BATAS-BATAS ATTERBERG
DISUSUN OLEH
NAUWALUL AZKA AZNA
210702018
DOSEN PEMBIMBING
ARIEF RAHMAN, ST., M.T.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini
kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Mekanika Tanah dengan judul “ Batas-
Batas Atterberg”. Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat
memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah dan penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran
dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi tanah di Indonesia yang sangat bervariasi dan merupakan salah satu
material yang memegang peranan penting untuk mendukung pondasi dan struktur,
dalam kenyataannya sering dijumpai sifat tanah yang tidak memadai. Sifat
konsistensi tanah yang selalu berubah-ubah salah satunya akibat perubahan kadar
air. Bila bertambah kadar airnya, maka interaksi antara butir-butir yang
bersentuhan semakin kecil bahkan hilang, sehingga konsistensi tanah akan
bersifat seperti cairan.
Pada tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Albert Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir
halus pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, sifat
campuran tambah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena
itu, atas dasar yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan kedalam empat
keadaan dasar, yaitu: padat, semi padat, plastis dan cair. Perubahan kadar air dari
maksimum ke minimum atau sebaliknya akan mengalami 4 fase atau keadaan
yang dikemukakan oleh Albert Atterberg. Batas-batas fase ini disebut sebagai
batas konsistensi Atterberg yang ditunjukkan oleh kandungan kadar airnya pada
masing-masing batas tersebut. (Braja M.das, 1993). Karena hasil Uji Atterberg
yang bervariasi dengan rentang variasi yang cukup besar, mengacu kepada
penggunaannya hasil Uji Atterberg ini begitu penting dalam penentuan design
terhadap tanah tersebu.
Ada dua metode yang secara umum dilakukan untuk menguji batas-batas
Atterberg khususnya LL, yaitu standar ASTM (Casagrande cup test) dan standar
Bristish (fall cone penetrometer test). Pada standar ASTM (2005), LL ditentukan
dengan uji Casagrande menggunakan Casagrande cup, sedangkan PL
menggunakan gulungan tanah. Sedangkan fall cone penetrometer test dengan
Metode Lee dan Freeman (2009) merupakan salah satu metode pengembangan
menggunakan alat fallcone penetrometer yang dapat sekaligus menentukan LL
dan PL dalam satu pengujian. Fall cone penetrometer test cenderung memiliki
kesalahan lebih kecil dalam pengerjaannya oleh operator, karena untuk
melakukan uji ini operator hanya perlu menyiapkan sampel, menekan tombol, dan
membaca penetrasi konus. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pengujian dengan
alat fall cone penetrometer dipilih untuk menjadi metode dalam
mengidentifikasikan batas- batas Atterberg. Jadi,metode Lee dan Freeman (2009)
ini diharapkan dapat mengurangi kesalahan operator di laboratorium khususnya di
dalam penentuan LL dan PL.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari batas plastis dan susut terhadap batas Atterberg?
2. Bagaimana cara menghitung batas plastis dan susut terhadap batas Atterberg?
C. Tujuan
1. Memahami definisi dari baatas plastis dan susut dalam batas Atterberg
BAB II
PEMBAHASAN
Batas Atterberg dikenalkan oleh Albert Atterberg pada th. 1911 dengan
maksud untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta memastikan karakter
indeks property tanah. Batas Atterberg mencakup batas cair, batas plastis, serta batas
susut.
Tanah yang berbutir halus umumnya mempunyai karakter plastis. Karakter
plastis itu adalah kekuatan tanah sesuaikan pergantian bentuk tanah sesudah
bercampur dengan air pada volume yang tetaplah. Tanah itu bakal berupa cair, plastis,
semi padat atau padat bergantung jumlah air yang bercampur pada tanah itu.
Batas Atterberg memerlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat
sampai jadi cairan kental sesuai sama kadar airnya. Dari test batas Atterberg bakal
diperoleh parameter batas cair, batas plastis, batas lengket serta batas kohesi yang
disebut kondisi ketekunan tanah. Batas-batas Atterberg bisa diliat pada tabel dibawah
ini :
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmulabtekniksipil.id/2016/04/batas-batas-atterberg.html