Acuan :
Revisi SNI 03-1966-1990
Pengertian
- batas cair (liquid limit/LL) : kadar air ketika sifat tanah pada batas
dari keadaan cair menjadi plastis.
- batas plastis (plastic limit/PL) : batas terendah kondisi kadar air ketika
tanah masih pada kondisi plastis.
- indeks plastisitas (plasticity index/PI) : selisih antara batas cair tanah dan batas
plastis tanah.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada acara ini yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep dasar pengujian batas cair dan batas plastis.
2. Untuk mengetahui prosedur pengujian batas cair dan batas plastis.
3. Untuk mengetahui parameter pengujian batas cair dan batas plastis yang meliputi
- Batas cair
- Batas plastis
- Indeks plastisitas
4. Untuk mengetahui aplikasi pengujian batas cair dan batas plastis.
Konsep Dasar
BATAS BATAS ATTERBERG
Batas Atterberg dikenalkan oleh Albert Atterberg pada th. 1911 dengan maksud
untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta memastikan karakter indeks
property tanah.Batas Atterberg mencakup batas cair, batas plastis, serta batas
susut.Tanah yang berbutir halus umumnya mempunyai karakter plastis. Karakter
plastis ituadalah kekuatan tanah sesuaikan pergantian bentuk tanah sesudah bercampur
dengan air padavolume yang tetaplah. Tanah itu bakal berupa cair, plastis, semi padat
atau padat bergantung jumlah air yang bercampur pada tanah itu.Batas Atterberg
memerlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat sampai jadicairan kental
sesuai sama kadar airnya. Dari test batas Atterberg bakal diperoleh
parameter batas cair , batas plastis, batas lengket serta batas kohesi yang disebut
kondisi ketekunantanah. Batas-batas Atterberg bisa diliat pada tabel dibawah ini :
(V Vo)w
SL M x100%
Wo
Keterangan:
SL : batas susut, %
M : kadar air contoh tanah basah, %
V : isi tanah basah, cc
Vo : isi tanah kering, cc
Wo : berat tanah kering, gram
γw : berat isi air, gram/cc
Peralatan :
Batas Cair Batas Plastis
1. Grooving Tools 1. Cawan uji
2. Cawan uji 2. Oven listrik
3. Casa grande 3. Neraca O’hauss
4. Oven listrik 4. Mangkok pengaduk
5. Neraca O’hauss 5. Lempeng kaca
6. Spatula
7. Mangkuk pengaduk
Perlengkapan:
1. Tanah
2. Air
Prosedur praktikum
Batas cair:
1. Letakkan 100 gram benda uji yang sudah di persiapkan di dalam mangkuk
pangaduk.
2. Campur benda uji dengan air dalam mangkuk pengaduk, aduk hingga homogen.
3. Ambil sebagian benda uji dan letakkan di dalam mangkuk Casagrande, ratakan
permukaanya sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal
+- 1 cm.
4. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkuk Casagrande itu,
dengan menggunakan alat pembuat alut (grooving tools) melalui garis tengah
pemegang dan simetris pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak
lurus permukaan mangkuk Casagrande,
5. Putarlah Casagrande sedemikian sehingga mangkuk naik/jatuh dengan kecepatan
putar 2 rotasi per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda uji
bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah pukulanya pada waktu
bersinggungan.
6. Setelah selasai, benda uji diambil sebagian untuk diuji kadar airnya.
7. Kembalikan sisa benda uji ke dalam mangkuk pengaduk, dan mangkuk Casagrande
dibersihkan, benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar airnya, kemudian ulangi
langkah 3 sampai 5 minimal 3 kali berturut-turut dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga akan memperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8-10.
8. Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah diambil 2 titik di atas 25 pukulan
dan 2 titik dibawah 25 pukulan, sehingga diperoleh 4 titik.
Batas plastis:
1. Timbang cawan dengan neraca Ohauss.
2. Letakkan 20 gram benda uji yang sudah dipersiapkan dalam mangkuk pengaduk.
3. Campur benda uji dengan air dalam mangkuk pengaduk, aduk hingga
homogen/merata dan cukup plastis untuk dapat dibentuk menjadi bola
4. Diusahaakan penambahan air sedikit demi sediki tidak perlu menambah contoh
tanah lagi, sebab dikhawatirkan tanah tersebut tidak homogen.
5. Ambil sebagian benda uji sekitar 8 gram dan bagi menjadi 4 bagian dengan berat
masing-masing sekitar 2 gram.
6. Menggeleng benda uji menjadi bentuk bulat panjang berdiameter 3 mm dengan
kecepatan 80 gelengan sampai 90 gelengan permenit, dengan menghitung satu
gelengan sebagai satu gerekan tangan bolak balik hingga lembali ke posisi awal.
7. Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum terjadi retakan,
maka tanah gelengan dibagi menjadi enam atau delapan potongan. Satukan dan remas
semua potongan dengan kedua tangan dan geleng kembali dengan jari tangan hingga
membentuk bulat panjang.
8. Sedangkan apabila tanah gelengan telah berdiameter 3 mm dan terjadi retakan,
maka prosedur dilanjutkan ke butir 7.
9. Kumpulkan/gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukkan ke dalam
cawan dan segera tutp cawan tersebut, kemudian diuji kadar airnya.
10. Ulangi prosedur yang telah diuraikan pada butir 4-7, sampai benda uji 8 gram
seluruhnya diuji.
Aplikasi
1. Untuk mitigasi bencana pada pekerja tambang
2. Penentuan tinggi jenjang (bench) pada tambang
3. Untuk mengetahui daya dukung tanah
DAFTAR PUSTAKA
[1] Braja, M. Das. 1988. Mekanika Tanah : Prinsip - Prinsip Rekayasa (Geoteknis)
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
[2] Haryanto, Raden, dkk. 2018. Buku Penuntun Praktiukum Mekanika Tanah.
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta.
[3] Smith, M. J. 1984. Mekanika tanah : Soil Mechanics. Di terjemahkan oleh : Elly
Medyank. Jakarta : Erlangga.
[4] Revisi SNI 03-1966-1990