Anda di halaman 1dari 15

Skandium, yang memiliki kepadatan rendah dan titik lebur tinggi menunjukkan

kegunaanya sebagai agen paduan logam ringan untuk aplikasi militer. Kegunaan utama
skandium adalah sebagai aditif paduan-paduan berbasis aluminium untuk barang
olahraga dan lampu halida logam intensitas tinggi. Ketika dipadukan dengan aluminium
dan paduan berbasis aluminium, skandium membatasi pertumbuhan butir suhu tinggi.
Sekitar 20 Kg skandium (Sc2O3) sekarang ini digunakan setiap tahun di Amerika untuk
memproduksi lampu intensitas tinggi dan isotop radioaktif 46.
Sejumlah kecil Sc telah dihasilkan dari berbagai endapan bijih di dunia sebagai
produk sampingan, dan beberapa studi sebelumnya membahas mineralisasi Sc ekonomi
kecuali pegmatit. Dalam beberapa tahun terakhir, Sc diperkirakan akan diproduksi dari
simpanan Ni laterit di beberapa negara. Batuan ultramafik membentuk laterit nikel oleh
pelapukan di wilayah lintang tinggi (mis., Indonesia), karena banyak data penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Ni 2+ umumnya dimasukkan ke dalam mineral mafik
di magma dan bahwa batuan tersebut mudah diubah oleh tanah atau air tanah. Studi
sebelumnya menunjukkan bahwa Sc 3+ juga terkandung dalam mineral mafik seperti
piroksen, amfibol dan magnetit, tetapi secara signifikan lebih sedikit Sc yang
terkandung dalam olivin.
Nikel laterit dapat dibagi menjadi bijih saprolit dan bijih limonit. Bijih saprolit
dengan tingkat ekonomi Ni dicirikan oleh garnierit dan smektit, sedangkan bijih limonit
yang kaya Fe oksihidroksida mengandung lebih sedikit Ni. Skandium kurang lebih kaya
akan bijih saprolit dan limonit, namun mineral yang mengandung Sc dalam laterit ini
tidak dipahami dengan baik. Data geokimia Whole-rock dari laterit menunjukkan bahwa
Sc kemungkinan ada pada Fe oksida, Fe oksihidroksida, Ti oksida, Al hidroksida dan
serpentin. Skandium tidak mungkin teradsorpsi pada mineral dan bahan amorf di laterit.
Skandium lebih terdistribusi dalam piroksen dan amfibol daripada olivin dalam magma
mafik karena nilai koefisien skandium disimpan dalam ortopiroksen dan klinopiroksen.
Sangat mungkin bahwa laterit Ni kadar rendah mungkin kaya akan Sc (Maulana, 2014).
 Bagaimana karakteristik batuan dasar pada daerah penelitian?

 Bagaimana kandungan unsur tanah jarang pada daerah penelitian?

 Bagaiman pengruh batuan dasar terhadap kehadiran unsur tanah jarang pada
daerah penelitian?
Tujuan dari penelitian ini adalah unutk mengetahui pengaruh unsur skandium terhadap batuan
dasar dan unsur-unsur jarang lainnya berdasarkan data bor yang ada pada PT. Vale Indonesia
Tbk, Soroako.
 Sebagai pembuktian kebenaran atas teori tentang unsur scandium dan mineral
jarang lainnya pada zona laterit.
 Menjadi referensi untuk peneitian lanjutan tentang skandium.
Metode Pengambilan Data

Metode ini yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung di lapangan


mencakup pengambilan data – data geomorfologi seperti foto bentang alam daerah
penelitian, serta hal – hal yang dianggap perlu. Selain data geomorfologi dilakukan
pula pengambian data permukaan dan data pengeboran dari perusahaan.
Pengambilan data geologi permukaan yaitu dengan melakukan pengmbilan contoh
batuan dan melakukan deskripsi berupa komposisi mineral secara megaskopis
untuk jenis batuannya. Untuk mendukung hal tersebut diatas maka dilakukan pula
deskripsi hasil pengeboran berupa coring dalam hal ini yaitu bottom core, serta
pengambilan foto sampel core.
Metode Pengolahan Data

Menganalisis karakter daerah penelitian yaitu data hasil


pemboran, yang selanjutnya sampel tersebut dianalisis di laboratorium
dengan menggunakan X-Ray Flourensence sehingga didapatkan
presentase kandungan unsur untuk tiap interval dalam satu lubang bor
menghasilkan data geokimia yang kemudian diolah dan divalidasi,
menghasilkan data final yang berisi kadar dan berat jenis dari unsur-
unsur tersebut. Serta memuat koordinat titik bor,elevasi, top, bottom, dan
nomor titik bor.
Setelah didapatkan data final tiap lubang bor daerah penelitian, kemudian
dilakukan lagi anaisis data bor untuk menentukan lapisan antar bijih, waste dan
bedrock, selanjutnya melakukan korlasi model sebaran bijih dengan menggunakan
software Micromine 2020 sehingga dapat diketahui model sebaran bijihnya. Dan unntuk
pendistribusian bijih, data bor yang telah dibedakan antara lapisa saprolit dan lapisan
limonit sesuai standar perusahaan dengan asumsi sebagai berikut Ni > 1.5%, Fe > 30%,
unsur SiO2< 10%, unsur MgO < 5 % dan saprolit Ni > 1.5%, Fe antara 10% - 30%, unsur
SiO2antara 10 % – 40 %. Kemudian dilakukan pemodelan distribusi bijih dengan
menggunakan software Micromine 2020, untuk mengetahui distribusi serta ketebalan
bijih pada daerah penelitian.
Tahapan Penelitian

Tahapan Persiapan
- Persiapan administrasi yang dilakukan pengajuan proposal penelitian
- Melengkapi seluruh peralatan lapangan yang akan digunakan dalam penelitian.
- Studi Pendahuluan

Tahapan Pengambilan Data


Pengambilan data lapangan dilakukan pada lokasi titik bor yang meliputi pendiskripsian cutting
dan inti bor pada log bor skala yang telah ditentukan.

Tahapan Pengolahan Data


Setiap data yang telah diambil dari lokasi penelitian dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data
yaitu pengamatan megaskopis lapangan pada setiap contoh lapisan endapan laterit nikel hasil
coring.
Tahapan Penyusunan Laporan
Setelah semua data yang telah dianalisis baik analisis lapangan maupun analisis laboratorium,
maka dilakukan penyusunan laporan Tugas Akhir.

Anda mungkin juga menyukai