( F1H1 14 048 )
Kompleks Ofiolit ini membentuk pegunungan berlereng terjal dan kasar dengan
punggung gunung memanjang dan runcing ( gambar 9.1 ) dalam citra inderaan jauh,
seperti foto udara,citra satelit, dan citra radar, kenampakan ini mudah dibedakan
dengan satuan lain.
Penyebaran Kompleks Ofiolit
Kompleks Ofiolit tersebar luas di Tenggara Sulawesi. Peta geologi, yang
dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (sekarang Pusat
Survei Geologi) menunjukkan bahwa penyebaran kompleks ini dapat ditelusuri dari
ujung timur Lengan Timur sampai Lengan Tenggara Sulawesi. Kompleks ini tersebar
luas terutama di utara Sesar Lawanopo. Bagian dari kompleks ini juga dijumpai
secara setempat sepanjang pantai timur Teluk Bone dan bebcrapa pulau di sekitar
Lengan Tenggara Sulawesi, seperti pulau Kabaena, Wowonii, dan Buton.pada pulau-
pulau tersebut umumnya Ofiolit sudah mengalami deformasi kuat dan teralterasi.
Walaupun penyebaran Kompleks Ofiolit hanya secara setempat di Lengan Tenggara
Sulawesi, Ofiolit dijumpai secara luas sebagai kepingan dalam Molasa Sulawesi. Hal
ini menunjukkan bahwa Kompleks Ofiolit sebelum pengendapan Molasa Sulawesi,
melampar luas di Lengan Tenggara ini. Mungkin sewaktu tersesar-naikan ke atas
kepingan benua, kompleks ini hanya mempunyai ketebalan tipis, sehingga sebagian
besar darinya sudah habis tererosi.
Kontak antara Kompleks Ofiolit dengan Kepingan Benua Sulawesi Tenggara selalu
berupa Sesama Zona imbrikasi yang terbentuk karena Ofiolit tersesar-naikkan ke atas
kepingan benua dapat dijumpai mulai dari Lengan Timur sampai ujung Lengan
Tenggara Sulawesi. Di Lengan Timur, Ofiolit tersesar-naikkan ke atas Kepingan
Banggai-Sula. Satuan batuan sedimen termuda yang terlibat dalam zona imbrikasi ini
adalah Formasi Salodik dan Formasi Poh, yang keduanya berumur Eosen miosen
Awal (Surono dkk., 1993; Simandjuntak, 1986; Rusmana dkk., 1993a; Surono, 1989a,
b; 1998 ). Sepanjang pantai timur Lengan Tenggara Sulawesi, dari Teluk Tolo sampai
Tinobu dan Tanjung Laonti; Kompleks Ofiolit tersesar-naikkan miring ke barat ke
atas runtunan batuan sedimen Mesozoikum - Paleogen dari Kepingan Benua Sulawesi
Tenggara. Di Tanjung Laonti, zona imbrikasi miring ke timur dan melibatkan Formasi
Meluhu dan Formasi Laonti serta Formasi Tampakura. Di tanjung ini, singkapan
Kompleks Ofiolit dijumpai terisolasi dan sempit dengan dibatasi sesar naik yang
miring ke arah timur. Kompleks Ofiolit ini ditindih takselaras oleh Molasa Sulawesi.
Namun demikian beberapa tempat kontak di antaranya berupa sesar.
Di Pulau Kabaena, Wowonii dan Buton, Kompleks Ofiolit dijumpai tersesar-naikkan
ke atas batuan sedimen Mesozoikum. Ketiga pulau tersebut dipisahkan dengan
daratan Sulawesi oleh laut yang sempit dan dangkal. Zona imbrikasi menerus sampai
pulau tersebut. Berdasarkan hal tersebut, besar kemungkinan Kompleks Ofiolit, yang
tersingkap mulai ujung timur Lengan Timur sampai ujung selatan Lengan Tenggara
Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, merupakan satu kesatuan.
Litologi
2.2.1. Batuan Mafik- Ultramafik
Pada umumnya batuan mafik-ultramafik di Lengan Tenggara Sulawesi sudah
mengalami pensesaraan dan deformasi kuat. Di beberapa tempat batuan ini
bercampur dengan batuan yang berasal dari kepingan benua membentuk batuan
campur aduk (melange). Batuan mafik - ultramafik di Lengan Tenggara Sulawesi
tersusun oleh peridotit dan piroksenit, serta mikrogabro dan basalt. Peridotit yang
mendominasi batuan mafik - ultramafik di Lengan Tenggara Sulawesi ini, terdiri atas
dunit harzburgit, lersolit, dan piroksinit. Sedangkan mikrogabro dan basalt ditemukan
di beberapa tempat saja. Batuan Ofiolit tersingkap baik di jalan sekitar jembatan
Sungai Laloso, Pohara (Gambar 9.2 ).
2.2.1.1.Dunit
Dunit banyak dijumpai di banyak tempat, terutama di Tanjung Lasolo, Pulau Keramat
dan sepanjang Sungai Lasolo. Kenampakan lapangan dunit umumnya berwarna
kuning kehijauan, coklat kekuningan, dan tersesarkan serta tergerus.
