Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ATTERBERG LIMIT

Mata Kuliah : Pengujian Tanah

Oleh:
NADYA PUTRI ANDHIKA SIREGAR

5171111015

PTB REGULER A 2017

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya hadiahkan ke hadirat Allah swt.Tuhan Yang Maha Esa
yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya selaku penyusun dapat
menyelesaikan makalah atterberg limit ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Saya sangat bersyukur atas terselesainya Laporan ini, untuk itu saya ucapkan
terima kasih kepada kedua Orang tua yang terus mendukung dan memberikan doa
serta ridhonya kepada saya, dan tak lupa pula saya ucapkan terima kasih banyak
atas kerjasama semua pihak yang membantu dalam penyelesaian Laporan ini. Dan
kepada Dosen pengampu mata kuliah Pengujian Tanah, saya mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan pada Laporan ini. Saya sangat mengharapkan
adanya berbagai kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun
agar menjadi masukan bagi penyusun dalam membuat dan menyajikan
pembahasan yang lebih baik dimasa mendatang. Demikian yang dapat saya
sampaikan. Semoga makalaj ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya saya
sendiri selaku penyusun. Kepada Allah swt Tuhan Yang Maha Esa saya mohon
ampun dan kepada seluruh kerabat saya mohon maaf.

Medan, Mei 2020

NADYA PUTRI ANDHIKA SRG


NIM: 5171111015

ATTERBERG LIMIT i|Pa g e


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
C. Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II ISI ....................................................................................................... 3
A. Atterberg Limit................................................................................ 3
B. Tujuan Atterberg Limit .................................................................... 6
C. Prosedur Pengujian Atterberg Limit................................................. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

ATTERBERG LIMIT ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat
plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam
tanah. Istilah plastisitas digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam
menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau
remuk.
Tergantung pada kadar airnya, tanah mungkin berbentuk cair, plastis, semi
padat, atau padat. Kedudukan kadar air transisi bervariasi pada berbagai jenis
tanah. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut
konsistensi. Konsistensi tergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
lempungnya. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal
lapisan kation dan terjadi penambahan gaya tarik antarpartikelnya. Bila tanah
dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antarpartikel akan sedemikian
hingga partikelnya bebas untuk relatif menggelincir antara satu dengan yang
lainnya, dengan kohesi antaranya tetap terpelihara. Pengurangan kadar air juga
menghasilkan pengurangan volume tanah. Sangat banyak tanah berbutir halus
yang ada di alam dalam kedudukan plastis.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu Atterberg Limit


2. Untuk mengetahui tujuan Atterberg Limit
3. Untuk megetahui prosedur pengujian Atterberg Limit

ATTERBERG LIMIT 1|Pa g e


C. MANFAAT

1. Dapat mengetahui apa itu Atterberg Limit


2. Dapat mengetahui tujuan Atterberg Limit
3. Dapat mengetahui prosedur pengujian Atterberg Limit

ATTERBERG LIMIT 2|Pa g e


BAB II
ISI

A. ATTERBERG LIMIT

 Atterberg Limit merupakan ukuran dasar dari butiran halus tanah.


Tergantung pada kandungan air pada tanah, tanah dapat diklasifikasikan
menjadi empat kondisi : padat, semi-padat, pastik, dan cair. Di setiap
kondisi, konsistensi dan sifat dari tanah akan berbeda-beda, begitu pula
sifat-sifat rekayasanya. Atterberg Limit dapat digunakan untuk
membedakan antara lanau dan lempung dan juga lebih detailnya dapat
membedakan antara berbagai macam lanau dan lempung.
 Atterberg Limit Test merupakan metode pengetesan untuk mengetahui
sifat konsistensi tanah berbutir halus (lanau atau lempung) dengan
memberikan kadar air yang berbeda pada masing-masing sampel yang
akan di tes.
 Logika Atterberg Limit Test : Saat air diberikan kepada satu sampel tanah
halus, setiap partikel tanah dilapisi oleh lapisan air yang tipis yang diserap
oleh partikel tanah. Jika air terus ditambahkan, maka ketebalan lapisan air
yang menyelimuti partikel tanah akan terus bertambah. Peningkatan
ketebalan lapisan air pada partikel tanah memungkinkan antar partikel
untuk saling meluncur lebih mudah. Jadi sifat tanah dapat diketahui
dengan membandingkan kadar air yang terkandung pada masing-masing
sampel tanah. Pada tahun 1913 Albert Mauritz Atterberg (19 Maret 1846 –
4 April 1916) menyatakan batasan empat kondisi tanah dalam istilah
“limit”, yaitu :
1. Batas susut (Shrinkage Limit) yaitu batasan antara semi-padat dan padat.
2. Batas plastis (Plastic Limit) yaitu batasan antara plastik dan semi-padat.
3. Batas cair (Liquid Limit) yaitu batasan antara cair dan plastik.

