memproduksi tanah liat, yang membuat campuran
lumpur di kolam. Ini biasanya membentuk genangan lumpur yang mendidih. Asam dan
mikroorganisme mengurai sekeliling batu menjadi lempung dan lumpur. Lumpur pada
mudpot membentuk sifat yang kental dan sering mendidih, maka dari itu sering disemprotkan
dari mudpot tersebut. Lalu membentuk semacam gunung lumpur mini, bisa mencapai
ketinggian 3-5 meter. Meskipun mudpots sering disebut "gunung lumpur". gunung lumpur
yang sebenarnya sangat berbeda di alam. Lumpur mudpot yang umumnya putih warna
keabu-abuan, tapi kadang-kadang diwarnai dengan kemerahan atau bintik-bintik merah muda
dari senyawa besi. Bentuk Mudpots dalam geotermal area dengan temperatur tinggi, dimana
air dengan suplai pendek. Sedikit air yang naik ke permukaan di tempat dimana tanah kaya
akan debu vulkanik, clay (lempung) dan partikel halus lainnya. Ketebalan dari lumpur
biasanya berubah sepanjang musiman tabel air

DAFTAR PUSTAKA

8
https://www.scribd.com/doc/226058261/Geothermal-Manifestasi-Panasbumi-Di-
Permukaan
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34503638/jurnal_sella.pdf filename
%3DGEOLOGI_DAN_IDENTIFIKASI_MANIFESTASI_PAN.pdf
http://geothermal.itb.ac.id/sites/default/files/public/Sekilas_tentang_Panas_Bumi.pdf

Anda mungkin juga menyukai