Pengamatan di bawah mikroskop polarisasi menunjukkan tekstur senomorpik
(gambar 9.3).mineral pembentuknya didominasi oleh olivine dan sedikit mineral
ikutan (accessory) piroksin dan garnet. Ukuran Kristal olivine berkisar antara 0,3 dan
5 mm. kink banding sering kali ditemukan pada olivin. Pada umumnya olivin
mempunyai bentuk anhedral dengan sebagian mengalami retakan. Sebagian olivine
teralterasi menjadi serpentinit. Yang teramati sepanjang tepi klristal dan sepanjang
retakan. Proses serpentinisasi. Membentuk struktur yang khas, seperti net,
honeycomb, dan nest. Olivin dan mineral hasil alterasi (seperti serpentinit)
mendominasi (> 95% ) dunit. Piroksen, umumnya merupakan jenis ortopiroksen.
Berbentuk subhedral dengan diameter 0,2 2 mm. sejumlah kecil mineral opaq(tidak
tembus cahaya) ditemukan dalam sebagai inklusi dalam olivin.
Gambar 9.2. singkapan ultrabasa dipinggir jalan pohara, dekat jembatan sungai
Lasolo, Nampak telah mengalami pensesaran kuat
\
Gambar 9.3. Foto mikrograf dunit dari tanjung Lasolo yang memperlihatkan tekstur
senomorfis
2.2.1.2.Harzburgit
Kenampakan dilapangan, harzburgit berwarna coklat terang coklat kekuningan.
perlapisan semu dengan ketebalan 2 9 cm, dijumpai di banyak tempat, seperti
dipulau keramat, pulau bahulu, tanjung Lasolo, dan sepanjang sungai Lasolo.
Pengamatan mikroskopis menunjukan bahwa harzburgit berbentuk xenomorphic
granular. Tekstur poikilitik umum ditemukan. Komposisi mineralnya didominasi oleh
olivin dan ortopiroksen.
Olivin, yang umumnya anhedral subhedral, dan berukuran 0,2 12 mm,
mengandung forsteril (table 9.1, gambar 9.4) dan sebagian teralterasi menjadi sepertin
(umumnya lizardit), yang membentuk struktur honeycomb. Persentase olivine dan
mineral hasil alterasinya berkisar antar 67,9% dan 80,3% dari volume buatan. Inklusi
mineral opaq dalam olivine berjumlah sangat kecil ( < 1% ). Beberapa olivine
mempunyai tepi Kristal yang kabur.
Ortopiroksen adalah mineral kedua terbesar dalam harzburgit , dengan jumlah
berkisar antara 17,1% dan 31%. Mineral ini mempunyai bentuk Kristal anhedral
subhedral. Exsolution lamellae umum ditemukan dalam ortopiroksen. Hipersten, yang
dapat dikenali dibawah mikroskop dan juga dari analisis XRD, adalah jenis mineral
yang umum dijumpai dalam ortopiroksen ini.
2.1.1.3. Lerzolit
Secara megaskopis, lerzolit sulit dibedakan dengan harzburgit. Di bawah mikroskop,
lerzolit bertekstur xenomorphic. Olivin merupakan mineral yang dominan (sekitar
62,3%) dalam batuan ini; sedangkan kandungan ortopiroksen dan klinopiroksen
berturut-turut 18,2% dan 8, 7%. Garnet dan mineral opaq (kromit) hadir dalam batuan
ini dengan jumlah sangat kecil (<I%).
2.2.1.4. Piroksenit
Piroksenit ditemukan di banyak lokasi, seperti Tanjung Laonti, Dusun Matarape,
Tanjung Lasolo, dan Desa Amesiu. Batuan ini secara megaskopis tampak berwama
coklat kehijauan, teralterasi, dan mengandung kristal piroksen berukuran kasar. Di
dekat jembatan Lahumbuti, sebelah timur Desa Amesiu, ukuran kristal piroksen
mencapai 4 cm. Namun demikian, piroksen tersebut sudah terdeFormasi kuat dan
teralterasi lanjut. Magnesit sangat umum dijumpai pada daerah tempat piroksenit
alterasi lanjut.
Kenampakan mikroskopis (Gambar 9.5), piroksenit disusun oleh ortopiroksen (96%)
dan olivine (4%). Piroksenit mempunyai tekstur hipidiomorpis dan poikilitik. Kristal
ortopiroksen umumnya berukuran 5 - 25 mm, namun di beberapa tempat mencapai 4
cm seperti di dekat Amesiu. Bentuk,kristal ortopiroksen umumnya subhedral,
sedangkan olivin anhedral dengan ukuran yang halus (0,2- 0,5 mm). Analisis XRD
menunjukkan bahwa enstatit merupakan mineral yang dominan pada ortopiroksen
(Tabel 9 .1 ). Exsolution lamellae sangat umum dijumpai dan beberapa kristal
ortopiroksen mempunyai struktur kink-band. Menurut Nicolas (1989), kenampakan
seperti itu mengindikasikan bahwa piroksenit telah mengalami deFormasi plastis
(solid state deformation). Hal ini didukung juga oleh bentuk augen dan kristal olivin
secara internal terdeFormasi, yang dijumpai dalam beberapa sayatan tipis.
2.2.1.5. Serpentinit
Ciri khas serpentinit adalah warnanya yang hijau kekuningan - kuning kehijauan,
tertektonikkan derajat tinggi, sehingga menghasilkan cermin sesar. Serpentinit terdiri
atas lizardit dan klinokrisotil, yang keduanya teridentifikasi dari analisis XRD.
Struktur jendela (window) dan hour-glass Deer dkk. (1992) banyak dijumpai dalam
serpentinit (Gambar 9.6).
Gambar 9.5. Foto mikrograf olivin ortopiroksenit dari Tanjung Lasolo,
menunjukkan struktur kink-bend dan exsolusion lamellae pada beberapa mineral yang
mengindikasikan telah mengalami deformasi plastis.