ATTERBERG LIMIT 3|Pa g e


Ciri-ciri masing-masing kondisi tanah kemudian dijelaskan oleh Arthur
Casagrande (28 Agustus 1902 – 6 September 1981) menjadi kondisi berikut :
1. Shrinkage Limit : Kondisi kandungan air saat penambahan kehilangan air
tidak menyebabkan perubahan volume. Istilah batas susut dinyatakan
sebagai kadar air dalam persen, yang khusus diasumsikan untuk
menyatakan sejumlah air yang diperlukan untuk mengisi rongga-rongga
suatu tanah kohesif pada angka pori minimum yang terbentuk lewat
pengeringan (biasanya oven). Karena itu, konsep batas susut dapat
digunakan untuk mengevaluasi potensi susut atau kemungkinan
pengembangan, atau juga, retak-retak dalam pekerjaan-pekerjaan tanah
pada tanah-tanah kohesif.

ATTERBERG LIMIT 4|Pa g e


2. Plastic Limit : Kondisi kandungan air saat tanah bertransisi antara kondisi
rapuh dan plastik. satuan tanah mencapai limit plastik saat partikel tanah
mulai pecah-berai/ambruk dan menjadi butiran berdiameter +3mm.

3. Liquid Limit : Kondisi kandungan air saat tanah bertransisi dari kondisi
plastik ke kondiri cair.

ATTERBERG LIMIT 5|Pa g e


B. TUJUAN ATTERBERG LIMIT

Tujuan Atterberg Limit : adalah untuk mengetahui batasan-batasan dari


empat kondisi tanah yang dimiliki oleh suatu sampel tanah yang akan diuji. Uji ini
biasanya dilakukan pada lanau atau lempung berkaitan dengan sifat kedua jenis
tanah ini yang mudah mengembang atau menyusut tergantung pada kadar air yang
terkandung pada tanah jenis ini. Hal ini disebabkan karena lanau atau lempung
secara kimia ber-reaksi terhadap air dengan merubah ukuran dan mengakibatkan
perbedaan kekuatan. Jadi tujuan utama dari tes ini seringkali digunakan untuk
menguji daya dukung tanah tempat suatu bangunan akan didirikan, terutama jika
tanah yang terkandungnya adalah lanau atau lempung.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN ATTERBERG LIMIT


Pemeriksaan Batas-batas atterberg meliputi :

A. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)

B. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)

C. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)

a. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)


Batas Cair adalah kadar air yang mana konsistensi tanah mulai berubah dari
keadaan plastik ke keadaan cair.

Peralatan :
1. Dish cawan porselin dengan diameter 114 mm.
2. Spatula pisau potong dengan panjang 76 mm lebar 19 mm.
3. Liquid Limit Device – terdiri dari cawam yang bisa naik – turun dan grooving
tool.
4. Container – Kaleng kecil bertutup.
5. Timbangan – Dengan ketelitian 0,01 gram.
6. Oven – Bisa memanaskan sampai 110 ± 5o C.

ATTERBERG LIMIT 6|Pa g e


Bahan :
Tanah lolos saringan No. 30 seberat ± 200 gram.

Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan tanah ke dalam cawan porselin dan tambahkan air sebanyak 15 – 20
ml. Aduk dengan spatula sampai air merata bercampur dengan tanah.
Tambahkan air sedikit-sedikit (1-3 ml), jika tanah masih kurang plastis,
kemudian aduk lagi dengan spatula sampai merata.
2. Ambil sebagian tanah yang telah diaduk merata dan letakkan pada cawan
dari Liquid limit device. Ratakan permukaan tanah dalam cawan tersebut
sehingga kedalamannya yang maksimum adalah 10 mm. Garuk tanah tersebut
sedikit-sedikit dengan grooving tool sehingga akhirnya sampai ke dasar cawan
dan tanah dalam cawan terbelah dua.
3. Putar liquid limit device sehingga cawan naik turun sambil dihitung jumlah
ketukan yang terjadi yang diperlukan untuk mempertemukan kembali tanah
yang terbelah sepanjang sekitar 12,7 mm.
4. Ambil contoh tanah pada bagian pertemuan kedua tanah tersebut untuk
diperiksa kadar airnya dengan cara sebagai berikut:
 Timbang berat container atau cawan kosong = A.

