Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

BATAS – BATAS ATTERBERG


(BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS)

6.1 Tujuan Percobaan


1. Untuk menentukkan kadar air pada kondisi batas cair dari contoh tanah. Batas
cair (Liquid limit) yaitu kadar air batas dimana suatu jenis tanah berubah dari
keadaan cair menjadi keadaan plastis.
2. Untuk menentukan kadar air pada kondisi batas plastis dari contoh tanah. Batas
plastis (Plastic limit) yaitu kadar air batas dimana suatu jenis tanah berubah dari
keadaan plastis menjadi keadaan semi padat.
3. Untuk keperluan klasifikasi tanah.
6.2 Teori Dasar
Sifat kosistensi tanah untuk beberapa variasi kadar air “w”, digambarkan oleh
Atterberg (Swedia) sebagai berikut :
 Kadar air sangat tinggi  Kondisi sangat lembek seperti cairan
 Kadar air cukup tinggi  Kondisi plastis
 Kadar air rendah  Kondisi semi padat
 Kadar air sangat rendah/ kering  Kondisi padat
Keadaan peralihan (transisi) dari :
 Padat ke semi padat  Disebut batas susut SL (Shrinkage Limit)
 Semi padat ke plastis  Disebut batas plastis PL (Plastic Limit)
 Plastis ke cair  Disebut batas cair LL (Liquid Limit)

PI SIFAT MACAM TANAH KOHESI

0 Non Plastis Pasir Non Kohesif

<7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian

7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif

> 17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif


Untuk menentukkan kondisi batas tersebut di atas, digunakan alat ukur sebagai
berikut:
1. Untuk batas cair, dipergunakan alat ciptaan Casagrande. Pada alat ukur tersebut,
batas cair (LL) merupakan kadar air contoh tanah pada saat massa tanah
bersinggungan sepanjang 0,5 in ( 12,7 mm ) tepat pada 25 ketukan mangkok
Casagrande.
2. Untuk batas plastis (PL), dipergunakan alat berupa pelat kaca dengan batang
pembanding dengan diameter 3,2 mm. Pada alat ukur tersebut, batas plastis
merupakan kadar air contoh tanah pada saat tanah dapat digulung sampai
mencapai diameter 1/8 in (3,2 mm) baru retak.
Indeks plastisitas PI = LL – PL
6.3 Alat dan Bahan yang Digunakan
Untuk Penentuan Batas Cair (LL)
 Alat :
1. Mangkok Casagrande
2. Alat pembuat celah ( ASTM Grooving Tool dan Casagrande Grooving Tool )
3. Pelat kaca, spatula, cawan porselin, dan penumbuk
4. Ayakan Standar No.40
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
6. Oven laboratorium, dilengkapi pengatur suhu 105ºc ± 5ºc
7. Cawan dan desikator
 Bahan :
1. Air suling

Untuk Penentuan Batas Plastis (PL)


 Alat :
1. Pelat kaca
2. Batang pembanding diameter 3,2 mm
3. Spatula
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Oven laboratorium dilengkapi pengatur suhu 105ºc ± 5ºc
6. Cawan dan desikator
 Bahan :
1. Air suling
6.4 Persiapan Sampel
1 Untuk tanah yang mengandung butiran kasar ( butiran yang tertahan saringan N0
40), mengeringkan tanah diudara kemudian mengambil contoh tanah kering udara
dan memecahkan gumpalannnya dengan tangan atau penumbuk karet didalam
mangkok porselin.
2 Mengayak dengan ayakan N0.40. Bagian yang lolos ayakan digunakan sebagai
bahan uji, menyiapkan minimal ± 100 gram
3 Untuk tanah yang butirannya diperkirakan semuanya lolos ayakan No.40, tidak
perlu melakukan langkah 1 dan 2

6.5 Cara Melakukan Percobaan

Untuk Batas Cair (LL)


1. Meletakkan contoh tanah ± 100 gram diatas pelat kaca. Menambahkan sedikit
demi sedikit air suling dan aduk sampai merata dengan menggunakan spatula.
2. Meletakkan adukan secukupnya diatas mangkok casagrande. Meratakan
permukaannya sejajar dengan alas dengan ketebalan maksimum ± 1 cm
3. Membuat alur pembagi ditengahnya (simetris) dengan menggunakan alat
pembuat alur. Saat membuat alur, alat pembuat alur harus tegak lurus permukaan
mangkok.

