MEKANIKA TANAH
BATAS-BATAS ATTERBERG
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Mekanika Tanah dengan judul
“ Batas-Batas Atterberg”.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Mekanika Tanah dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik
yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batas-batas Atterberg umumnya dinyatakan sebagai indeks konsistensi atau
batasan kadar air yaitu batas susut (Shrinkage Limit), batas plastis (Plastic Limit)
,batas cair (Liquid Limit) dan Batas Plastis (PL) adalah kadar air terendah di mana
tanah mulai bersifat plastis. Sifat plastis ditentukan berdasarkan kondisi di mana
tanah yang digulung dengan telapak tangan mulai retak setelah mencapai diameter ±
3mm. Batas Cair (LL) adalah kadar air tertentu di mana perilaku tanah berubah dari
kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah mempunyai kuat geser terendah.
Ada dua metode yang secara umum dilakukan untuk menguji batas-batas
Atterberg khususnya LL, yaitu standar ASTM (Casagrande cup test) dan standar
Bristish (fall cone penetrometer test). Pada standar ASTM (2005), LL ditentukan
dengan uji Casagrande menggunakan Casagrande cup, sedangkan PL menggunakan
gulungan tanah. Sedangkan fall cone penetrometer test dengan Metode Lee dan
Freeman (2009) merupakan salah satu metode pengembangan menggunakan alat
fallcone penetrometer yang dapat sekaligus menentukan LL dan PL dalam satu
pengujian. Fall cone penetrometer test cenderung memiliki kesalahan lebih kecil
dalam pengerjaannya oleh operator, karena untuk melakukan uji ini operator hanya
perlu menyiapkan sampel, menekan tombol, dan membaca penetrasi konus. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini pengujian dengan alat fall cone penetrometer dipilih
untuk menjadi metode dalam mengidentifikasikan batas- batas Atterberg. Jadi,metode
Lee dan Freeman (2009) ini diharapkan dapat mengurangi kesalahan operator di
laboratorium khususnya di dalam penentuan LL dan PL.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari batas plastis dan susut terhadap batas Atterberg?
2. Bagaimana cara menghitung batas plastis dan susut terhadap batas
Atterberg?
3. Bagaimana pembagian pada batas-batas Atterberg?
C. Tujuan
1. Memahami definisi dari baatas plastis dan susut dalam batas Atterberg
2. Memahami penggunaan batas-batas plastis dan susut
3. Mampu menyelesaikan hitungan dalam suatu permasalahan
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui tentang pembagian dari batas-batas Atterberg
2. Untuk memperluas pemahaman tentang batas-batas Atterberg
BAB I
Keterangan :
If : Indeks Aliran
W1 : Kadar Air (%) pada N1 Pukulan
W2 : Kadar Air (%) pada N2 Pukulan
Keterangan :
N : Jumlah Ketukan
ω : Kadar air (%)
Sifat – sifat fisik tanah tersebut sangat mempengaruhi tanah jika diberikan
beberapa perilaku terhadapnya, salah satunya adalah gaya. Pengaruh gaya sangat
berperan dominan terhadap efektifitas suatu tanah. Perubahan batas plastis suatu
tanah dapat dinyatakan dalam suatu persamaan :
Batas susut dapat ditentukan dengan cara pasta tanah basah, sisa percobaan
batas cair dicetak dengan mangkok kecil (Shrinkage dish) yang diketahui volumenya,
ditimbang beratnya (W1), kemudian dikeringkan dalam oven sampai beratnya kering
dan ditimbang (W2).
Volume kering (V2) ditentukan dengan bantuan air raksa. Contoh tanah yang
sudah dikeringkan tersebut dicelupkan kedalam air raksa, maka volume air raksa
yang dipindahkan sama dengan volume tanah tersebut
𝑉𝑜−𝑉𝑠
Batas Susut (SL) =ωo − 𝑊𝑠
𝑥100%
Dimana :
ωo =Kadar air (%)
Vo =Volume awal (cm3)
(m1-m2) (v1-v2)γw
SL = { - }x100%
m2 m2
Yang mana :
m1 = Berat Tanah Basah Dalam Cawan Percobaan (gram)
m2 = Berat Tanah Kering Oven (gram)
v1 = Volume Tanah Basah Dalam Cawan Percobaan (cm3)
v2 = Volume Tanah Kering Oven (cm3)
Gambar 1.3 Variasi Volume Dan Kadar Air Pada Kedudukan Batas Air,Batas
Plastis,Dan Batas Susut
Gambar 1.3 menunjukkan hubungan variasi kadar air dan volume total tanah
pada kedudukan batas cair,batas plastis dan batas susut.Batas-batas Atterberg sangat
berguna untuk identifikasi klasifikasi tanah.Batas-batas ini sering digunakan secara
langsung dalam spesifikas,guna mengontrol tanah yang akan digunakan untuk
membangun struktur tanah.
Dari nilai LL dan PL dapat diperoleh nilai Indeks plastis (Plastis Index= PI) yaitu
daerah dimana tanah tersebut berada dalam keadaanplastis, dan nilainya adalah selisih
dimana tanah tersebut berada dalamkeadaan plastis, dan nilainya adalah selisih antara
kadar air batas cair danbatas plastis, PI = LL– PL
Indeks Plastis ( PI)Yaitu perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah.
PI = LL – PL
Keterangan :