 Masukkan contoh tanah ke dalam container dan timbang = B.

 Keringkan contoh tanah dalam oven pada temperatur ± 110o C selama 24 jam

kemudian timbang container+ tanah kering = C


 Kadar air :

 Sisa tanah yang tertinggal dalam cawan masukkan kembali ke dalam cawan

porselin untuk dicampur dengan contoh tanah semula, dan bersihkan serta
keringkan liquid limit device.
 Ulangi prosedur a sampai e sehingga didapat data jumlah pukulan antara 10 –

20, 20 – 30, 30-40 dan 40 – 45. Sebagai catatan bahwa jika tanah makin basah,
jumlah pukulan akan semakin sedikit, demikian pula sebaliknya.

ATTERBERG LIMIT 7|Pa g e


Flow Curve (Kurva Kelelahan)

Buatlah Flow curve yang merupakan hubungan antara kadar air dan
jumlah pukulan yang terjadi. Kadar air merupakan ordinat dengan skala linier dan
jumlah pukulan merupakan absis dengan skala logaritma. Hubungkan titik-titik
yang diperoleh sehingga didapatkan suatau garis lurus, kalau tidak bisa ambillah
suatu garis lurus yang mewakili titik-titik yang diperoleh. Garis ini disebut
dengan Flow curve.

Liquid Limit (Batas Cair)


Liquid limit adalah kadar air yang diperoleh pada jumlah pukulan 25 kali,
yang bisa diperoleh dengan bantuanFlow Curve yang telah dibuat.

b. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas Plastis adalah kadar air yang merupakan batas antara konsostensi
tanah dalam keadaan semi plastis dan keadaan plastis.
Peralatan :
1. Dish – cawan porselin dengan diameter 114 mm
2. Spatula – pisau potong dengan panjang 76 mm lebar 19 mm
3. Plat kaca – untuk menggiling benda uji
4. Container – Kaleng kecil bertutup
5. Timbangan – Dengan ketelitian 0,01 gram
6. Oven – Bisa memanaskan sampai 110 ± 5o C.

Benda Uji
Tanah lolos saringan No. 30 seberat ± 20 gram

Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan tanah ke dalam cawan porselin dan tambahkan air sedikit-sedikit
kemudian aduk sampai rata dengan spatula. Buat tanah menjadi cukup plastis
sehingga mudah dibentuk menjadi bola.

ATTERBERG LIMIT 8|Pa g e


2. Ambil tanah plastis tersebut seberat ± 8 gram dan bentuk menjadi ellipsoida.
Kemudian giling tanah tersebut dengan jari tangan ke plat kaca pelan-pelan
sehingga diameternya seragam.

3. Ketika diameter tanah menjadi ± 3,2 mm, potong tanah tersebut menjadi 6 – 8
bagian. Kemudian ambil satu bagian dan bentuk lagi menjadi ellipsoida
kemudian giling lagi dengan jari di atas kaca sampai diameternya ± 3,2 mm.
Setelah diameter tanah menjadi ± 3,2 mm, tekanan penggilingan dikurangi
dan giling terus dengan diameter tetap sehingga akhirnya akan terjadi retak.

4. Ambil contoh tanah yang retak tersebut, kemudian periksa kadar airnya
dengan cara sebagai berikut:

 Timbang berat cawan kosong = A


 Masukkan contoh tanah ke dalam cawan dan timbang = B
 Keringkan contoh tanah dalam oven pada temperatur ± 110o C selama
24 jam kemudian timbang cawan + tanah kering = C
 Kadar air =D

Perhitungan
1. Plastic limit (batas plastis) adalah merupakan kadar air dari tanah tersebut
mulai retak ketika digiling pada diameter ± 3,2 mm.
 Plastic Limit (PL) =
 Dengan:
 A = Berat cawan kosong
 B = Berat cawan + tanah basah
 C = Berat cawan + tanah kering
2. Plasticity Index (PI) adalah merupakan selisih antara Liquid Limit dan
Plastic Limit.
Plasticity Index = Liquid Limit – Plastic Limit
3. Jika pemeriksaan gagal menentukan Liquid Limit atau Plastic Limit, atau
harga Plastic Limit sama atau lebih besar dari harga Liquid Limit, laporkan
tanah tersebut sebagai Non-Plastis.

ATTERBERG LIMIT 9|Pa g e


c. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)
Batas susut adalah kadar air dimana konsistensi tanah tersebut berada
antara keadaan semi plastis dan kaku, sehingga jika diadakan pengurangan kadar
air, tanah tersebut tidak akan berkurang volumenya.