4. Memutar alat dengan kecepatan konstan 2 putaran perdetik, sampai alur benda
uji bersinanggungan sepanjang kira-kira 1-2 inci (1,25 cm) dan mencatat jumlah
ketukannya.
5. Mengulangi langkah 2 s/d 4 beberapa kali sampai diperoleh jumlah ketukan yang
sama, untuk meyakinkan apakah adukan sudah homogen. Jika pada 3 kali
percobaan diperoleh jumlah ketukan yang ± sama, ambil contoh pada mangkok
pada bagian alur, timbang dan oven untuk mngetahui kadar airnya.
6. Mengambil contoh ke atas pelat kaca dan bersihkan mangkok casagrande.
Mengaduk kembali contoh tanah dengan kadar air yang berbeda. (misalnya
dengan menambahkan sedikit air suling atau tanah).
7. Melakukan kembali langkah 2 s/d 5 minimal 3 kali dengan variasi kadar air yang
berbeda, sampai diperoleh perbedaan jumlah ketukan sebanyak 8 samapi 10 kali.
Mengusahakan jumlah ketukan 2 variasi diatas 25 dan 2 variasi dibawah 25 kali

Untuk Batas Plastis (PL)


1. Meletakkan contoh tanah diatas pelat kaca. Menambahkan sedikit demi sedikit air
suling dan mengaduk sampai merata dengan menggunakan spatula.
2. Membuat bola-bola ± 8 gram, kemudian digulung diatas pelat kaca dengan
telapak tangan.
3. Pada saat gulungan mencapai diameter 3,2 mm dan mulai retak/putus, segera
memasukkan kedalam cawan, menimbang dan oven untuk pemeriksaan kadar
airnya. Menggunakan minimal 2 cawan untuk mengambil nilai rata-rata.
4. Apabila kondisi pada langkah 3 belum tercapai, melakukan lagi langkah 1 dan 3
dengan mengubah kadar airnya (menambah air atau dibiarkan kering).
TABEL 6.1 SISTEM KLASIFIKASI TANAH UNIFIED

Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, Braja M. Dass


TABEL 6.2 SISTEM KLASIFIKASI TANAH AASHTO

Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, Braja M. Dass


TABEL 6.3 PLASTICITY CHART

Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, Braja M. Dass


6.7 Kesimpulan dan Saran
6.7.1 Kesimpulan
 Dalam melakukan percobaan ini jenis tanah dapat ditentukan, apakah
tanah bersifat plastis atau non plastis. Dari hasil percobaan, diperoleh
batas cair (LL) sebesar 21,33 % dan batas plastis (PL) sebesar 14,08 %
sedangkan indeks plastis (PI) sebesar 7,25 % , dan dapat disimpulkan
bahwa tanah ini bersifat plastisitas sedang, karena memiliki indeks
plastisitas (PI) 7 - 17.
 Berdasarkan klasifikasi Unified (USCS) tanah yang digunakan dalam
percobaan merupakan lanau organik plastisitas rendah sampai sedang ,
lempung berkerikil/bepasir/berlanau , lempung kurus dengan simbol CL.
 Berdasarkan klasifikasi AASHTO, tanah yang digunakan dalam praktek
termasuk tanah berbutir kasar karena tanah lolos saringan No.200 ≤ 35 %
yaitu 14,53 %. Jadi, berdasarkan pembacaan tabel AASHTO didapatkan
tipe material yang paling dominan yaitu kerikil dan pasir yang berlanau
atau berlempung dengan klasifikasi kelompok A-2-4.

6.7.2 Saran
Dalam melakukan percobaan sebaiknya menghindari kesalahan-kesalahan
yang bisa saja terjadi antara lain :

1. Diameter gulungan yang tidak seragam (Batas Plastis) dimana diameter tanah
harus sesuai dengan batang pembanding yang berdiameter 3,2 mm.
2. Ukuran homogennya antara tanah dan air suling.
3. Ketelitian pada saat melakukan penimbangan.
4. Data ketukan , dimana dua data harus dibawah ketukan 25 dan dua lagi harus
di atas 25 ketukan.
LAMPIRAN ALAT PERCOBAAN

Gambar 6.1 Mangkok Batas Cair Casagrande

4
2

1
3

Gambar 6.2 Alat batas plastik


1. Batang pembanding

2. Cawan penumbuk

3. Pelat kaca

4. Spatula

Anda mungkin juga menyukai