Peralatan :
1. Dish – Terdiri dari 2 cawan porselin dengan diameter 115 mm dan 150 mm.
2. Spatula – pisau potong dengan panjang 76 mm lebar 20 mm
3. Milk Dish – Cawan porselin atau monel yang mempunyai dasar rata dengan
diameter 45 mm dan tinggi 12,7 mm.
4. Straight edge – Penggaris besi dengan panjang 100 mm.
5. Glass Cup – Gelas kaca dengan diameter 50 mm dan tinggi 25 mm.
6. Transparant Plate – Plat kaca dengan 3 buah pegangan yang digunakan untuk
mencelupkan tanah ke dalam air raksa.
7. Gelas ukur – Kapasitas 25 ml dengan ketelitian 0,2 ml.
8. Timbangan – Dengan ketelitian 0,01 gram
9. Air raksa – cukup untuk mengisi Glass cup sampai penuh.
10. Oven – Bisa memanaskan sampai 110 ± 5o C.

Benda Uji
Tanah lolos saringan No. 30 seberat ± 30 gram

Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan porselin yang berdiameter 115 mm
kemudian beri air secukupnya dan aduk dengan spatula sehingga semua pori
tanah tersebut berisi air. Pemberian air adalah sedemikian sehingga kadar air
tanah tersebut melebihi batas cairnya ± 10%.
2. Usap dengan paselin, permukaan sebelah dalam dari Milk Dish sampai merata.
Kemudian timbang Milk Dish kosong (A).
3. Tuangkan tanah cair pada butir a. ke dalam Milk Dish ini secara pelan-pelan
sampai penuh dan ratakan permukaannya dengan penggaris besi serta
bersihkan semua tanah yang menempel di Milk Dish.

ATTERBERG LIMIT 10 | P a g e
4. Timbang Milk Dish berisi tanah basah ini segera (B), kemudian keringkan di
udara sampai warnanya berubah dari gelap menjadi terang. Sesudah itu
masukkan ke dalam oven dengan temperatur 110 ± 5 o C.
5. Setelah tanah kering (selama 24 jam) timbang Milk Dish berisi tanah kering
(C).
6. Ukur volume tanah kering dengan bantuan air raksa dengan cara sebagai
berikut:
 Isi glass cup dengan air raksa sampai penuh kemudian ratakan
permukaan air raksa dengan glass cup dengan jalan menekannya
dengan plat kaca. Untuk menampung tumpahan air raksa di cawan
porselin.
 Masukkan tanah kering ke dalam air raksa dan tekan tanah tersebut
dengan Transparant plate (plat kaca). Air raksa yang tumpah kemudian
masukkan ke dalam gelas ukur, sehingga volume yang terbaca adalah
merupakan volume tanah kering (E).
 Ukur volume Milk Dish dengan cara mengisinya sampai penuh dengan
air raksa, kemudian tuangkan air raksa tersebut ke dalam gelas ukur.
Volume yang terbaca adalah volume Milk Dish yang sama dengan
volume tanah basah (D).

Perhitungan
Shrinkage Limit (SL) = Dengan:
A = Berat Milk Dish kosong

B = Berat Milk Dish + tanah basah

C = Berat Milk Dish + tanah kering

D = Volume tanah basah

E = Volume tanah kering

ATTERBERG LIMIT 11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Atterberg Limit merupakan ukuran dasar dari butiran halus tanah.


Tergantung pada kandungan air pada tanah, tanah dapat diklasifikasikan menjadi
empat kondisi : padat, semi-padat, pastik, dan cair. Di setiap kondisi, konsistensi
dan sifat dari tanah akan berbeda-beda, begitu pula sifat-sifat rekayasanya.
Atterberg Limit dapat digunakan untuk membedakan antara lanau dan lempung
dan juga lebih detailnya dapat membedakan antara berbagai macam lanau dan
lempung.
Tujuan Atterberg Limit adalah untuk mengetahui batasan-batasan dari
empat kondisi tanah yang dimiliki oleh suatu sampel tanah yang akan diuji.
Proses pemeriksaan Atterberg Limit terdiri dari 3 pemeriksaan yakni
Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit), Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic
Limit), dan Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)

B. SARAN

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

ATTERBERG LIMIT 12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://mekanikatanah1.blogspot.co.id/ Diakses pada tanggal 2 November 2015

http://ayufatimahzahra.blogspot.co.id/2012/08/mekanika-tanah.html Diakses pada


tanggal 2 November 2015

ATTERBERG LIMIT 13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai